Ilustrasi Kehidupan dan Komedi |
Di film modern times Charlie Chaplin membongkar
kekhawatiran manusia setelah hadirnya mesin-mesin industri. Salah satu adegan
menarik, ketikan Tramp yang jenuh bekerja suatu ketika pergi ke toilet untuk
merokok. Tak lama, ia dikagetkan oleh kemunculan bosnya dan menyuruh untuk
kembali bekerja. Hal ini menjelaskan, adanya kontrol penuh dari bos kepada
pekerjanya. Akibat tuntutan kerja ditambah teknologi mesin yang memaksa
memaksimalkan produktifitas, layaknya robot, maka Tramp menjadi gila.
Manusia dipaksa untuk
menjadi robot, sebuah usaha menjadikan manusia tanpa jiwa dan tawa. Manusia
dipaksa melihat kenyataan dengan kaku dan serius. Padahal hidup tidak selamanya
harus dilihat secara serius. Ada hal-hal yang terdapat dalam diri manusia,
seperti tertawa yang harus dimaksimalkan sepenuhnya.
Komedi adalah jalan
sempit untuk lolos bukan dari kebenaran melainkan dari keputusasaan. Kita tidak
pernah tahu jalan yang kita tempuh apakah sesuai dengan harapan atau tidak.
Jika tidak sesuai dengan harapan terkadang kita mengalami kekecewaan. Maka
hadirnya komedi berperan untuk mengatasi kekecewaan. Bahkan komedi dapat
merobohkan dinding kekuasaan yang telah lama berdiri kokoh. Sebagaimana dalam
film Charlie Chaplin berjudul the great
dictator tahun 1940. Sebuah film komedi kritik sosial terhadap kepemimpinan
seorang Adolf Hitler.
Negara yang besar
adalah negara yang mampu mentertawakan dirinya sendiri. Sebagaimana dalam buku
berjudul mati ketawa cara Rusia. Sebuah buku komedi yang cerdas dalam melihat
fenomena kehidupan dengan cara yang berbeda. Kehadiran buku mati ketawa cara
Rusia membuktikan betapa selera komedi yang tinggi mampu bertahan di tengah
masyarakat yang tertekan. Komedi memiliki unsur sindiran halus yang mengajukan
kritik atas hal-hal yang salah dalam kehidupan, tanpa rasa marah dan kepahitan
hati.
Komedi merupakan
senjata ampuh untuk memelihara kewarasan orientasi hidup sebuah masyarakat.
Bahkan ketika masyarakat mengharapkan keseriusan dari sistem demokrasi yang
dijalankan di Indonesia. Gus Dur malah menjawabnya dengan cara berkomedi.
Sebagaimana Gus Dur ketika ditanya oleh seorang reporter, "Gus Dur, jika
kemajuan demokrasi kita dianalogikan seperti menempuh perjalanan kereta api
dari Jakarta ke Surabaya, kita sudah sampai di mana sekarang?" tanya sang
reporter. "kita sampai di bekasi," jawab Gus Dur. "itu artinya
enggak jalan dong?" tanya reporter. "iya, sudah tahu masih
bertanya". Jawaban Gus Dur melalui komedi ini merupakan bentuk sindiran
halus di tengah harapan besar masyarakat akan pentingnya menjalankan demokrasi
dengan sungguh-sungguh.
Komedi mampu mencairkan
suasana yang dianggap kaku. Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Nawas yang tak
mampu meruntuhkan sebuah dinding batu yang tebal. Disebabkan badannya yang
kecil dan lemah. Tetapi ia tetap berpikir keras untuk meruntuhkannya. Hingga
akhirnya muncul tindakan yang menakjubkan, yaitu dengan cara mentertawakannya.
Dinding itu memang tak mampu diruntuhkan, tetapi setidaknya dalam dinding itu
tidak menyimpan kekokohan yang mutlak. Mentertawakan kenyataan bukan sesuatu
yang buruk. Tapi melihat kenyataan dengan sewajarnya dan memformulasikan dengan penuh gembira dan bahagia.
*** catatan Jalan Setapak We Alas Harekain pada Minggu, 09 Oktober 2022