Nasri awalnya
menjelaskan bahwa kelangkaan minyak tanah di NTT disebabkan adanya pengurangan
kuota. Menurutnya, Gubernur NTT sudah bersurat agar kuota minyak tanah untuk
NTT dinaikkan. Ia menyebut, kuota minyak tanah akan dinaikkan dalam minggu ini.
"Tetapi ke depan
tidak bisa lagi, karena kebijakan itu hanya sesaat dan tidak bertahan karena
stoknya tidak ada," kata Nasri kepada detikBali di Kantor Disperindag NTT,
Senin (28/11/2022).
Nasri mengakui, saat
ini masyarakat NTT masih bergantung dengan minyak tanah. Hanya saja, bahan
bakar yang tidak dapat diperbaharui itu akan habis jika terus menerus
digunakan. Ia pun mendorong warga agar mencoba untuk beralih ke penggunaan gas
elpiji.
"Mau tidak mau
harus terima. Secara alamiah ketersediaan energi dari fosil sudah
menipis," tandasnya.
Sebagai informasi,
sebagian besar masyarakat di Kupang memang masih menggunakan bahan bakar minyak
tanah. Banyak di antara warga yang enggan beralih ke gas elpiji. Warga mengaku
tak mau menggunakan gas elpiji karena takut menimbulkan ledakan dan kebakaran.
"Kami nonton di
televisi, ada kebakaran rumah-rumah di Jawa akibat ledakan gas elpiji. Mau
bagaimanapun kami menolah pakai LPG," kata seorang warga saat antre demi
mendapat minyak tanah di Lapangan Lasitarda, Sabtu (26/11) lalu.
Akibat langkanya minyak
tanah di Kupang, ribuan warga Kecamatan Kelapa Lima tumpah ruah di Lapangan
Lasitarda, Sabtu (26/11/2022). Mereka rela antre dari pagi dan bertahan hingga
sore demi mendapat minyak tanah yang sedang langka di Kupang.
Sebelumnya, antrean
warga juga terjadi di salah satu pangkalan minyak tanah di Pasar Oesapa,
Kupang, Selasa (22/11/2022). Warga yang antre berjam-jam bahkan ada yang tidak
kebagian karena stok yang sedikit.*** detik.com