Terkuak motif seorang ibu di Nusa Tenggara Timur tega mengikat kaki dan tangan seorang balita berusia dua tahun. |
Hal tersebut
diungkapkan oleh Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Aria Sandy.
Mulanya Aria Sandy
menjelaskan peristiwa itu terjadi pada 20 Januari 2023.
Ia menjelaskan
setelah diikat sehingga
tak bisa bergerak, balita tersebut kemudian ditaruh di atas lantai.
Sementara pelaku yang
merupakan ibu angkat sekaligus tante korban, pergi ke ladang dan membiarkan
korban dengan posisi terikat di dalam rumah yang terkunci.
"Kejadian tersebut
terjadi sekitar 10 hari yang lalu, jadi tanggal 20 Januari 2023," ucap
Ariasandy, dikutip TribunJakarta dari YouTube TV One.
Ariasandy menceritakan
kala itu sejumlah warga sedang menghadiri sosialisasi yang diadakan sebuah LSM
di PAUD dekat rumah korban.
Salah seorang peserta
kemudian mendengar suara tangisan.
"Jadi pada hari
itu, hari Jumat, sekitar pukul 11.00, kebeteluan saat itu ada sosialisasi dari
LSM yang bergerak di bidang perempuan dan anak, di sebuah Puad," ucap
Ariasandy.
"Lalu saat itu
salah satu peserta mendengar tangisan anak di sebuah rumah," imbuhnya.
Warga kemudian berusaha
mencari sumber suara tangisan tersebut.
Mereka mengintip ke
dalam rumah pelaku melalui jendela.
Betapa terkejutnya
warga saat melihat ada seorang balita dengan
kondisi kaki dan tangan terikat tergeletak di lantai sebuah kamar.
Warga akhirnya
melaporkan peristiwa itu ke kepala desa.
"Warga mencoba
mencari tahu diintip melalui jendela ternyata ada anak dalam keadaan
terikat," kata Ariasandy.
"Kemudian warga
lapor ke kepala desa, kemudian beramai-ramai menyelamatkan anak itu,"
imbuhnya.
Polisi menjelaskan
pelaku merupakan ibu angkat sekaligus tante korban.
Sementara ibu kandung
korban sedang bekerja di luar kota.
"Anak ini
merupakan keponakan tersangka, artinya tante, tinggal dirawat sama tiga anak
kandungnya," kata Ariasandy.
"Ibu kandung si
anak bekerja diluar kota, jadi dititip di saudaranya," imbuhnya.
Bukan hanya diikat,
korban rupanya juga kerap mendapatkan penganiayaan dari pelaku.
"Dari hasil
penyelidikan, kita sudah tetapkan jadi tersangka, yang bersangkutan sudah
beberapa kali melakukan tindakan yang sama, yaitu mengikat," ucap
Ariasandy.
"Bahkan pada bulan
Desember, anak ini dipukul menggunakan sapu lidi," imbuhnya.
Bekas penganiayaan
pelaku ternyata masih terlihat dengan jelas di tubuh mungil balita tersebut.
"Masih ada
bekas-bekasnya, masih terlihat," kata Ariasandy.
"Akhir November
juga diikat dengan
cara yang sama," imbuhnya.
Lalu motif pelaku
mengikat balita tersebut
ternyata karena menganggap korban kerap bersikap nakal
"Alasan anak itu diikat karena
kebiasaan bermain kotorannya sendiri saat buang hajat. Oleh tantenya diikat sebelum
pergi keluar rumah," jelas Aria.
Kasus
Serupa
Seorang balita perempuan
berinisial NA (2) warga Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur
dibunuh ibu kandungnya berinisial NK (20).
NK membunuh putrinya di
rumah kontrakan kawasan Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, pada Senin
(23/1/2023).
Kapolsek Cakung Kompol
Syarifah Chaira mengatakan berdasar hasil pemeriksaan sementara NK tega
membunuh darah dagingnya karena kesal korban kerap menangis atau rewel.
Satu seminggu sebelum
NA meninggal dunia, balita tak berdosa tersebut ternyata sempat dianiaya dengan
sadis oleh NK.
NK menendang NA dengan
sangat keras.
Akibat tendangan
tersebut, balita bertubuh mungil itu terjatuh.
Kepalanya terbentur
dinding dan tangannya terpelintir.
NA mengalami luka
parah.
"Ibunya yang
diduga tersangka kesal dan menendang korban hingga jatuh," kata Syarifah
di Jakarta Timur, Rabu (25/1/2023).
"Tangannya
terpelintir dan kepala bagian kening terbentur," imbuhnya.
Kala itu melihat NA
terluka parah, NK lalu memberikan pengobatan seadannya.
Ia membawa korban ke tukang urut lalu diberi ramuan herbal kencur dan diperban.
Tukang urut lalu
menyarankan NK untuk membawa NA ke Puskesmas untuk membersihkan lukanya.
Namun luka di kepala NA
terlalu parah, sehingga ia membutuhkan penanganan medis lebih lanjut.
Pada Senin (23/1/2023)
atas saran Puskesmas, NK berniat membawa korban ke rumah sakit di wilayah
Kecamatan Pulogadung.
Merasakan sakit yang
luar biasa di kepala dan tangannya, NA lalu menangis.
Bukannya merasa iba
mendengar tangis kesakitan NA, NK malah menggila.
NK mencekik korban
hingga dua kali dan sehingga balita tidak
berdosa itu meninggal dunia.
"Melihat korban
sesak, (cekikan) dilepas dan didiamkan," ucap Syarifah.
"Beberapa menit
kemudian NK melihat korban diam dan kaku, dan ketika dipegang tangganya sudah
dingin," imbuhnya.
Mendapati korban
meregang nyawa NK lalu menghubungi ibunya atau nenek korban yang berdomisili di
wilayah Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung.
Sekira jam 19.00 WIB,
NK berangkat mengantarkan korban yang sudah meninggal dunia ke rumah orang
tuanya untuk dimakamkan di kawasan Kelurahan Pulogebang.
Beruntung pada Selasa
(24/1/2023) sekira 10.00 WIB perbuatan keji NK terungkap karena warga sekitar
yang mendapati luka kekerasan pada sekujur jasad korban ketika sedang
dimandikan.
"Laporan dari
masyarakat kita datangi. Sehingga penguburan ditunda. Sudah kita bawa ke rumah
sakit (RS) Polri Kramat Jati untuk diautopsi. Tanda kekerasan pada sekujur
tubuh," tutur Syarifah.
Jajaran Unit Reskrim
Polsek Cakung pun melakukan penyelidikan dan mengamankan NK, barang bukti,
serta melakukan pemeriksaan sejumlah saksi untuk mengungkap kasus.
Tapi karena kasus
melibatkan anak proses penyidikan lebih lanjut dilimpahkan dari Unit Reskrim
Polsek Cakung ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres
Metro Jakarta Timur. *** jakarta.tribunnews.com