Sejarah Misi Agama Katolik Pertama di Pulau Timor

Sejarah Misi Agama Katolik Pertama di Pulau Timor



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Seorang ahli sejarah berkebangsaan Inggris, Herbert Butterfield pernah berkata, “lebih dari segala-galanya, kekuatan ingatan historislah yang telah mampu mengikatkan orang Israel bersama sebagai suatu bangsa”.

Pernyataan ini memiliki makna bahwa sejarah itu bukanlah suatu peristiwa masa lalu semata. Bukan pula suatu memori untuk sekedar dilihat di saat-saat tertentu. Tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.

Dia mengikat ketiga patahan waktu yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Ikatan itu semakin kental dan kuat ketika Yahwe yang mereka imani berperan penting menentukan arah kehidupan mereka.

Kepercayaan ini yang membuat orang Israel yakin bahwa mereka itu satu bersama Yahwe sejak awal, sekarang, dan akan tetap satu di masa yang akan datang.

Demikian juga sejarah Gereja Katolik Pulau Timor. Kita tidak hanya sekedar menelusuri ketiga patahan waktu yang ada, atau sekedar menulis kembali setiap peristiwa yang terjadi, tetapi adalah sejarah keselamatan Allah sendiri yang dibawa oleh para nabi modern yaitu para misionaris mulai dari Imam-imam Dominikan, OFM, Salib Suci, Imam-imam Projo Belanda, Yesuit, dan SVD.

Pulau Timor dikenal sebagai salah satu pulau dengan populasi penganut Katolik terbesar di Indonesia. Jejak-jejak kekatolikan di Pulau Timor sudah dimulai pada 1500an.



Sejarah mencatat, ajaran Agama Katolik pertama kali diperkenalkan kepada orang-orang Timor oleh seorang pastor pelaut Portugis bernama Padre Frei Antonio Taveira.

Orang Timor pertama dibaptis pada 1556/9, di Mahato/Mahata, Oekusi , Timor Leste. Dulu, sebelum merdeka, Timor Leste masih menjadi bagian dari NKRI dengan nama Provinsi Timor-Timur, provinsi ke-27.

Setelah itu, agama Katolik mulai tumbuh subur di tanah Timor. Hal itu ditandai dengan pendirian stasi pertama untuk misi di Timor di Mena. Antara 1589-1590, Padre Frei Milkeor de Antas OP datang dari Solor ke Mena-pantai utara Timor untuk melayani kebutuhan rohani umat Katolik di situ.

Misi di Roti dimulai pada 1636 dengan pastor partamanya bernama Padre Frei da Veiga OP. Raja Timor pertama yang dipermandikan adalah Raja Mena pada 1597.

Uskup Malaka Tinggal di Timor

Pada 21 Nopember 1701, Padre Frei Manuel de Santo Antonio, seorang misionaris di Timor, diangkat menjadi Uskup Malaka, dan menerima tahbisa episkopalnya di Macao pada 1705.

Pada Juni 1718 ia kembali ke Timor dan bertempat tinggal di Lifao, Timor. Tahun 1722 ada pertentangan antara Uskup Manuel dan gubernur setempat sehingga ia kembali tinggal di Macao.

Selanjutnya, pada 9 Agustus 1743, Padre Antonio de Castro, seorang misionaris Timor diangkat menjadi Uskup Malaka menggantikan Uskup Manuel . Setelah ditahbiskan ia datang dan menetap di Lifao.

Tanggal 19 Februari 1748, Padre Frei Gerardo de Santo Jose, seorang misionaris Timor diangkat menjadi Uskup Malaka dan ditahbiskan pada 1750 di Macao. Kemudian ia kembali dan tinggal di Lifao. Pada 1755 ia mendirikan Katedral dan tinggal di situ hingga meninggal.

Tahun 1769, pusat pemerintahan Portugis pindah dari Lifao ke Dili. Bersamaan dengan itu pula, pusat misi juga ikut pindah ke Dili. Tahun 1818 pantai Atapupu direbut Belanda dari Portugis. Sejak itu Gereja-gereja di  Mena, Atapupu dan sekitarnya ditinggal misionaris.

Pada 1 Agustus 1883, Stasi Atapupu resmi dibuka di bawah Vikariat Apostolik Batavia. Pastor Stasi Atapupu pertama pada masa penjajahan Belanda adalah Pastor Jakob Kraaijvanger SJ. Uskup Vikariat Apostolik Timor yang pertama adalah Mgr Jacobus Pessers SVD; ditahbiskan menjadi uskup pada 28 Oktober 1937.

Uskup Pertama Orang Timor

Mgr Gabriel Manek SVD


Benih misi Katolik di tanah Timor rupanya mulai mengakar mendalam dalam diri para penganutnya. Terbukti dengan muncul minat seorang pemuda lokal Timor untuk bergabung dengan Societas Verbi Divini (SVD), sebuah serikat misi yang kala itu diserahi tanggung jawab untuk misi penginjilan di tanah Timor.

Pemuda kelahiran 18 Agustus 1913 itu bernama Gabriel Wilhelmus Manek. Ia menerima tahbisan imamat pada 28 Januari 1941 di Nita, Maumere.

Pada 8 Maret 1951, Pastor Gabriel Manek SVD ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Larantuka, sekaligus Uskup Titular Alinda. Ia menerima tahbisan sebagai Uskup pada 25 April 1951. Selanjutnya ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Ende pada 3 Januari 1961.

Mgr Gabriel Manek SVD tercatat sebagai Uskup pertama orang Timor sekaligus uskup pribumi kedua Indonesia.

*Disadur dari buku karangan Ladislaus Naisaban, “Sejarah Gereja Katolik Pulau Timor dan sekitarnya: tahun 1956 –2013”.

 



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama