Untuk mendorong semangat inovasi karya tenun itu,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT menggelar Exotic Tenun Fest
2023 di Kota Kupang, NTT, selama tiga hari mulai pada Jumat (25/8/2023)
mendatang. Sejumlah penenun binaan BI diundang dalam acara yang juga didukung
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT itu.
Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT Donny H Heatubun
mengatakan, karya tenun NTT banyak disukai pasar karena memiliki motif yang
kaya. Sebanyak 22 kabupaten/kota di NTT pun memiliki motif tenun yang
berbeda-beda. Bahkan, keragaman motif tenun terjadi itu hingga level kampung.
Meski demikian, pengembangan tenun di NTT masih
memiliki tantangan. Menurut Donny, tantangan ke depan adalah menciptakan tenun
dengan pewarna alamiah agar tidak luntur, memiliki permukaan halus, dan lebih
ringan kala dikenakan. ”Kami akan mendampingi kelompok binaaan, termasuk
membantu untuk akses pasar,” ujarnya. Saat ini, BI NTT memliki enam kelompok
tenun binaan.
Menurut Donny, karya tenun yang dapat diterima pasar
akan lebih cepat mengangkat kesejahteraan penenun yang selama ini kesulitan
dalam hal pemasaran. Dia pun meyakini, penenun di NTT dapat berinovasi untuk
mengembangkan karya tenun yang menarik minat pasar.
Dalam Exotic Tenun Fest 2023, para penenun akan
mendapatkan pelatihan cara menghasilkan tenun yang lembut, ringan, dan sejuk.
Karya mereka juga nantinya akan dipamerkan. Di akhir kegiatan itu akan digelar
peragaan busana di Pantai Lasiana, Kupang, dengan mengambil momen matahari
terbenam.
Ketua Dekranasda NTT Julie Laiskodat mengatakan,
kelembutan kain tenun sangat tergantung pada benang dan cara pengerjaannya. Dia
menyebut, beberapa penenun di NTT, misalnya dari Kabupaten Sabu Raijua,
Manggarai Barat, dan Nagekeo, sudah bisa menghasilkan kain tenun yang lembut.
”Untuk percobaan, kami siapkan benangnya.
Selanjutnya nanti bisa pesan sendiri lewat dekranas provinsi ataupun di
kabupaten/kota,” ujar Julie, yang sejak tahun 2018 gencar mempromosikan tenun
NTT di pentas dunia.
Julie menuturkan, upaya promosi tenun NTT telah
dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu momen berkesan dalam upaya promosi
itu adalah ketika sejumlah kepala negara mengenakan tenun NTT saat Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, pada Mei 2023.
Tenun yang dipakai saat itu adalah tenun khas etnis Manggarai dengan motif mata
manuk.
Meski tenun telah dikenal secara internasional,
Julie mengingatkan para penenun agar tetap menjaga identitas budaya yang
melekat pada tenun. Identitas berupa warna dan motif jangan sampai sengaja
dihilangkan. Sebab, hal itu justru akan menghilangkan nilai kain tenun NTT.
Karya tenun NTT banyak disukai oleh pasar karena memiliki motif yang kaya.
Maria Seran (40), penenun dari Kabupaten Malaka,
NTT, mengatakan, tenun dari daerah asalnya dibuat lebih tebal dengan permukaan
agak kasar. Hal itu karena kain tenun di daerah tersebut juga berfungsi untuk
menghalau hawa dingin.
”Tujuan utama kami buat tenun adalah untuk kami
pakai. Banyak urusan kami di kampung memerlukan tenun, seperti pesta adat dan
kematian. Kalau ada yang mau beli, silakan. Menjual bukan tujuan kami menenun,”
ujarnya. *** kompas.com