Terlebih lagi ada kabar
gembira. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dicabut.
Keramaian dan kerumunan tak lagi diharamkan. Kita tak lagi mudah gabut.
Sendiri boleh saja,
asal diniatkan. Sendiri memang butuh mental baja. Kalau kamu sendirian, jadilah
seperti Kevin. Sebab merasa sering di-bully, ia berharap bisa sendirian tanpa
keluarganya. Lalu, kun fayakun, harapannya terkabul. Tanpa disengaja, ia
ditinggalkan keluarganya belibur ke Paris. Kemudian, ia sibuk dengan bermacam
taktik. Melawan dua perampok bodoh yang berhasrat menggasak isi rumahnya. Pesan
berikutnya: jauh dari keluarga terasa berat. Tapi mengikut jalan cerita, Kevin
memang ditakdirkan sibuk.
@rannumbei1 Happy new year 2022 #happynewyear2023 #fyp #inspirasihidup #katolikroma ♬ suara asli - Setapak Rai Numbei
Seperti takdir dunia
sekarang. Dunia ini sudah sibuk lagi sesak. Sesak bukan cuma dunia fisik.
Sesaknya dunia, merambah pada dunia virtual. Koneksi tanpa putus 24 jam, zaman
ini kita tak sulit menemukan teman. Amat mudah mendapatkan keramahan. Sekalipun
mungkin artifisial, seperti ramahnya sapaan "Selamat Datang" pegawai
Indomaret.
Tentu saja yang hadir
dalam dunia virtual bukan cuma cinta, persahabatan dan keramahan. Bermacam
hujatan, bullyan, nyinyiran, kecemasan, benci, iri, ancaman juga mengalir.
Entah dalam wujud oleh video , grafis, statistik atau percakapan grup whatsapp.
Kita bisa menyapa siapa
saja tanpa merasa sendirian. Keramahan kita juga dapat diterapkan kepada teman
dan keluarga serta siapa saja secara online. Dengan ponsel, kita mengabarkan
banyak hal. Jangankan kejadian al Nahyan yang cuma kutangan di depan pernikahan
sakral Kaesang dan Erina di Solo. Lha, wong Messi memakai jubah bisht khas Arab
saja kita tahu detik itu juga. Coba cek berapa kali grup percakapan kita
diinterupsi oleh berita anak kecil tersesat dan terlantar. Baru beberapa detik
kabar datang lagi. Si anak sudah bertemu dengan orang tuanya.
Tetapi sayangnya,
ketakutan sekarang ini bukan takut sendirian. Bahkan orang tak dikenal pun bisa
anda aja ngobrol. Diajak tidur bareng, jika mau.
Tetapi musuh kita hari
ini bukanlah Harry Lyme, dan sebagai Marv, perampok bodoh dalam Home Alone. Musuh
ini menyerang tidak pada saat sendiri. Justru ketika ramai dan sibuk, kesepian
menyelinap mengendap-endap. Dan siap merampok. Menggasak kebahagiaan manusia.
Musuh manusia modern
adalah kesepian. Penyakit yang diam-diam mudah menginfeksi. Dalam buku Note on
Nervous Planet, Matt Haig bicara tentang paradoks kesepian. Ada dua paradoks,
yaitu kita semakin mudah terhubung tetapi semakin gampang kesepian. Kita sibuk
tetapi mudah merasa tersisih. Dunia yang meriah, berita dan informasi yang
melimpah ruah, justru kadang membuat kita terasing dan tersiolasi.
Paradoks berikutnya.
Semakin banyak stimulasi manusia makin bosan. Makin banyak hiburan, makin
banyak keramaian, makin banyak pilihan, makin diliputi kebosanan. Dan rasa bosan
ini akan membawa kita untuk mencari pengalih perhatian lain. Sayangnya pengalih
perhatian ini lagi-lagi mengandalkan ponsel kita. Menonton video, melihat
berita, membuka link berita dan sebagainya. Lagi-lagi menjadi lingkaran
stimulan yang berlebihan.
Tersangka Utama
Mau tidak mau harus
menetapkan tersangkanya : smartphone di genggaman kita, lengkap dengan
fitur-fitur, aplikasi dan tetu saja jaringan internetnya yang menyala 24 jam.
Orang tua banyak
curhat. Anak-anak zaman now enggan diajak ke mana-mana, lebih asyik di
kamarnya. Mungkin mau diajak, tetapi matanya tak akan keluar dari layar
gadgetnya.
Sejatinya, bukan karena
mata kita yang tertuju ke layar ponsel. Melainkan nilai-nilai kehidupan modern
yang kita anut sekarang bersumber dan mengacu ke sana. Lewat segala jenis
berita dan informasi berupa teks, gambar, maupun video. Sukses ada ratingnya.
Standar kecantikan mengacu di dalamnya. Versi terburuk kita
dibanding-bandingkan dengan versi terbaik orang lain. Betapa njomplang keadaan
diri manusia melihat versi-versi lainnya. Di situlah kebahagiaan rapuh dan
rentan. Kebahagiaan kita sangat mudah dicuri.
Perampok ini bukan
seperti toko dua maling dalam film Home Alone. Dia lebih jahat lagi. Dia tidak
mudah jatuh dan terpelest oleh muslihat si Kevin. Perampok ini ready setiap 24
jam sehari. Bahkan saat kita terlelap, mudah saja baginya merampok kebahagiaan.
Dengan dering panggilan atau notifikasi di tengah malam.
Sabtu malam minggu,
2022 menuju 2023. Di era modern ini sulit menemukan orang yang betul-betul
sendiri. Malam pergantian tahun baru sudah pasti banyak yang bisa dilakukan.
Kalaupun di rumah tanpa keluarga, kita bisa terhubung dengan mana saja kita
suka.
Sesekali kita bertanya
pada diri sendiri. Mungkin yang kita cari bukanlah keramaian. Boleh saja
sendirian, bahkan kadang penting juga untuk menyendiri. Obat ksesepian konon
tidak harus kehadiran orang lain. Tetapi obatnya adalah kita belajar
berbahagia, meski "ditemani" diri sendiri.
Tetapi jangan sampai kesepian
datang, apalagi datang menyerang berhari-hari, berbulan-bulan. Kalau masih
merasa kesepian, nasihatnya adalah terhubung dengan dunia nyata. Tonjolkan hal
-hal yang membuat bahagia. Kurangi melihat hal-hal yang bikin cemas, marah dan
sedih. Jangan biarkan dunia maya mengendalikan hidup kita. Perbanyak hidup
secara offline.
Ini butuh kerja
keberanian. Memutus perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Kalau Kevin
berhadapan dengan perampok bodoh dan konyol, maka musuh kita adalah musuh yang
sungguh pintar.
Smartphone, ponsel
pintar yang menjadi teman dan pembantu kita. Pada saat yang sama dapat menjadi
pencuri kebahagiaan manusia. Tugas kita sebetulnya tahu kapan menjadi teman dan
menjadi lawan dengan mengabaikannya. Aneh bukan, ia hanya dalam genggaman,
tetapi kitalah yang sering dikendalikan olehnya.
Jadi, percuma saja
menjadikan teknologi smartphone dan internet sebagai tersangka. Apalagi
memvonis begitu saja seakan kita hakimnya. Manusia selalu mempunyai pilihan.
Satu tahun ke depan untuk lebih bahagia, sepertinya manusia harus terlebih
dahulu lebih merdeka. Melawan siapa-siapa yang mencuri kebahagiaannya. Bahkan
untuk tahun-tahun selanjutnya.