Artinya, kegiatan
tersebut digelar berdasarkan peredaran bulan purnama dalam setahun. Mengutip
dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, upacara etu meliputi beberapa tahap
dengan kegiatan dan waktu yang telah ditentukan.
Tujuan upacara ini adalah sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diperoleh sekaligus sebagai pemohonan kesuburan untuk tanaman di tahun berikutnya. Selain itu, upacara ini juga sebagai peningkatan rasa solidaritas sosial antar warga masyarakat.
Masyarakat setempat
juga menganggap upacara ini sebagai kesenian, olahraga, dan rekreasi. Upacara
ini diselenggarakan di tempat khusus, yakni sao waja (rumah pemali). Segala
persiapkan berlangsung di tempat ini.
Selanjutnya, upacara
toa loka atau upacara awal sebelum etu dilaksanakan di suatu tempat yang
disebut loka. Dalam upacara tersebut dilakukan legi atau sajian untuk arwah
nenek moyang.
Sebelum upacara ini
dimulai, pihak penyelenggara upacara harus mempersiapkan tanggal upacara,
teknis acara, dan penyambutan tamu.
Aturan Etu
Pihak penyelenggara
sebagai tuan rumah juga wajib mempersiapkan lako melo (arena) dengan membuat
pagar keliling, kepo atau alat tinju yang dibuat dari ijuk yang dipintal pada
bagian ujung, mubu atau ikat kepala bewarna merah atau cokelat, kau kasal atau
ikat kuda bewarna merah atau coklat, dan sada.
Selain itu, pihak
penyelenggaran juga harus mempersiapkan dua hal utama, yaitu persiapan fisik
dan mental. Persiapan mental juga diperlukan agar dua kubu bisa sportif dan
menerima kekalahan saat melaksanakan upacara.
Dimulainya upacara
ditandai dengan tinju yang dilaksanakan secara simbolis oleh kedua orang tua.
Kedua orang tua berpakaian lengkap. Sebagai pengganti kepo (alat tinju), mereka
dilengkapi dengan tongkat jagung.
Seusai acara simbolis
ini, para hadirin mulai memadati atau mengelilingi arena loka melo. Suasana
semakin semarak karena adanya nyanyian melo dengan pantun-pantun yang dibawakan
oleh kedua kubu yang disebut fedha melo.
Sementara itu, para
petinju yang sudah mempersiapkan diri beberapa hari atau minggu sebelumnya
menyamar duduk di barisan penonton. Bunyi musik yang mengiringi nyanyian dan
pantun silih berganti mengisyaratkan bahwa petinju masih dicari. Tahap ini
disebut dengan tahap joro.
Ketika melo atau
petinju sudah memakai pakaian tinju, maka upacara etu pun berlangsung. Tidak
ada ketentuan waktu berapa lama pertarungan tersebut berlangsung, tetapi
biasanya pemberhentian dapat terjadi atas keputusan para petinju sendiri.