Penculikan orang
Kristen di Nigeria telah
berlipat ganda dalam beberapa tahun terakhir, sebuah situasi yang telah
mendorong para pemimpin Gereja untuk mengungkapkan keprihatinan serius tentang
keamanan anggota mereka dan menyerukan kepada pemerintah untuk memprioritaskan
keamanan warganya.
Pada 11 Juli, Asosiasi
Imam Katolik Keuskupan Nigeria mengeluarkan
pernyataan tentang serangan itu, dengan mengatakan, “sangat menyedihkan bahwa
dalam kegiatan pastoral normal mereka, para imam telah menjadi spesies yang
terancam punah.”
Baru-baru ini, pada
bulan Juli, Pastor John Mark Cheitnum dan Denatus Cleopas diculik di pastoran
Gereja Katolik Kristus
Raja di kota Lere di negara bagian Kaduna utara Nigeria. Pastor Cleopas
dibebaskan, tetapi Pastor Cheitnum dibunuh secara brutal.
Pakar keamanan David
Otto, direktur Pusat Studi Keamanan dan Strategis Afrika Jenewa, yang berbasis
di Jenewa, Swiss, mengatakan kepada CNA pada bulan Juli bahwa konsensus para
pakar keamanan dalam kelompoknya adalah bahwa Gereja Katolik menjadi sasaran
karena telah membayar biaya tebusan curam yang diminta para teroris, yang bisa
mencapai $200,000, atau lebih.
Sebagian besar sandera
dibebaskan setelah pembayaran uang tebusan, tetapi beberapa telah dibunuh.
Kasus terakhir
adalah penculikan empat
biarawati atau suster Katolik yang
terjdi pada hari Minggu,21 Agustus 2022 .
Para suster tersebut
diculik di sekitar Okigwe dalam perjalanan mereka ke sebuah gereja untuk
menghadiri misa.
Namun, pada
Selasa 23 Agustus 2022 kemarin, geng kriminal telah membebaskan
empat biarawati Katolik yang
diculik awal pekan ini di negara bagian Imo, Nigeria tenggara.
Demikian keterangan yang dismpaikan pihak kepolisian Nigeria, Rabu, 24 Agustus 2022
"Empat
biarawati Katolik dibebaskan.
Mereka dibebaskan kemarin," kata juru bicara kepolisian negara bagian Imo
Michael Abattam kepada media.
Dia mengatakan para
sandera dibebaskan "tanpa cedera", tetapi dia tidak
mengungkapkan jika uang tebusan telah dibayarkan.
Polisi jarang
mengkonfirmasi pembayaran uang tebusan kepada para penculik di Nigeria.
Wilayah tersebut telah
mengalami lonjakan kekerasan yang dipersalahkan pada kelompok Masyarakat Adat
Biafra (IPOB) yang dilarang atau sayap bersenjatanya ESN.
IPOB yang mencari
negara terpisah untuk orang-orang etnis Igbo telah berulang kali membantah
bertanggung jawab atas kekerasan di wilayah tersebut.
Lebih dari 100 petugas
polisi dan personel keamanan lainnya telah tewas sejak awal tahun lalu dalam
serangan yang ditargetkan di wilayah tersebut, menurut penghitungan media
setempat.
Penjara juga telah
digerebek dengan sejumlah narapidana dibebaskan dan senjata dicuri.
Pemimpin IPOB Nnamdi
Kanu berada dalam tahanan pemerintah dan menghadapi pengadilan karena
pengkhianatan.
Separatisme adalah
masalah sensitif di Nigeria di
mana deklarasi kemerdekaan Republik Biafra pada tahun 1967 oleh perwira tentara
Igbo memicu perang saudara yang menewaskan lebih dari satu juta orang.*** katolikku.com