Sebuah Misa berlangsung di sebuah gereja di Ling La di Provinsi Kon Tum pada 5 Maret. (Foto: Pastor Peter Nguyen Van Dong) |
Dalam sebuah surat
resmi kepada pejabat Provinsi Kon Tum dan Distrik Ngoc Hoi di Dataran Tinggi
Tengah Vietnam, Keuskupan Kontum mengecam keras apa yang disebutnya sebagai
“pelanggaran keji terhadap kesakralan Misa.”
“Tindakan mereka sangat
memprihatinkan dan menyakiti hati saudara dan saudari kami dari subparoki,
serta semua imam dan umat awam di keuskupan dan tempat lain,” kata Pastor Peter
Le Van Hung, kepala Kantor Rumah Uskup Kontum, dalam sebuah pernyataan pada 27
Maret.
Para pejabat pemerintah
setempat, didampingi petugas keamanan, menyerbu sebuah rumah tempat Pastor
Fransiskus Xaverius Le Tien sedang merayakan Misa yang dihadiri banyak umat
Katolik pada 22 Maret.
Para pejabat menuduh
Pastor Tien, imam dari paroki Dak Giac, merayakan Misa di sebuah kapel ilegal.
Kegiatan keagamaan
dilarang di Provinsi Kon Tum, rumah bagi puluhan kelompok etnis. Banyak orang
di provinsi yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja itu hidup dalam kemiskinan
dan jauh dari gereja paroki.
Sebagian besar gereja
di daerah itu hancur selama Perang Vietnam (1955-1975).
Pastor Hung meminta
pihak berwenang “mengakui kapel-kapel sementara di provinsi itu”.
Dia mengatakan
keuskupan mendaftarkan protesnya setelah Uskup Kontum, Mgr. Aloisius Nguyen
Hung Vi mengunjungi Pastor Tien dan umat Katolik setempat untuk menunjukkan
solidaritasnya.
Keuskupan Kontum
meliputi dua provinsi – Gia Lai dan Kon Tum – melayani 380.000 umat Katolik
dari populasi 2,5 juta jiwa.
Sumber: Vietnamese
diocese protests against mass invasion