Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo saat diwawancarai mengenai musim kering yang tengah melanda NTT. |
BPBD menyebut itu
menyusul musim kemarau yang tengah melanda
NTT. BPBD juga telah menetapkan status siaga darurat terhadap bencana
kekeringan.
"Memang bencana
kekeringan ini kita tidak tahu kapan mulainya,
dan kapan berakhirnya," sebut Kepala Pelaksana BPBD NTT, Ambrosius Kodo,
Sabtu 29 Juli 2023.
Penetapan siaga darurat
kekeringan itu juga telah diikuti oleh lima
daerah di NTT. Alor dan Rote Ndao, kata dia, merupakan dua diantara lima daerah
di NTT yang sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan.
Menurut dia,
bencana kekeringan baru terasa ketika akses air bersih mulai
langka. BPBD dalam waktu dekat akan melakukan rapat koordinasi melibatkan semua
Kabupaten/Kota untuk melakukan identifikasi sumberdaya dalam rangka
penanganan.
"Kita mengimbau
masyarakat untuk mulai menghemat air ketersediaan air kita
sampai dipuncak musim kemarau," ucapnya.
Sisi lain, pada saat
musim kering ini bisa diikuti dengan bencana lain seperti kebakaran hutan
dan lahan. Daerah di NTT diminta agar membentuk satgas untuk mencegah dan
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
Sebelumnya pada 24 Juli
2023, Ambrosius Kodo menyebut bencana kekeringan akan berdampak merata
pada 22 kabupaten dan kota di NTT mulai puncak El Nino Agustus - September
tahun ini.
BPBD NTT juga membuat
prakiraan adanya 1,5 juta jiwa penduduk NTT terdampak. Dia mengatakan
ada daerah-daerah kekeringan ekstrem yang perlu diwaspadai.
"Yang paling parah
itu di Sumba Timur kemudian ke Flores,
sebagian wilayah Timor. Bagian barat Flores masih dapat bertahan dari
kekeringan termasuk Sumba di wilayah Barat, lalu Malaka di Pulau Timor itu
masih bisa bertahan," jelas dia usai rapat bersama DPRD NTT.
BPBD NTT juga menyusun
peta kajian risiko bencana kekeringan, kata dia,
sehingga pemerintah daerah mestinya mulai mendorong penyaluran air
bersih.
Hal ini perlu
diperhatikan mengingat dari informasi sementara diketahui musim
kemarau dapat bergeser hingga ke awal Januari.
"Ini yang dapat
berpengaruh pada musim tanam dan sebagainya tapi kita berharap
bisa tidak terjadi," lanjut dia lagi.
Menurut dia, kondisi
kekeringan ini sangat sulit dideteksi kapan bermula maupun berakhir
sehingga dampaknya akan sangat terasa di daerah yang sulit akses air bersih. Dampak
ikutannya adalah pada kesehatan dan pangan maupun kemiskinan.
Ia sudah mendapatkan
laporan juga adanya beras bantuan dan cadangan beras pemerintah level
kabupaten hingga provinsi untuk mengatasi kemiskinan ekstrem.
"Kita juga
mendorong bagaimana upaya saat memasuki musim hujan untuk menanam
air," kata dia.
Para petani juga
diimbau untuk tidak lagi menanam tanaman boros air. Sedapat mungkin,
kata dia, dapat ditanam tanaman yang bertahan terhadap kekeringan. *** flores.tribunnews.com