Tidak mengherankan,
sifat alami dari video tersebut telah melampaui upaya untuk menghilangkannya,
memaksa korban pornografi anak untuk hidup dengannya selamanya.
Di Indonesia, negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia, perdagangan video porno dan seksual yang
melibatkan anak-anak mencapai 114,26 miliar rupiah (7,3 juta dolar AS) tahun
2022.
Pusat Pelaporan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia, yang melacak pencucian uang,
mengatakan sebagian besar konsumen adalah orang-orang yang berbasis di luar
negeri. Karena tidak dapat mengunjungi negara-negara di Asia di mana prostitusi
anak tumbuh subur, para maniak pornografi ini memilih apa yang dikenal sebagai
“sextortion” (eksploitasi seksual) untuk memikat seorang anak agar mengirimkan selfie yang
membahayakan, menurut para ahli.
Begitu anak itu mulai
keberatan, pelaku mengancam akan memposting selfie-nya di media sosial
atau ke kontak orang-orang dekatnya, yang biasanya termasuk para anggota
keluarga.
Dalam sebuah laporan,
Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan mengatakan lokasi para konsumen di
luar negeri tidak mencegah mereka untuk memiliki konten cabul karena
aplikasi fintech seperti Gopay, Ovo, dan Dana membantu mereka
membayar tagihan secara online.
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia meluncurkan serangkaian tindakan
tahun ini untuk mengekang permintaan pornografi anak yang tak ada habisnya dari
Indonesia. Ai Maryati Solihah, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), telah meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengambil
langkah-langkah memblokir akun digital yang membantu transaksi pornografi anak.
Di negara tetangganya
Malaysia, terungkap pada September 2022 bahwa lebih dari 100.000 alamat
protokol internet (IP) yang terdaftar di Malaysia terlibat dalam pornografi
anak.
Tren tersebut
berkembang, menurut sebuah studi oleh National Population and Family
Development Board karena kontrol orang tua terhadap penggunaan internet
anak-anak mereka semakin berkurang dari hari ke hari.
Seorang guru sekolah
dasar di Singapura, Loh Wei Qi, dipenjara pada 9 Desember setelah ia ditemukan
memiliki 7.786 film cabul, termasuk lebih dari 100 video pornografi anak.
Qi adalah pengguna
besar aplikasi seluler Kanada – Kik – sebuah platform chat Kanada, yang
memberinya dosis harian “CP”, singkatan dari Child Porn (pornografi
anak). Dia dijemput oleh polisi Singapura setelah mendapat informasi dari
Kanada.
Para pakar pelecehan
seksual anak mengatakan ketika seseorang tersebur ke dalam pornografi anak,
maka ia akan terus-menerus mengunduh gambar, menyimpannya, dan memposting ulang
sesuka hati dan mereka tidak akan berhenti kecuali ditangkap oleh penegak
hukum. Qi, selama pemeriksaan, mengaku telah melihat film porno yang melibatkan
remaja perempuan sejak 2017.
Negara-negara Asia
lainnya juga pantas disalahkan. Tahun 2019, Bangladesh menduduki peringkat
kelima di dunia karena memaksa anak-anak bekerja untuk konten pornografi,
menurut National Center for Missing and Exploited Children yang
berbasis di AS.
India memimpin indeks
dengan lebih dari 1,9 juta kasus pornografi anak tahun 2019, sementara
tetangganya Pakistan berada di urutan kedua dan Irak serta Aljazair ketiga dan
keempat.
Para penyelidik sepakat
bahwa lonjakan laporan pornografi anak oleh perusahaan dengan platform Internet
terbuka seperti Facebook menunjukkan peningkatan besar dalam volume materi
pelecehan seksual anak di internet, yang dikaitkan dengan kemajuan teknologi.
Sekarang lebih mudah
dan lebih murah untuk menyimpan pornografi anak dalam jumlah besar di hard
drive dan server jarak jauh.
Para penyidik sering
menemukan pornografi anak dengan “file berukuran terabyte“.
Satu terabyte dapat menampung ratusan jam video dan dapat disimpan
hanya dengan 25 dolar AS per bulan di server jarak jauh. Itu dapat
disimpan di hard drive eksternal yang saat ini harganya kurang dari
100 dolar AS.
Ketika volume materi
pelecehan seksual anak di internet melonjak, demikian pula jumlah lembaga yang
bekerja untuk mengekangnya.
Pejabat Keamanan Dalam
Negeri dari AS mengatakan sebagian besar siaran langsung, yang dilakukan untuk
penonton AS dan Eropa Barat, juga live di Filipina karena Bahasa
Inggris umum digunakan di negara Asia yang mayoritas beragama Katolik itu.
Kadang-kadang, keluarga
di Asia mendorong anak-anak ke bisnis seksual anak di bawah umur yang
menguntungkan karena kondisi ekonomi yang sulit.
Orang tua ini sering
mengutip status influencer remaja kelahiran Florida Jenny Popach dan ibunya,
yang sensasional, yang sering muncul dalam video putri remajanya yang tidak
pantas dengan pakaian yang tidak pantas.
Bintang sosial berusia
16 tahun ini saat ini memiliki lebih dari 7 juta penggemar di media sosial dan
menghasilkan banyak uang dari status influencernya dan video di aplikasi
berbagi video pendek. Industri menyebut postingannya sebagai “konten bernilai
kejutan”.
Nama aslinya adalah
Roselie Arritola dan dia menjadi terkenal sejak tahun 2020 pada usia 14 tahun.
Belum jelas mengapa dia memilih untuk mengganti namanya.
Berbagai penelitian
telah menyatakan para remaja Asia menghabiskan lebih dari 10 jam sehari di
perangkat elektronik. Dari jumlah tersebut, setidaknya empat jam sehari
disisihkan untuk situs media sosial, yang memudahkan pemangsa untuk
mengidentifikasi calon korban dengan sedikit usaha, dengan menghindari risiko
tertangkap.
Para korban
dipersiapkan secara online melalui platform chat dan game. Paling sering,
predator jarak jauh menggunakan teknik “catfishing“, menyamar sebagai remaja
untuk mendapatkan kepercayaan dari calon korban. Namun, raksasa teknologi yang
menjalankan situs media sosial populer menunjukkan sedikit minat dalam
menangani pornografi anak.
Partisipasi dalam
aktivitas seksual oleh siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun merupakan
sebuah kejahatan di banyak negara. Aksi itu juga merupakan sebuah pelanggaran
hukum dunia maya internasional untuk menggambarkan anak di bawah umur dengan
pakaian minim, sinkronisasi bibir, lirik lagu yang eksplisit secara seksual,
atau melakukan gerakan tarian seperti twerking, menggoyangkan
payudara, dan mendorong panggul.
Para remaja Asia
menjadi “influencer” dengan harapan pada akhirnya akan terbayar dengan imbalan
uang.
Usia bukanlah halangan
untuk pasar influencer global, yang diproyeksikan mencapai 84,89 miliar dolar
AS tahun 2028, setelah menyentuh 13,8 miliar dolar AS tahun 2021.
Gereja di Asia belum
mengalihkan perhatiannya pada ancaman sosial yang berkembang ini. Sudah saatnya
Federasi Konferensi-konferensi Waligereja Asia membentuk komisi terpisah untuk
misi digital dengan tujuan membantu orang muda dan orang dewasa di Asia untuk
membuat dan menggunakan konten digital dengan iman, harapan, dan cinta kasih
Kristiani.
Mendesak orang untuk
menjalani kehidupan yang baik dan mengutuk dosa tidaklah cukup. Kelambanan hierarki
Gereja dalam memerangi pornografi, khususnya pornografi anak, adalah dosa besar
karena mengabaikan perintah: jangan membunuh.
Setiap kejadian
pornografi anak membunuh pikiran dan tubuh anak berkali-kali. Jika
Gereja, yang mencakup setiap orang Katolik yang dibaptis, membiarakannya,
masing-masing dari mereka harus dianggap membantu pembunuhan, dan hierarki
harus lebih disalahkan karena kepemimpinannya yang diam.
*Pandangan yang
diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan
posisi redaksi resmi Setapak Rai Numbei.
Sumber: Asian
churchs sin of omission on child porn