Nama Sebenarnya Koepan, Ini Sejarah dan 4 Suku yang Pertama Tiba di Kota Kupang NTT

Nama Sebenarnya Koepan, Ini Sejarah dan 4 Suku yang Pertama Tiba di Kota Kupang NTT

Kota Kupang tempo dulu (Foto: ist)


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Nama Kota Kupang oleh masyarakat masa kini hanya dikenal sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kota Kupang melalui tangan-tangan para pemimpinya sudah mengalami banyak kemajuan.

Banyak sekali perubahan seperti tata kota, pembangunan gedung-gedung dan juga tempat pariwisata serta hotel mewah yang kini memadati Kota Kupang.

Wisata kuliner, apalagi, paling mudah ditemukan hampir 24 jam dan berseliweran dengan berbagai jenis makanan khas asal NTT bahkan dari luar.

Ditengah kemajemukan Kota Kupang, rupanya punya sejarah yang unik jika dikenang, ini tentang bagaimana sejarah membentuk kota yang dikenal sebagai Kota Karang itu, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Mengutip buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, nama Kupang diambil dari nama seorang raja yang memerintah kawasan tersebut.

Raja itu diketahui bernama Nai Kopan atau Lai Kopan yang kemudian disebut Kupang. Disebutkan pada tahun 1463, ada 12 kota bandar di Pulau Timor.

Salah satu kota bandar berada di pesisir pantai dengan posisi strategis menghadap ke Teluk Kupang. Kawasan tersebut adalah kekuasaan Raja Helong.

Dan kala itu, yang menjadi raja adalah Raja Koen Lai Bissi. Pada tahun 1613, VOC yang berkedudukan di Batavia mengirim 3 kapal menuju ke Pulau Timor.

Mengutip Kompas.com, perjalanan tersebut dipimpin oleh Apolonius Scotte. Mereka pun berlabuh di Teluk Kupang dan disambut oleh Raja Helong. Sang raja kemudian menawarkan sebidang tanah untuk markas VOC.

Saat itu VOC belum ada kekuatan yang tetap di tanah Timor. Lalu pada 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de Jacinto tiba di Kupang.

Seperti VOC, dia pun mendapatkan tawaran yang sama oleh Raja Helong yakni sebidang tanah. Antonio kemudian mendirikan benteng. Karena ada perselisihan, benteng tersebut ditinggalkan.

VOC yang menganggap NTT sebagai kawasan penting dalam perdagangan mulai melakukan perlawanan. Pada tahun 1625 hingga 1663, VOC melakukan penyerangan ke derah kedudukan Portugis di Pulau Solor.

Mereka pun berhasil merebut Benteng Fort Henricus. Pada tahun 1653, VOC berhasil mendarat di Kupang dan juga merebut bekas benteng Portugis Fort Concordia yang terletak di muara sungai Teluk Kupang.

Kala itu kedatangan VOC di bawah kepemimpinan Japten Johan Burger. Sejak 1653 hingga 1810, VOC menguasai Kupang dan menempatkan 38 openhofd. Terakhir yang memimpin adalah Stoopkert yang berkuasa sejak 1808 hingga 1810.

Untuk pengamanan Kupang, Belanda membentuk kota penyangga di sekitar Teluk Kupang dan mereka mendatangkan penduduk dari Rote, Sabu, dan Solor.

Pada 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan batas kota untuk pengamanan kota dan diterbitkan oada Staablad nomor 171 tahun 1886. Oleh karena itu, tanggal lahir Kota Kupang adalah 23 April 1886.

Sementara itu, penamaan Kupang sendiri berasal dari batu-batu yang disusun menjadi pagar untuk mengelilingi istana kerajaan atas perintah Raja Koen Bissi II atau Koen Am Tuan. Pagar batu itu menyusun ke atas sampai dengan empat lapisan batu.

Dalam bahasa Helong, kondisi seperti itu di sebut Pan sehingga oleh mereka yang ingin menemui Raja Koen di tempat tersebut maka terciptakan istilah Koenpan.

Selanjutnya, Koenpan sendiri berubah menjadi Koepang dan kemudian menjadi Kupang karena menyesuaikan dengan ejaan baru.

Dahulu kala, hanya terdapat dua kampung tradisional di wilayah tersebut yakni Kaisalun dan kampung Buni Baun yang warganya sendiri merupakan bagian dari suku Helong yang datang dari negeri di sebrang laut.

Sementara itu, menurut sebuah data, sebagaimana pernah ditulis Tirto.id, Pulau Timor telah dihuni sejak 13.500 tahun silam oleh sekelompok kecil penduduk yang hidupnya bergantung pada berburu serta mengumpulkan hasil hutan.

Ishak Arries Luitnan dalam bukunya yang berjudul Koepang Tempo Doeloe menjelaskan bahwa penghuni Kupang umumnya berasal dari klan-klan Pulau Seram (Maluku) yang melakukan pelayaran yang panjang hingga tiba di sebelah timur pulau Timor.

Mengutip Memorie Resident Karthaus,terdapat empat rombongan suku yang tiba di Koepang pada abad ke–17 yaitu:

Pertama, Suku Pitais dari Takaeb dan Pasi yang oleh raja pada saat itu diberi tempat di Polla (Oepura)

Kedua, Suku amaabi dari Amanuban yang diberi tempat di dekat Kebon raja, Bonipoi (sebelah gereja Katolik).

Ketiga, Suku Taebanu yang berasal dari pegunungan Mollo yang diberi tempat di Baumata dan membentuk kerajaan Taebanu.

Keempat, Suku Sonbai yang diberi tempat di bukit sebelah barat Benteng Portugis (Nunhila) lalu berpindah ke Bakunase dan membuat kerajaan Sonbai.

 

Sebagai informasi, secara astronomis terletak antara 10º 36’ 14’’ – 10º 39’ 58’’ Lintang Selatan 123º 32’ 23’’ – 123º 37’ 01’’ Bujur Timur dan terletak di bagian tenggara Provinsi NTT. Luas wilayahnya adalah 260,127 km persegi yang terdiri dari 180,27 km daratan dan 94,79 km persegi lautan.***

Sumber: kompas.com, tirto.id




 

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama