Kesurupan acapkali
dihubungkan dengan hal-hal mistis layaknya roh halus ataupun hal supranatural
lainnya. Hal ini kemudian membangun stigma negatif di lingkungan masyarakat
yang mempersepsikan bahwasanya kesurupan merupakan suatu hal yang buruk dan
mengerikan. Bahkan, dalam beberapa kesempatan kesurupan sering kali dikaitkan
dengan masuknya roh jahat dari seseorang yang telah mati. Namun, terlepas dari
berbagai kepercayaan yang melekat dari kalangan masyarakat, nyatanya kesurupan
memiliki penjelasan secara medis loh.
Kesurupan dalam sudut pandang medis
Dalam dunia medis,
seseorang yang mengalami kesurupan bisa jadi disebabkan oleh adanya gangguan
kejiwaan yang disebut dengan Dissociative Trance Disorder (DTD). Gangguan ini
merupakan reaksi kejiwaan yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang
dalam menyadari realitas yang ada di sekitarnya. Jadi, orang yang memiliki
gangguan ini biasanya akan merasakan kehilangan kesadaran sehingga tidak
memiliki kemampuan dalam mengontrol diri.
Nah, pernyataan
tersebut tentunya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Orang yang
akan mengalami kesurupan memiliki kecenderungan untuk melamun serta mulai
mengabaikan lingkungan sekitarnya. Inilah yang menandakan pikiran seseorang itu
sudah mulai kosong, kemudian diikuti dengan kesadarannya yang juga perlahan
menghilang. Namun, pernahkah kalian bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi
di dalam otak ketika seseorang mengalami kesurupan?
Yang terjadi di dalam otak ketika seseorang
mengalami kesurupan
Dapat dikatakan bahwa
orang-orang yang kesurupan sebenarnya sedang mengalami halusinasi. Di dalam
otaknya terdapat masalah pada bagian saraf. Zat kimia penghantar sel saraf yang
disebut dengan Neurotransmitter telah mengalami gangguan.
Karena seperti yang
kita ketahui, sistem saraf sangat berfungsi dalam mengontrol organ tubuh.
Sejatinya, proses membawa pesan kimia yang dihantarkan oleh Neurotransmitter
sangat berperan penting, sebab dapat memicu bagian tubuh tertentu untuk
melakukan fungsinya jika telah mendapatkan pesan yang diberikan.
Dengan demikian,
Neurotransmitter yang ada di sini mengalami gangguan, sehingga organ tubuh
merespons layaknya terdapat informasi yang dihantarkan. Padahal, kenyataannya
tidak ada informasi yang dirasakan sendiri oleh reseptor tubuh. Hal ini
kemudian menyebabkan organ sensoris ikut mempersepsikan stimulus dari suara,
penglihatan, serta rasa sentuhan yang tidak ada secara nyata.
Beberapa jenis kesurupan
Kesurupan Adapun
menurut gejalanya kesurupan di sini dapat dibagi menjadi dua jenis yakni:
Possesion
Trance
Seseorang yang
mengalami kesurupan seperti ini biasanya akan terlihat seperti dirasuki oleh
sesuatu. Dengan begitu, dia pun akan mengalami amnesia serta halusinasi sesaat.
Bahkan, dalam beberapa kasus ditemukan bahwa mereka tidak mengingat sama sekali
tentang dirinya, dan tak jarang bertingkah aneh. Jenis yang seperti ini banyak
sekali ditemukan di lingkungan sekitar, layaknya seseorang yang bertingkah
seolah-olah dia merupakan hewan buas, ataupun roh dari seseorang yang telah
lama mati.
Trance
Disorder
Jenis ini biasanya
masih mengenali diri mereka sendiri, namun terkadang mengalami kesulitan dalam
memahami keadaan di sekitarnya. Hal ini membuat mereka seringkali kesulitan
untuk berbicara, atau bahkan hanya sekadar bergerak.
Penyebab kesurupan
Faktor pemicu dari
kesurupan sebenarnya ada bermacam, namun biasanya gangguan ini disebabkan oleh
berbagai faktor layaknya luapan emosi tidak terkontrol yang disebabkan oleh
stres, depresi, kecemasan, dan lain-lain.
Dengan demikian,
terlepas dari kepercayaan masyarakat mengenai hal mistis ataupun penjelasan
gaib nya. Sejatinya fenomena kesurupan ini nyatanya dapat dijelaskan oleh medis
melalui berbagai penelitian. Apa pun kepercayaan yang kamu yakini saat ini,
penting untuk diketahui bahwasanya pikiran sangat berpengaruh dengan apa yang
terjadi dengan diri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan akal yang sehat serta
pikiran yang positif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Referensi :
Irkani, S. (2019).
Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah. Jurnal Studia Insania,
6(2), 108-120.
Mainieri, A. G., Peres,
J. F. P., Moreira-Almeida, A., Mathiak, K., Habel, U., & Kohn, N. (2017).
Neural correlates of psychotic-like experiences during spiritual-trance state.
Psychiatry Research: Neuroimaging, 266, 101-107.
https://www.youtube.com/watch?v=cezpDidHi_c