Begini kisahnya......
Pada zaman dahulu, di
bumi ini belum ada daratan. Seluruh Bumi ditutupi lautan. Dimana-mana ada
air.
Di salah satu bagian
dari air itu tumbulah sebatang pohon beringin yang sangat besar, kuat dan
lebat.
Keberadaan pohon
beringin itu menunjukkan bahwa di dumi ini ada tempat untuk berpijak.
Melihat bumi yang
demikian itu, munculah julukan Sang Noi Maronak untuk Bapak Langit atau Dewa Langit.
Suatu hari Noi Manorak
yang sedang bersantai dengan para Dewa di langit melihat ke bumi yang penuh
dengan air.
Ia kemudian melihat
seorang wanita dari langit yang dijuluki Ibu Langit.
"Aku akan
mengirimmu ke Bumi," kaa Noi Maronak pada Ibu Langit.
Kalau boleh memilih,
aku ingin tetap disini di langit," kata ibu Langit.
Wanita itu menolak
dengan halus permintaan Noi Maronak.
"Di langit memang
indah, tetapi di bumi membutuh engkau. Bumi membutuhkan manusia yang akan
merawat dan memanfaatkan segala yang ada disana," bujuk Noi Maronak.
Ibu Langit bersedih
hati, ia merasa sangat ngeri harus turun sendirian ke bumi yang penuh
dengan air.
Apalagi disana, ia
hanya melihat sebatang pohon beringin."Tentu setelah engkau disana, akan
terjadi perubahanyang luar biasa karena itu engkau harus pergi."
"Apakah aku akan
selamanya tinggal di tempat yang penuh air itu," kata Ibu Langii mencoba
menawar.
"Tentu saja
tidak."
"Kapan aku bisa
kembali," katanya Ibu Langit.
"Begitu ada
manusia yang hidup di bumi, engkau boleh ke langit,"
Ibu Langit menyetujui
tugas yang diberikan Dewa Langit padanya. Ia harus pergi ke
bumi, karena itulah takdirnya.
Dengan hati
gundah, Ibu Langit mempersiapkan dirinya untuk ke bumi,
Pada hari yang
ditentukan, Dewa Langit pun mengirim Ibu Langit ke
bumi melalui tangga awan yang sangat tinggi.
Ibu Langit tiba
diatas pohon beringi dengan selamat.
Ia berdiam di atas
pohon tersebut. Setelah Ibu Langit tiba di bumi, Dewa Langit mengirimkan
sebuah bingkisan besar untuk Ibu Langit.
Sayangnya, karena jarak
yang jauh dan angin yang bertiup kencang, bingkisan yang dijatuhkan Dewa Langit tidak
tepat sasaran.
Bingkisan tersebut
jatuh ke dalam air.
"Oh, Dewa Langi,
bingkisan kiriman anda jatuh ke dalam air," teriak Ibu Langit.
"Oh, tidak
apa-apa, Ibu Langit," jawa Dewa Langit.
Bingkisan yang jatuh ke
dalam air itu kemudian terbuka, dan dari dalam binskisan itu terjadilah
berbagai makhluk air.
Melihat keajaiban
tersebut, Ibu Langit menjadi senang.
Makhluk-nakhluk itu
bisa menjadi temanku," kata Bu Langit dalam hati.
Tal lama sesuah
bingkisan yang pertama tiba, Dewa Langit mengirimkan lagi sebuah bingkisan
untuk Ibu Langit.
Ibu Langit berusaha
sebaik-baiknya agar bisa mendapat ingkisan tersebut.
Ia tak mau bungkusan
itu jatuh ke dalam ar.
Ibu Langit kemudian
mengembangkan sarungnya untuk menahan bingkisan dari langit.
Tidak lama setelah itu,
bingkisan tiba dan langsung masuk ke dalam sarung Ibu Langit.
Hari lepas hari,
setelah Ibu Langit kejatuhan bingisan dari langit, ia merasakan
perubahan pada tubuhnya.
Iu Langit mengandung
dan melahirkan sepasang anak yang diberi nama Mau Kiak dan Bui Kiak.
Setelah kedua anaknya
dewasa, suatu hari Ibu Langit memanggil mereka berdua.
"Waktu ibu untuk
tinggal bersama kalian tidak lama lagi, Ibu akan pergi ke tempat ibu berasal.
Sepeninggal ibu, harap kalian berdua bisa beranak cucu dan tinggal di
daratan," kata Ibu Langit pada kedua anaknya.
"Tapi bagaimana
kami tinggal sendiri tanpa ibu," kata Bui Kiak.
Matanya berkaca-kaca.
Ia merasa takut hidup tanpa Ibu Langit.
Ibu Langit menghiburnya
dan memeluknya.
Ibu Langit pun
merasa sedih harus meninggalkan anak-anaknya. Tapi ia harus pergi, perjanjian
harus ditepati.
Setelahs selesai
memberi pesan, Ibu Langit kemudian terangkat pelan-pelan ka
langit.
Mau Kiak dan Bui Kiak hanya
bisa memandang ibu Langit dengan mata berkaca-kaca.
Setelah kepergian Ibu Langit,
terjadilah perubahan yang luar biasa pada bumi.
Air mengering daratan
pun kelihatan.
Pohon-pohn tumbuh
dengan subur.
Mau Kiak dan Bui Kiak kemudian
turun dari atas pohon beringin.
Tempat pertama mereka
menginjakkan kaki ke bumi dinamakan Marilu.
Mau Kiak dan Bui Kiak kemudian
berkeluarga dan mendapat seorang anak laki-laki diberi nama Noi Maronak atau Putera Langit sesuai
dengan nama Dewa Langit.
Noi Maronak kemudian
bekembangbiak dan membangun sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Maronak Oan.
Kemudian ini terletak
di Pulau Timor dan dipercayai sebagai Kerajaan Langit yang
ada di Bumi. (*)
Dilansir
setapak rai numbei dari buku
Himpunan Cerita Rakyat NTT Seri I
yang dibuat oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Arkelogi Kajian Sejarah dan
Nilai Tradisional Provinsi NTT, Tahun 2004.