Seorang Kepala Desa di NTT Ini Tolak Naikan Dana Desa, Simak Ini Alasannya

Seorang Kepala Desa di NTT Ini Tolak Naikan Dana Desa, Simak Ini Alasannya



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Berbeda dengan rekan kepala desa (Kades) lainnya, seorang kepala desa di NTT ini tak setuju jika ada kenaikan anggaran dana desa.

Diketahui, Minggu 20 Maret 2023 ribuan Kades melakukan demonstrasi di Jakarta, menuntut presiden Jokowi agar menaikan anggaran dana desa di tahun 2024.

Ambrosius Boyang, Kepala Desa Amakaka di Kabupaten Lembata, NTT menolak dengan tegas aksi demonstrasi yang mengatasnamakan para kepala desa se-Indonesia itu.

"Tidak sepakat jika rekan - rekan kepala desa menuntut dana desa dinaikan karena taruhannya adalah kepala desa dinilai tidak ada kreativitas," kata Ambrosius Boyang, Minggu malam.

Ia mengatakan, ketika suatu desa dengan pagu dana desanya semakin berkurang dari tahun sebelumnya, maka desa itu sudah dikategorikan desa yang sudah atau sedang berkembang serta sudah bisa menjawabi tujuan dana desa.

Ambo, sapaan akrabnya menyebut membangun desa tidak hanya dengan mengharapkan aliran dana desa dari pusat. Ambo beralasan, sejatinya menjalankan pemerintahaan suatu desa lebih kepada swadaya dan gotong royong.

"Jangan berpaku pada dana desa untuk membangun desa," tegasnya.

Di sisi lain, dia berkata dana desa hanyalah perangsang dan sebagai pintu untuk membuka jalan kreativitas Pemdes dan unsur elemen yang ada, serta masyarakat agar membangun desanya dengan berpedoman pada swadaya dan gotong royong.

"Kita harus menerjemakan tata kelola desa dengan merujuk pada otonomi desa, yang mana desa harus punya kreativitas mengurus rumah tangganya," jelas Ambo.

Ambo kemudian mengingatkan, hadirnya dana desa karena intervensi serta kebijakan politik yang sewaktu - waktu bisa saja akan hilang seiring pergantian rezim.

Dia kembali menelisik tentang demonstrasi para kepala desa di Jakarta. Ambo tidak sepakat dengan agenda tersebut, apalagi NTT masih butuh intervensi lebih bukan saja dari dana desa.

Dirinya juga menyebut, para kepala desa di NTT setau dia, tidak pernah membicarakan rencana kenaikan dana desa. Sebab, jika mendorong agar menaikan dana desa, maka taruhannya adalah kualitas kepala desa.

"Kalau naikan siltap untuk mendukung kinerja pemdes, saya dukung," ucapnya.

Berkaca peruntukannya, kata dia, penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

"Peningkatan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan dan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa," sambung Ambo.

Sementara itu Kepala Desa Oefeto di Kabupaten Kupang, Alex Leomnanu menyebut pihaknya akan sangat bersyukur jika rencana itu disetujui oleh Joko Widodo selaku kepala negara.

Alex mengatakan, sejauh ini tidak ada pembahasan khusus oleh para kepala desa di NTT terkait rencana kenaikan dana desa ini.

Dengan anggaran dana desa yang ada hingga kini, memang tidak mengakomodir semua rencana pembangunan yang ada.

Apalagi menurut dia, penggunaan dana desa merujuk pada petunjuk teknis yang sudah ada.

"Memang tidak semua terakomodir. Apalagi untuk pembangunan fisik. Kalau memang pak presiden setuju, kami bersyukur juga bahwa perhatian dari pihak pusat," ujarnya.

Terus terang, kata Alex, banyak usulan yang harus disesuaikan dengan persediaan anggaran dana desa. Untuk itu, rencana kenaikan lewat demonstrasi oleh para kepala desa, Alex mengaku juga ikut mendukung.

Ia menjelaskan, dirinya sepakat dengan gagasan presiden Jokowi tentang membangun dari pinggiran atau pedesaan. Adanya dana desa memang memberi dampak yang cukup, meski semua belum terpenuhi.

Alex menyarankan kalau memang permintaan kenaikan itu tidak disetujui kepala negara, maka pemerintah pusat perlu mengambil alih pembangunan khususnya infrastruktur jalan.

Karena, infrastruktur jalan baginya sangat penting bagi ekosistem ekonomi masyarakat. Selama ini dana desa ikut membantu perbaikan khusus di bidang pembangunan jalan dalam desa.

"Kalau bisa dari pihak pusat itu bisa melihat yang namanya infrastruktur jalan di pedesaan itu, kalau bisa di kasih hotmix. Karena kalau pake lapen saja itu tiap tahun harus perbaiki terus," jelasnya.

Dirinya juga mengharapkan demonstrasi yang dilakukan oleh para kepala desa di Jakarta, bisa diperhatikan oleh presiden Jokowi untuk dipertimbangkan.

Terpisah, Kepala Dinas PMD NTT, Viktor Manek mengaku sejak tahun 2021 kewenangan mengenai urusan dana desa sudah ditarik ke Kementerian Desa.

Untuk itu, ia tidak bisa berbicara lebih jauh mengenai rencana kenaikan dana desa yang diinginkan para kepala desa se-Indonesia lewat aksi demonstrasi Minggu pagi.

"Saya tidak bisa memberi tanggapan lebih jauh karena itu kewenangan pemerintah pusat lewat Kementrian Desa, bukan kewenangan kita," kata dia ketika dihubungi.

Memang sebelum tahun 2021 lalu kewenangan untuk mengawasi dan pembinaan dan pendampingan dilakukan oleh dinas PMD NTT.

Ia mengatakan pihaknya tetap bekerja sebagaimana diatur dalam Perda untuk membangun koordinasi semata. Sebab kewenangan penuh ada di Badan Pengembangan SDM yang bernaung dibawa Kementrian Desa.

Viktor juga tidak bisa menjelaskan lebih detail mengenai alur dana desa hingga ke desa-desa. Dia beralasan aturan di tahun 2021 dan sebelumnya berbeda dengan aturan yang berlaku saat ini.

Untuk itu, akan sangat tidak mungkin dirinya menjelaskan tentang alur atau proses dana desa itu. (Pos Kupang.Com).






 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama