ilustrasi ginjal. kenhub.com |
Ketua IDAI NTT Woro
Indri Padmosiwi mengatakan, kematian anak akibat gagal ginjal akut di Rote
Ndao, terjadi pada akhir September lalu. Namun penyebab kondisi gagal ginjal
dialami anak tersebut tidak diketahui pasti, terlebih keterbatasan fasilitas
pemeriksaan fungsi ginjal di Rote Ndao.
Menurut dia, diagnosa
terjadinya gagal ginjal pada anak tersebut karena tidak kencing selama 12 jam.
Balita ini kemudian meninggal dunia enam jam setelah diperiksakan keluarga ke
rumah sakit setempat.
"Artinya
penyebabnya benar-benar kita tidak tahu," kata Woro saat diwawancarai di
Rumah Sakit Wira Sakti, Rabu (19/10).
Ciri-Ciri Gagal Ginjal
Beberapa kasus gagal
ginjal terhadap anak cenderung terjadi dengan penyebab yang bisa diketahui.
Misalnya kasus yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof W. Z.
Johannes, gagal ginjal yang dialami seorang anak akibat adanya infeksi kuman.
Sementara kasus di Rote
Ndao, berdasarkan keterangan keluarga disebut awalnya si anak mengalami batuk
pilek. Orang tuanya menyebut tidak ada pemberian obat-obatan yang dapat
menyebabkan kondisi itu terjadi.
"Saat si anak
dibawa ke petugas rumah sakit pun dengan kondisi sesak nafas, badan panas
tinggi disertai tidak kencing," ujar dia.
IDAI Imbau Orangtua Cek Kesehatan Anak
IDAI NTT mengimbau para
orangtua memiliki anak berumur di bawah 18 tahun segera mengecek kondisi buah
hatinya dengan ciri-ciri penyakit gagal ginjal akut. Ciri-ciri itu seperti
kondisi demam, infeksi saluran nafas akut, pilek, mual atau muntah hingga feses
cair maka, tidak kencing dalam waktu lama, urine berwarna merah atau ada
bengkak di badan, maka perlu segera ditangani sebelum terlambat.
"Bila kondisi
seperti itu bawa segera ke rumah sakit," tambah dokter spesialis anak di
Klinik Medika Wirasakti ini.
Ia menyebut cuci darah
untuk anak-anak memang membutuhkan alat khusus karena yang tersedia di rumah
sakit seperti RSUD Prof W. Z. Johannes hanya untuk orang dewasa. Saat ini
sementara dikoordinasikan dengan RSUD W. Z Johannes agar bisa diadakan.
IDAI NTT juga meminta
agar sembilan obat sirup anak yang perlu dihindari sementara waktu.
Woro juga mengimbau
kepada dokter anak agar tidak memberikan resep obat sirup bagi pasien anak.
Anjuran itu sesuai penyampaian dari IDAI pusat, agar saat ini tidak memberikan
obat paracetamol dalam bentuk sirup bagi anak.
"Karena diduga,
takutnya tercemar oleh sesuatu zat etilen glikol itu, yang mungkin menimbulkan
gagal ginjal akut," kata dia.
Woro juga menganjurkan,
jika anak dalam keadaan panas maka bisa diberikan Paracetamol tablet atau
kapsul untuk anak kecil. Namun dia mengingatkan para orangtua mesti hati-hati
dengan obat sirup.
Menurutnya, etilen
glikol itu diduga menyebabkan gagal ginjal akut pada anak-anak. Untuk itu, dia
menegaskan agar tidak mengkonsumsi sirup yang mengandung etilen glikol.
Penggunaan obat lain, kata dia, mesti sesuai dengan dosis untuk anak-anak.
Dia mengingatkan agar
memperhatikan air kencing anak tersebut. Jika anak tidak buang air kecil lebih
dari 12 jam maka itu merupakan tanda yang tidak baik, sehingga perlu mendapat
perawatan di rumah sakit.
"Penyakit ini umumnya menyerang anak dengan usia 0-18 tahun. Dari jumlah kasus yang ada di Indonesia, laporan paling banyak kategori balita," tutup Woro. [gil]*** merdeka.com