Konon,
mereka satu bahtera…
Lalu pisah setelah labuh…
Mereka berlagu di pintu-pintu fajar…
Dengan nada tak diajar…
Mereka
menari di ritme alam…
Berteduh di celah rindang…
Saat senja pasti pulang…
Memeluk ranjang malam…
Mereka
tidak menabur…
Namun hidup maju beralur…
Mereka tidak menanam…
Namun semesta sudah paham…
Burung-burung
udara…!
Tak perlu harus bernama…
Nama diingat sesaat…
Namun yang sahaja tinggal erat…
Mengapa….?
Karena mereka tulus…
Pada fajar dan senja…
Sekaligus mereka bebas…
Pergi ke padang segala…
Luas dan luas…
Burung-burung
udara…!
Tulusmu kadang cacat…
Bebasmu kadang macet…
Karena sesat laku dan suara…!
Laku
siapa? Kami…!
Suara siapa? kami…!
Laku bulus melacur tulus…
Suara halus meracun bebas…
Tembak
saja mereka…!
“Lagu” terlalu berisik…!
Tebas saja mereka…!
“Sayap” begitu energik…!
Tebus saja mereka…!
“Moncong” terlalu mematuk…!
Burung-burung
udara…!
Ajar kami tentang tulus…
Agar motif kami lurus…
Lalu hati tak terpenjara…
Ajar kami sejatinya bebas….
Agar cita kami selaras…
Langkah kami jadi seirama…
Burung-burung
udara…!
Masih ada bahtera dulu…
Mari pulang sebelum dihempas…!
Berubahlah, lekas…!