Pernyataan ini memiliki
makna bahwa sejarah itu bukanlah suatu peristiwa masa lalu semata. Bukan pula
suatu memori untuk sekedar dilihat di saat-saat tertentu. Tetapi merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.
Dia mengikat ketiga
patahan waktu yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Ikatan
itu semakin kental dan kuat ketika Yahwe yang mereka imani berperan penting
menentukan arah kehidupan mereka.
Kepercayaan ini yang
membuat orang Israel yakin bahwa mereka itu satu bersama Yahwe sejak awal,
sekarang, dan akan tetap satu di masa yang akan datang.
Demikian juga sejarah
Gereja Katolik Pulau Timor. Kita tidak hanya sekedar menelusuri ketiga patahan
waktu yang ada, atau sekedar menulis kembali setiap peristiwa yang terjadi,
tetapi adalah sejarah keselamatan Allah sendiri yang dibawa oleh para nabi
modern yaitu para misionaris mulai dari Imam-imam Dominikan, OFM, Salib Suci,
Imam-imam Projo Belanda, Yesuit, dan SVD.
Pulau Timor dikenal sebagai salah satu pulau dengan populasi penganut Katolik terbesar di Indonesia. Jejak-jejak kekatolikan di Pulau Timor sudah dimulai pada 1500an.
Sejarah mencatat, ajaran Agama Katolik pertama kali diperkenalkan kepada orang-orang Timor oleh seorang pastor pelaut Portugis bernama Padre Frei Antonio Taveira.
Orang Timor pertama
dibaptis pada 1556/9, di Mahato/Mahata, Oekusi , Timor Leste. Dulu, sebelum
merdeka, Timor Leste masih menjadi bagian dari NKRI dengan nama Provinsi
Timor-Timur, provinsi ke-27.
Setelah itu, agama
Katolik mulai tumbuh subur di tanah Timor. Hal itu ditandai dengan pendirian
stasi pertama untuk misi di Timor di Mena. Antara 1589-1590, Padre Frei Milkeor
de Antas OP datang dari Solor ke Mena-pantai utara Timor untuk melayani
kebutuhan rohani umat Katolik di situ.
Misi di Roti dimulai
pada 1636 dengan pastor partamanya bernama Padre Frei da Veiga OP. Raja Timor
pertama yang dipermandikan adalah Raja Mena pada 1597.
Uskup Malaka Tinggal di Timor
Pada 21 Nopember 1701,
Padre Frei Manuel de Santo Antonio, seorang misionaris di Timor, diangkat
menjadi Uskup Malaka, dan menerima tahbisa episkopalnya di Macao pada 1705.
Pada Juni 1718 ia kembali
ke Timor dan bertempat tinggal di Lifao, Timor. Tahun 1722 ada pertentangan
antara Uskup Manuel dan gubernur setempat sehingga ia kembali tinggal di Macao.
Selanjutnya, pada 9
Agustus 1743, Padre Antonio de Castro, seorang misionaris Timor diangkat menjadi
Uskup Malaka menggantikan Uskup Manuel . Setelah ditahbiskan ia datang dan
menetap di Lifao.
Tanggal 19 Februari
1748, Padre Frei Gerardo de Santo Jose, seorang misionaris Timor diangkat
menjadi Uskup Malaka dan ditahbiskan pada 1750 di Macao. Kemudian ia kembali
dan tinggal di Lifao. Pada 1755 ia mendirikan Katedral dan tinggal di situ
hingga meninggal.
Tahun 1769, pusat
pemerintahan Portugis pindah dari Lifao ke Dili. Bersamaan dengan itu pula,
pusat misi juga ikut pindah ke Dili. Tahun 1818 pantai Atapupu direbut Belanda
dari Portugis. Sejak itu Gereja-gereja di Mena, Atapupu dan sekitarnya
ditinggal misionaris.
Pada 1 Agustus 1883,
Stasi Atapupu resmi dibuka di bawah Vikariat Apostolik Batavia. Pastor Stasi
Atapupu pertama pada masa penjajahan Belanda adalah Pastor Jakob Kraaijvanger
SJ. Uskup Vikariat Apostolik Timor yang pertama adalah Mgr Jacobus Pessers SVD;
ditahbiskan menjadi uskup pada 28 Oktober 1937.
Uskup Pertama Orang Timor
Mgr Gabriel Manek SVD |
Benih misi Katolik di
tanah Timor rupanya mulai mengakar mendalam dalam diri para penganutnya.
Terbukti dengan muncul minat seorang pemuda lokal Timor untuk bergabung
dengan Societas Verbi Divini (SVD), sebuah serikat misi yang kala itu
diserahi tanggung jawab untuk misi penginjilan di tanah Timor.
Pemuda kelahiran 18
Agustus 1913 itu bernama Gabriel Wilhelmus Manek. Ia menerima tahbisan imamat
pada 28 Januari 1941 di Nita, Maumere.
Pada 8 Maret 1951,
Pastor Gabriel Manek SVD ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Larantuka,
sekaligus Uskup Titular Alinda. Ia menerima tahbisan sebagai Uskup pada 25
April 1951. Selanjutnya ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Ende pada 3 Januari
1961.
Mgr Gabriel Manek SVD
tercatat sebagai Uskup pertama orang Timor sekaligus uskup pribumi kedua
Indonesia.
*Disadur dari buku
karangan Ladislaus Naisaban, “Sejarah Gereja Katolik Pulau Timor dan
sekitarnya: tahun 1956 –2013”.