Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) termasuk salah satu provinsi yang banyak menyumbang keberagaman
suku bangsa Indonesia.
Suku-suku ini memiliki
ciri khas dan keunikan sendiri, sehigga turut mewarnai keragaman adat budaya
nusantara.
Salah satu bukti NTT memiliki
sejarah kuno yang hebat adalah ditemukan spesies manusia purba yang memiliki
ukuran tubuh sama dengan “hobbit.”
Penemuan besar itu
merupakan hal yang luar biasa, sebab spesies manusia purba yang diberi nama
Homo Floresiensis hingga saat ini masih terus menerus diperbincangkan dan
ditelusuri keberadaannya oleh para ilmuwan.
Melansir dari berbagai
sumber, ini Suku asli di Indonesia:
1. Suku Atoni
Suku bangsa Atoni
berdiam di pedalaman Pulau Timor wilayah barat yang beberapa besar berupa tanah
kering dan berbukit-bukit kering, seperti di kefetoran Amarasi, FatuLeu,
Amfoang, Mollo, Amanuban, Amanatun, Miomafo, Insana dan Biboki.
Jumlah populasinya
sekitar 300.000 jiwa. Orang Atoni memiliki beragam-jenis sebutan.
Orang Tetun menyebut
mereka orang Dawan, Orang Bunak menyebut mereka Rawan, penduduk di kota Kupang
menyebut mereka Orang Gunung.
2. Suku Alor
Suku bangsa Alor
mendiami daratan pulau Alor, Pantar dan pulau-pulau kecil di antaranya. Tempat
mereka kini termasuk ke dalam kawasan Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Nama Alor mungkin diberi oleh orang luar untuk menyebut semua golongan
masyarakat yang berdiam di tempat itu.
Mereka sendiri terdiri
atas sejumlah suku-suku bangsa, antara lain Abui, Alor, Belagar, Deing, Kabola,
Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui, Lemma, Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan
Wuwuli.
Pada masa lampau
sub-sub suku bangsa itu masing-masing hidup terasing di wilayah perbukitan dan
pegunungan, secara khusus untuk menghindari peperangan dan tekanan dari dunia
luar.
3. Suku Boti
Suku Boti merupakan
salah satu suku tertua di Provinsi NTT. Keberadaannya yang nyaris tidak
terdengar memang pas dengan lokasi mereka yang bertempat tinggal jauh dari
kehidupan kota dan jalur yang ala kadarnya untuk dilewati kendaraan bermotor.
Dari Kupang, Ibukota
Provinsi NTT, secara khusus dulu kita akan menjelang Kota So'e yang merupakan
Ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kota kecil yang teduh,
penghasil buah jeruk. Pada musim jeruk, kita bisa membeli buah itu secara
langsung dari pohon.
Jangan heran jika
dengan uang sebanyak lima ribu rupiah kita telah dapat dipersilahkan memakan
jeruk sepuasnya dari pohon.
4. Suku Bajawa
Untuk suku suku di NTT
yang selanjutnya adalah suku Bajawa. Secara bahasa Bajawa berarti India
belakang.
Nenek moyang penduduk
Bajawa berasal dari India belakang yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka
melanjutkan perjalanan lewat samudera menuju ke Flores dengan mengendarai
sampan yang mereka anggap mirip seperti piring.
Oleh karena itu nama
kota daerah tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang berarti piring
dari Jawa.
5. Suku Deing
Suku Deing merupakan
suatu golongan masyarkat yang mendiami tempat Lebang Beengada, Mariabang, Nadar
dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur. Suku
Deing, merupakan salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di
kabupaten Alor.
Populasi suku Deing
termasuk kecil, tetapi mereka eksis sebagai suatu golongan masyarakat yang
mempunyai adat-istiadat, tradisi dan bahasa sendiri. Suku Deing berdialog dalam
bahasa Deing, yang jadi suatu bahasa cabang bahasa Austronesia.
6. Suku Ende
Suku Ende adalah satu
dari dua suku yang menjadi mayoritas di kabupaten Ende di pulau Flores provinsi
Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Ende di kabupaten Ende hidup bersama
dengan suku Lio yang juga mendiami tempat ini.
Suku Lio sebagai suku
tetangga suku Ende pada biasanya hidup di tempat pegunungan. Meski suku Ende
bertempat tinggal di tempat pesisir di sekitar wilayah selatan kabupaten Ende.
7. Suku Flores
Suku bangsa Flores
adalah percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan
lokasi yang berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi Koloni Portugis,
karenanya interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan
Flores, beik lewat Genetika, Agama dan kebiasaan.
8. Suku Kedang
Suku bangsa ini
mendiami desa-desa dalam tempat Omesuri dan Buyasuri di Flores Timur, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Kedua tempat itu berada
di daratan Pulau Lomblem atau Lembata yang beberapa besar berupa padang rumput
berbukit-bukit.
Jumlah populasi suku
bangsa berbahasa Kedang ini diperkirakan sekitar 12.000 jiwa.
9. Suku Manggarai
Suku bangsa Manggarai
mendiami Kabupaten Manggarai yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa.
Bahasa Manggarai
nampaknya terdiri atas beberapa dialek, seperti dialek Pae, Mabai, Rejong,
Mbaen, Pota, Manggarai Tengah, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Empat
dialek terdepan mungkin merupakan bahasa dari kelompok suku bangsa tersendiri
yang tunduk kepada orang Manggarai di zaman dulu.
10. Suku Ngada
Orang Ngada
sesungguhnya terdiri atas sebagian sub-suku bangsa yakni Ngada, Maung, Riung,
Rongga, Nage Keo, Bajawa dan Palue. Sub-sub suku bangsa itu biasanya ditandai
oleh perbedaan aksen yang mereka gunakan.
Sungguhpun demikian itu
ciri-ciri kebudayaan mereka menonjolkan kesamaan. Masyarakat Suku Ngada berdiam
di Pulau Flores, tepatnya di kawasan Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Populasinya
diperkirakan sekitar 155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup mereka biasanya
merupakan berladang, beberapa di sawah, ada pula yang beternak sapi, kerbau,
dan kuda.
11. Suku Kemak
Masyarakat ini hidup
dari pertanian di ladang dan sawah, beternak kerbau, kuda, sapi, babi dan
kambing. Kaum wanita mereka juga suka menenun kain (tais) Timor yang cukup
terkenal itu.
Jumlah populasi suku
Kemak sekitar 50.000 jiwa. Dalam berhubungan dengan suku bangsa lain di wilayah
Timor Leste mereka menggunakan bahasa Tetun.
12. Suku Kemang
Kemang merupakan salah
satu suku kecil dari sekian banyak suku-suku di kabupaten Alor.
Suku Kemang memiliki
populasi yang kecil, namun mereka memiliki adat-istiadat, budaya dan bahasa
sendiri, yaitu bahasa Kemang.
Masyarakat suku Kemang
dalam bertahan hidup pada bidang pertanian.
Mereka memiliki ladang
atau kebun yang ditanami beberapa jenis tanaman untuk kebutuhan hidup mereka
sehari-hari, seperti jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, pisang dan kelapa.
11. Suku Lamaholot
Suku Lamaholot adalah
salah satu komunitas masyarakat yang terdapat di kabupaten Flores Timur,
Tanjung Bunga, Adonara, Solor dan Lembata, yang semuanya berada di provinsi
Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Lamaholot berbicara dalam bahasa
Lamaholot.
Bahasa Lamaholot
memiliki banyak varian bahasa, yang disebut sebagai bahasa Lamaholot dengan
dialek-dialeknya.Menurut penuturan masyarakat Lamaholot, bahwa pada awalnya
bahasa mereka hanya satu bahasa, yaitu bahasa Lamaholot, dengan terjadinya
percampuran penduduk dari suku-suku lain mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari.
14. Suku Rote
Suku Rote atau Orang
Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan beberapa pantai barat Pulau Timor, di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Tempat mereka termasuk dalam kawasan Kabupaten Kupang.
Ada pendapat para pakar
bahwa penduduk di pulau-pulau itu sebetulnya berasal dari Pulau Seram di Maluku
Tengah. Jumlah populasinya sekitar 88.000 jiwa.
15. Suku Sika
Sika merupakan sebuah
suku-suku di NTT di bangsa Indonesia yang menetap di kawasan tengah timur
Flores antara Sungai Bloh dan Sungai Napung. Bahasa Sika, wilayah dari rumpun
bahasa Timor-Ambon, dipertuturkan oleh suku Sika.*