Ia yang rebah, di pangkuan
perawan suci
Bangkit setelah tiga
hari, melawan mati.
Ia yang lemah,
menghidupkan harapan yang nyaris punah.
Ia yang maha lemah,
jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah,
deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta
pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke
langit suci, terbalut kain merah kirmizi :“Cintailah aku!”
">
Mereka bertengkar
tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada
debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu
lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan
imanku
Tubuh nyeri yang
tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku:
Bahkan Ia pun
menderita, bersama yang nista.
Muhammadmu, Yesusku,
Krisnamu,
Buddhamu, Konfuciusmu —
Mereka semua
guru-guruku
Yang mengajarku tentang
keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum
beriman:
Kalian mudah puas diri,
pongah
Jumawa, bagai burung
merak.
Kalian gemar
menghakimi!
">
Tubuh yang mengucur
darah di kayu itu, bukan burung merak.
Ia mengajar kita,
tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang
mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab
suci, kerap membuatmu merasa paling suci.
Ya, Yesusmu adalah juga
Yesusku.
Ia telah menebusku dari
iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada
yang dinista!. (*)
Selamat pesta paskah buat kita
semua
From F3 Family