Diduga Pencemaran Nama Baik, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Malaka Klarifikasi Pernyataannya

Diduga Pencemaran Nama Baik, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Malaka Klarifikasi Pernyataannya

Ketua Komisi III DPRD Malaka, Henri Melky Simu. Menurut Henri pernyataan jangan-jangan bupati Malaka masuk angin itu bukan kali ini saja tapi sudah ada beberapa kejadian-kejadian yang menurutnya bupati Malaka lambat mengambil langkah atau mengambil tindakan. 


Setapak NumbeiKetua Komisi III DPRD Malaka Henri Melky Simu menyampaikan klarifikasi terkait pernyataannya 'jangan-jangan bupati Malaka masuk angin' yang diduga sebagai pencemaran nama baik terhadap Bupati Malaka Dr. Simon Nahak.

Menurut Henri Melky Simu bahwa pernyataannya itu bukan kali ini saja tapi sudah ada beberapa kejadian-kejadian yang menurutnya bupati Malaka lambat mengambil langkah atau mengambil tindakan. 

Dalam keterangannya kepada Pos Kupang di Betun, Jumat 7 Oktober 2022 sore, Henri Melky Simu membeberkan alasan terkait pernyataanya itu.

Pertama, masalah tenaga kontrak daerah (Teda) itu sesuai dengan pernyataan bupati Malaka akan direkrut orang-orang yang berkualitas tapi dalam pelaksanaannya yang direkrut juga yang dilihat sama saja. 

"Proses perekrutan waktu itu bilang melalui tes paling tidak lewat wawancara tapi kenyataannnya proses perekrutan itu tidak melalui tahapan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh bupati Malaka. Kami sampaikan kalau bisa perekrutan Teda harus sesuai ini tapi pelaksanaannya tidak sesuai, " ungkapnya.

Kedua, masalah program bupati Malaka terkait swasembada pangan kenyataannya sampai sekarang yang terlihat masyarakat lagi menjerit kelaparan. 

"Kami minta supaya kalau bisa tim pakarnya dihadirkan di DPR untuk presentasi tentang konsep swasemda pangan itu seperti apa, maunya seperti apa dari pemerintah. Mengingat ini program utama tapi sampai sekarang tidak ada itu, sudah RDP kita minta tapi sampai dengan saat ini kami belum ada tim pakar yang datang untuk menjelaskan ke kami program swasemda pangan itu seperti apa, " tandas Melki Simu.

Ketiga, janji Bupati Malaka dalam kampaye untuk tidak akan mutasi ASN dari Fehan ke Foho (atau dari dataran rendah ke dataran tinggi, Red) kasih pisah suami isteri tapi dalam beberapa waktu lalu yang dilihat tidak seperti itu.

Ia mencontohkan, ada mutasi dari Aintasi (dataran rendah, Red) dia sampai di Rinhat (dataran tinggi, Red) dan  dari Rinhat datang sampai di Aintasi. Jadi semua yang dibuat ini tidak sesuai dengan janji - janji kampaye atau programnya.

"Masih terkait dengan mutasi, kemarin komisi ASN menyuruh untuk mengembalikan SK yang sudah dikeluarkan. Ini satu perlakuan yang tidak bagus, memalukan, wibawa bupati Malaka tidak ada. Kita mau kasih masukan supaya pejabat - pejabat yang ada berbuat sesuai aturan. Kan kasian Bupati Malaka dipermalukan tapi begitupun bupati Malaka masih diam saja, " tegasnya. 

Selain itu di sidang perubahan, lanjutnya karena baru- baru ini ada mutasi lagi, misalnya, dari Plt. BKPSDM Yan Boko dia bergeser lagi menjadi Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

"Plt. BKPSDM ini dulunya Sekretaris merangkap Plt. BKPSDM, harusnya beliau tetap disitu kalau memang mau Plt. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Seketaris juga harus bergeser supaya beliau menjadi Sekretaris Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus merangkap Plt. Pendidikan dan Kebudayaan. Ini ada surat edarannya dari Badan Kepegawaian Negara yakni surat edaran nomor 1 tahun 2021. Sehingga menurut saya pemerintah asal buat saja tidak melihat atau tidak sesuai dengan aturan yang ada, " terangnya.

Keempat, terkait dengan pembangunan Puskesmas Weliman ini dari awal pihaknya sudah omong ulang-ulang sejak dari awal kepemimpinan Bupati Simon Nahak. Dewan meminta supaya kontraktornya di PHK karena pekerjaan ini sudah terlalu lama sehingga dewan menunggu adanya kebijakan. Namun, sampai bangunan ini rubuh pun masih diam terus, pertanyaannya kenapa kontraktor ini tidak bisa di PHK. 

"Yah, kemarin dalam pernyataan Bupati Malaka bilang sudah di PHK mungkin baru kemarin ini tapi selama ini kenapa tidak ada langkah untuk di PHK. Kami minta juga coba hitungkan besaran dendanya karena kita lihat Puskesmas Weliman ini sudah mangkrak dari 2019 dendanya sudah berapa, sisa anggaran ini bisa tidak kontraktor yang lain mau melanjutkan pekerjaan kita mau supaya cari solusinya tapi pemerintah diam terus, " katanya.

Kelima, pembangunan bantuan rumah seroja dimana semua sama-sama tahu bukan bupati Malaka tidak tahu. Henri Melky Simu yakin bupati Malaka juga tahu masalah yang terjadi di Lamudur, dan Wederok, seperti apa bupati Malaka tahu itu tapi dirinya kesal kenapa bupati tidak memanggil Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Malaka, Gabriel Seran untuk bertanya kejelasannya.

"Di laporan komisi juga jelas kami sampaikan untuk pengawasannya lebih ketat lagi dari BPBD tapi yang kita lihat seperti apa malah kami DPR yang dituding diam. Padahal kami sudah memanggil Kepala BPBD Gabriel Seran untuk menyampaikan pengaduan dari masyarakat, " ujarnya.

Berdasarkan beberapa alasan di atas Henri Melky Simu mengambil kesimpulan kalau Bupati Malaka jangan-jangan lagi masuk angin. Dia lagi sakit. Makanya ia tidak bisa berkonsentrasi, ia tidak bisa cepat mengambil keputusan untuk memperbaiki apa yang pihaknya sampaikan ini. 

"Dan, sesuai dengan pernyataan bupati Malaka bahwa ia lagi baik-baik saja. Kontraktor di Puskesmas Weliman sudah di PHK. Okey, kami setuju kalau bapak bupati Malaka baik-baik saja saya terima kasih dan kalau sudah PHK saya juga terima kasih. Ini yang kami mau dan kami mau seperti itu, apa yang kami sampaikan kita sama-sama ke lapangan dan kita lihat karena kita harus secepat ambil tindakan bukan diam dan biarkan terus kalau dibiarkan terus maka saya akan beranggapan bahwa bupati Malaka masih sakit terus," tambahnya.

Kalau memang masih sakit terus atau masuk angin Henri Melky Simu menganjurkan untuk minum tolak angin supaya jangan masuk angin. 

Mengapa sampai pernyataan bupati Malaka jangan-jangan masuk angin ini karena tidak ada respon yang baik dari pemerintah dalam hal ini dari bupati Malaka dan sama  sekali tidak ada, mulai dari Teda, Swasemda Pangan, Mutasi, 

Diulanginya lagi, terkait mutasi juga Ia minta supaya kalau bisa jangan mutasi lagi atau jangan asal kasih pindah. Ini tidak ada pemetaan yang baik.

 "Kemarin kita mau RDP juga dengan Baperjakat supaya meminta proses mutasi yang terjadi ini berdasarkan apa pertimbangannya, ini harus dijelaskan kenapa orang Bidan bisa jadi Camat orang Sarjana Perikanan jadi Plt. Kadis Pertanian padahal waktu kampaye kita omong,  kita harus tempatkan orang sesuai basic ilmu tapi kenyataan tidak seperti itu jadi kami masih beranggapan mungkin bupati Malaka masih sakit jadi kondisi kesehatannya masih terganggu jadi belum terlalu serius untuk memikirkan pembangunan di Malaka ini," ucapnya.

Tapi karena pernyataan beliau bilang sudah sehat- sehat ia terima kasih dan dirinya salut kalau memang sudah sehat. Selanjutnya kata Henri Melky Simu dirinya meminta agar dilihat kembali apa yang sudah dsampaikan ini untuk ditindaklanjuti jangan dibiarkan terus. 

Terkait kuasa hukum Bupati Malaka akan melaporkannya  ke pihak kepolisian ia siap untuk menghadapi kalau niatnya seperti itu. 

"Saya menunggu panggilan polisi. Karena sebagai warga negara Indonesia yang baik harus taat hukum dan saya akan datangi untuk menjelaskan. Walaupun batas waktu yang diberi kuasa hukum bupati Malaka 1x 24 jam saya belum terima suratnya tapi kalau memang ada surat saya siap memberikan klarifikasi," tegas Politisi Partai Golkar ini.

Baginya, kalau bupati Malaka itu bijak panggil dan diskusikan bukan sedikit-sedikit lapor polisi. Jangan anti kritik.

"Masa masalah masuk angin saja kok jadi masalah. Padahal kemarin sudah buat pernyataan lagi sehat-sehat. Terus satu hari kemudian mau lapor polisi. Kalau memang bupati Malaka elegan panggil untuk kita dialog bisa, atau nanti kami panggil untuk RDP yang penting beliau bersedia. Saya bersedia bupati Malaka panggil untuk kita klarifikasi di mana saja.  Karena Komisi III yang mitra dengan Dinas PU. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai harus disampaikan dan laporan itu ada dari fraksi-fraksi dan komisi semua itu ada. Hanya tindaklanjut dari pemerintah lambat," kritik Melky Simu.

"Contoh sekarang saja MCK yang di Wederok dan Raimataus tidak selesai. Ini kami sudah omong ulang-ulang PHK tapi pemerintah diam saja kenapa sich tidak berani PHK, pertanyaan saya kenapa sich tidak berani untuk PHK kontraktornya. Orang kerja sampai ulang tahun. Ada apa sampai tidak berani PHK? " tanyanya tegas. 

Menurutnya, pekerjaan di Wederok itu tidak sesuai dimana semua besi tidak sesuai dengan spek dan itu sudah dituangkan dalam pansus. Tindaklanjut dari pemerintah seperti apa tidak ada diam saja. 

"Jadi pekerjaan mana kontraknya kita mau lihat dulu. Pekerjaan ini ada jangka waktunya atau tidak. Kalau pekerjaan ini ada jangka waktunya kita lihat isi kontraknya kapan dia di PHK. Tapi sekarang kan tidak ada dia kerja sampai berapa tahun dan sampai selesai juga tidak apa-apa. Kan lucu itu. Masih baik saya bilang beliau masih sakit atau jangan-jangan masuk angin makanya tidak bisa konsentrasi penuh, kondisi kesehatannya lagi terganggu. Tapi beliau bilang lagi sehat-sehat iya terima kasih kalau lagi sehat-sehat," tutup Melky Simu yang juga Ketua Fraksi Golkar DPRD Malaka ini.(*) poskupang.com





 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama