Patung Maria Asumpta Nusantara Golo Koe Labuan Bajo (Grup WA Panitia Festival Golo Koe) |
Ada devosi kepada Bunda
Maria yang digelar selama Pekan Suci di Larantuka, populer
disebut Semana Santa. Devosi yang terawat sejak 500 tahun lalu, dan kini menjadi tujuan
wisata rohani di NTT.
Tempat kedua ada
di Konga, Kecamatan
Titehena, juga masih di wilayah Flores Timur. Sama
tuanya seperti Semana Santa di Larantuka,
digelar pada Hari Paskah malam.
Di samping Gereja,
peran tetua suku dominan dalam penyelenggaraan prosesi Patung Maria Alleluya
di Konga.
Di Kabupaten Sikka ada di wilayah
Pantai Selatan, yakni di Kampung Sikka di
Kecamatan Lela.
Prosesi yang dikenal dengan nama Loghu Senhor.
Selain tiga tempat itu,
tidak ada tradisi tua devosi kepada Maria di wilayah lain Flores. Yang
terakhir, meski baru dirintis oleh Gereja Keuskupan Ruteng yakni prosesi Patung Maria Asumpta Nusantara Golo Koe Labuan Bajo.
Prosesi ini digelar
pertama kali pada 14 Agustus 2022, dan diagendakan akan digelar setiap
tahun. Meski belum berakar pada tradisi masyarakat setempat, pelaksanaan
perdana prosesi ini digelar cukup tertib dan meriah.
Berikut ulasan keempat
devosi kepada Maria di empat tempat berbeda itu, untuk memperkaya pemahaman
tentang devosi kepada Maria.
1. Semana Santa Larantuka
Puluhan ribu umat
Katolik dari seluruh Nusantara selama Pekan Suci, membanjiri Kota Larantuka untuk
mengikuti prosesi Patung Tuan Ma di dalam Kota Larantuka.
Prosesi Patung Maria
di Larantuka memiliki
keunikan dan tidak ada di tempat lain di Indonesia. Apalagi praktek devosi itu
sudah menyatu dengan budaya masyarakat setempat.
Para tetua adat, tetua
suku mengambil peranan penting dalam penyelenggaraan prosesi itu, di samping
para imam Katolik setempat.
Lagu-lagu yang
dinyanyikan selama prosesi juga berbahasa Portugis, yang hanya diikuti secara
baik oleh para tetua suku pewaris Semana Santa.
Sehingga pelaksana
devosi kepada Tuan Ma di Larantuka, kental dengan
nuansa budaya dan agama. Para keturunan Raja Larantuka memiliki
peran sentral penyelenggaraan Prosesi Semana Santa.
Konon, Tuan Ma datang
ke Larantuka sebagai
sosok yang hidup, yang kemudian arcanya disimpan di dalam Korke, rumah adat
masyarakat suku setempat.
Dalam perkembangan,
Patung Tuan Ma kemudian dibuatkan rumah khusus yang dikenal saat ini sebagai
Kepela Tuan Ma. Salah satu pusat devosi Maria selama Pekan Suci di Larantuka.
Patung Tuan Ma pada Jumat
Agung akan diarak keliling Kota Larantuka, melewati
beberapa perhentian atau dikenal dengan nama Armida.
Setiap Armida dibacakan
Kitab Suci, dan merenungkan Jalan Salib Tuhan Yesus. Ribuan umat berjalan,
berdoa dengan lilin di tangan. Juga menyanyikan lagu-lagu Maria.
Beberapa pusat devosi
lain di Larantuka selama Semana Santa yakni
devosi kepada Tuan Ana, atau Tuhan Yesus. Berpusat di Kepela Tuan Ana.
Arca Tuhan Yesus yang
disimpan dalam peti mati, akan diarak bersama Patung Tuan Ma Keliling
Kota Larantuka secara
bersamaan.
Tetapi sebelumnya, Tuan
Meninu (Yesus bayi) diarak melewati laut siang harinya, diikuti ribuan umat dan
ratusan kapal nelayan. Prosesi laut salah satu daya tarik wisata religi
diminati wisatawan.
Titik keempat pusat
devosi di Larantuka di
Adonara Barat, persisnya di Wureh, devosi kepada arca Yesus Tuan Tidur dan Tuan
Berdiri. Ribuan umat juga memadati Wureh.
Konon, setiap
permintaan khusus umat di Kepela Wureh ini dikabulkan oleh Tuhan. Di sana juga,
umat biasa mendapatkan minyak berkat, dibagikan secara gratis.
Prosesi Tuan Ma
di Larantuka pada
Pekan Suci itu berpusat pada Maria yang bersedih karena Putranya yang menderita
dan mati di salib.
Atribut, terutama
pakaian yang dikenakan ribuan peziarah Semana Santa Larantuka serba
hitam. Tanda ikut berduka akan penderitaan Yesus.
2. Prosesi Maria
Alleluya Konga
Sedikit bergeser ke
arah barat, sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Larantuka, yakni Konga. Masih di dalam
wilayah adminstrasi Kabupaten Flores Timur.
Prosesi Maria di Konga meski kurang
begitu populer, tetapi tidak bagi suku-suku pewaris prosesi itu. Setiap anak suku,
selalu rindu pulang kampung hanya untuk mengikuti prosesi Maria Alleluya.
Sama seperti di Larantuka, prosesi
Patung Maria di Konga juga
didominasi peran suku-suku pewaris tradisi itu. Setiap suku memiliki peran dan
bertalian dengan relasi sosial dalam masyarakat suku.
Perbedaannya, terletak
pada pusat ekspresi iman. Semana Santa di Larantuka memusatkan
perhatian umat pada ekspresi kesedihan Maria pada penderitaan Putranya Yesus
Kristus.
Sementara Prosesi Maria
Alleluya di Konga,
devosi atau perarakan Maria dipusatkan pada merenungkan kegembiraan Maria akan
Yesus Putranya yang telah bangkit dari kematian.
Ekspresi kesedihan
di Larantuka memang
terikat dengan moment Pekan Suci, merenungkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus.
Lagu dan doa juga sarat ungkapan kesedihan.
Di Konga sebaliknya,
karena momentumnya setelah Minggu Paskah, lagu-lagu yang dipilih adalah lagu
yang menunjukan ekspresi suka cita dan kegembiraan.
Gerak tubuh umat selama
prosesi juga, didominasi yel-yel, nyanyi sambil bergoyang ria. Sebuah pesta
kampung yang unik.
Apalagi puncak dari
devosi ini, masyarakat suku akan menggelar makan bersama di kampung. Semua umat
yang hadir juga ikut mencicipi makanan yang disediakan.
Sebuah keunikan yang
tidak dimiliki pada Semana Santa Larantuka, yakni tradisi
makan bersama usai prosesi Maria Alleluya.
Sebetulnya di Larantuka ada
prosesi Maria Alleluya pagi hari Minggu Paska, akan tetapi tidak mendapat
perhatian utama umat. Hanya segelintir umat yang mengikuti prosesi ini.
Jadi Prosesi Patung
Maria di Larantuka lebih
menonjolkan pada Duka Cita Maria akan penderitaan Yesus Putranya, sementara
prosesi Maria Alleluya berpusat pada sukacita Maria.
3. Loghu Senhor di Sikka
Bergeser ke
Kabupaten Sikka,
terdapat Loghu
Senhor, sebuah tradisi tua, juga setua Semana Santa di Larantuka.
Loghu Senhor berpusat
pada Salib Yesus. Umat berdevosi kepada Salib Yesus dengan melakukan nyanyian
ratapan.
Devosi ini digelar pada
Jumat Agung, dihadiri seluruh umat. Ritus penghormatan kepada Salib Yesus ini
cukup tenang, dan khusuk.
Loghu Senhor juga
lekat dengan peran pemangku budaya setempat, terutama Kerajaan Sikka. Penuh suasana
kekeluargaan, yang memanggil pulang anak suku ke kampung halaman mereka.
Yang paling unik
dari Loghu Senhor pada
atribut pakaian yang digunakan serba hitam, seperti ketika umumnya
masyarakat Sikka pergi
melayat orang yang baru meninggal dunia.
Dari pakaian yang
digunakan, langsung membawa umat pada suasana duka yang mendalam, berkaitan
dengan peristiwa Kematian Yesus.
Setiap tahun, tempat
ini dikunjungi oleh ribuan umat Katolik dari berbagai tempat. Untuk merayakan
Jumat Suci di Kepela Tua Sikka.
Selain tradisi Loghu Senhor, para
pengunjung akan disuguhi kisah kerajaan Sikka serta gereja Tua
yang masih berdiri kokoh di kampung Sikka itu.
4. Prosesi Maria Asumpta Nusantara
Setelah Larantuka, Konga dan
kemudian Sikka,
tidak ditemukan lagi tradisi devosi yang tua.
Mulai Kabupaten Ende,
Ngada, dan Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat.
Yang terakhir, meski
baru dirintis, yakni Prosesi Maria Asumpta Golo Koe Labuan Bajo. Devosi
kepada Patung Maria Asumpta ini pertama kali digelar pada 14 Agustus 2022.
Devosi ini
didedikasikan untuk merenungkan Pesta Maria Diangkat ke Surga yang dirayakan
setiap tanggal 15 Agustus setiap tahun oleh Gereja Katolik sejagat.
Prosesi ini melewati
darat, juga lautan seputar Pelabuhan Waterfront City Labuan Bajo. Mirip
tetapi tidak sama dengan prosesi laut pada Semana Santa di Larantuka.
Yang diarak di Labuan Bajo adalah
Patung Maria Asumpta Golo Koe, sementara di Larantuka patung
yang diarak ke laut itu adalah Arca Yesus Bayi.
Pusat perhatian pada
Tuhan Yesus, sementara di Labuan Bajo, prosesi
lautnya berpusat pada Bunda Maria.
Sementara prosesi
keliling Kota Labuan
Bajo, dimulai dari Kampung Ujung dan berpusat di Gua Maria Golo Koe.
Rutenya cukup panjang, dan sangat melelahkan.
Sebagai rintisan awal,
sejarah baru telah dirajut Gereja Keuskupan Ruteng. Pada tahun-tahun mendatang,
prosesi ini akan terus digelar dan diperbaharui.
Sebagai kegiatan
pertama, prosesi Patung
Maria Asumpta Nusantara Golo Koe Labuan Bajo terbilang
cukup tertib. Terutama karena umat Katolik mengikuti perarakan dengan cukup
meriah.
Dimulai di Gereja
Stella Maris Labuan
Bajo, Patung kemudian diarak menuju pantai untuk kemudian diarak melewati
laut menuju Waterfront City Marina.
Ribuan umat menanti
Patung Maria Asumpta di Waterfront City Marina, selanjutnya berjalan kaki
menuju Gua Maria Golo Koe.
Di sepanjang jalan,
ribuan umat Katolik mendaraskan doa dan lagu-lagu Maria secara bergantian. Umat
menunggu dengan meletakan patung Keluarga Nazareth dan Patung Maria di depan
jalan yang dilalui.
Ke depan, perarakan
Patung Maria Asumpta Golo Koe Labuan Bajo akan
menjadi daya tarik wisata religi baru di Pulau Flores, NTT.
Ia menjadi alternatif
bagi Semana Santa di
Kota Larantuka,
dan Prosesi
Maria Alleluya di Konga di Flores Timur dan Loghu Senhor di Sikka.
Jika ingin
mengikuti Semana
Santa Larantuka dan Loghu Senhor di Sikka, ikuti pada Pekan Suci
Perayaan Paskah. Digelar setiap tahun.
Kalau ingin mengikuti
devosi Maria Alleluya di Konga,
datanglah pada Minggu Paskah. Kemeriahan prosesi Maria Alleluya sungguh
memesona, apalagi suasana kekeluargaan saat makan bersama.
Sebab makan bersama
bagian integral dari tradisi ini, sehingga peziarah dipastikan dapat ikut
bersama masyarakat suku untuk santap bersama.
Yang terakhir di Kota Labuan Bajo, momentum
jelang Peringatan HUT Kemerdekaan RI, perarakan Patung Maria Asumpta Golo
Koe Labuan Bajo digelar
setiap tanggal 14 Agustus setiap tahunnya. Ayo datang ke Flores NTT. ***kliklabuanbajo.id