Ia yang Tengadah ke Langit Suci, Terbalut Kain Merah Kirmizi :“Cintailah aku!” (Sajak Paskah)

Ia yang Tengadah ke Langit Suci, Terbalut Kain Merah Kirmizi :“Cintailah aku!” (Sajak Paskah)



Ia yang rebah, di pangkuan perawan suci

Bangkit setelah tiga hari, melawan mati.

Ia yang lemah, menghidupkan harapan yang nyaris punah.

Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.

Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.

Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.

Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah kirmizi :“Cintailah aku!”

">

Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.

Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.

Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.

Saat aku jumawa dengan imanku

Tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku:

Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.

Muhammadmu, Yesusku, Krisnamu,

Buddhamu, Konfuciusmu —

Mereka semua guru-guruku

Yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta.

Penyakitmu, wahai kaum beriman:

Kalian mudah puas diri, pongah

Jumawa, bagai burung merak.

Kalian gemar menghakimi!

">

Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.

Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.

Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.

Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.

Ya, Yesusmu adalah juga Yesusku.

Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.

Ia membuatku cinta pada yang dinista!. (*)

Selamat pesta paskah buat kita semua

From F3 Family

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama