Muntilan, Betlehem van Java Awal Agama Katolik Dikenal di Pulau Jawa (Wikimedia Commons) |
Hingga kini masih ada
peninggalan kolonial yang bisa kita jumpai di Muntilan. Bahkan jejak
peninggalan kolonial di Muntilan ini menyimpan kisah awal mula penyebaran agama
Katolik di Pulau Jawa.
Di Muntilan, terdapat
sebuah kompleks peninggalan kolonial yang terdiri dari Gereja Katolik Santo
Antonius Padua, sekolah Katolik, dan susteran yang masih berdiri kokoh hingga
kini. Gedung gereja Katolik tersebut merupakan yang paling bersejarah yang
dibangun pada masa Romo Frans van Lith pada tahun 1914. Romo van Lith merupakan
seorang pastor dari Belanda yang mengabdikan diri untuk menyebarkan agama
Katolik di tanah Jawa.
Karya bangunan gereja
itu diinisiasi oleh arsitek handal Hulswit, Fermont, dan Cuypers yang pada
masanya juga membangun beberapa gereja di Pulau Jawa. Karena pengaruh Romo van
Lith, Muntilan hingga kini dikenal dengan julukan Betlehem van Java.
Adalah Museum Misi Muntilan
yang merupakan museum rintisan Romo van Lith dan khusus dibangun untuk
melestarikan sejarah lahirnya gereja Katolik di tanah Jawa. Museum yang
dibangun sejak 23 Juli 1998 ini masih bisa kita jumpai hingga kini di Jalan
Kartini No. 3, Balemulyo, Muntilan, Kabupaten Magelang, satu kompleks dengan
Gereja Katolik Santo Antonius Padua Muntilan, sekolah Katolik, dan susteran.
Saat pertama kali
berkunjung ke sini, kita akan disambut patung Romo van Lith di depan museum.
Museum ini menyimpan koleksi barang-barang bersejarah yang berhubungan dengan
agama Katolik seperti relikui, kitab-kita doa, jubah, hingga kisah para tokoh
Katolik Jawa dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Salah satu yang paling
mencuri perhatian wisatawan yang berkunjung ke Museum Misi adalah benda-benda
peninggalan Mgr. Albertus Soegijapranata. Beliau merupakan uskup pribumi
Indonesia pertama yang dulu pernah menjabat sebagai Uskup Agung Semarang. Mgr.
Albertus Soegijapranata juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden
pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, karena usahanya membantu kemerdekaan
Indonesia pada masa itu.
Selain mengemban misi
menyebarkan agama Katolik di tanah Jawa, Romo van Lith juga berusaha membangun
daerah Muntilan. Ia membuka sekolah di
sana, namun uniknya, di sekolah tersebut justru tidak ada pelajaran agama
Katolik. Kala itu, Romo van Lith mengupayakan untuk mengajar siapa saja yang
datang, apa pun agamanya. Anak-anak Jawa yang ia didik selalu diberi edukasi
mengenai kepemimpinan.
Lewat sekolah yang
didirikan oleh Romo van Lith, lahirlah para elite politik Katolik seperti
Kasimo, Soegijapranata, Yos Sudarso, Frans Seda, dll. Nama Romo van Lith juga
diabadikan menjadi nama sekolahan yang hingga kini dikenal dengan nama SMA
Pangudi Luhur van Lith Muntilan. *** mojok.co