Inovasi Kain Tenun NTT Harus Tetap Menjaga Identitas Kultural

Inovasi Kain Tenun NTT Harus Tetap Menjaga Identitas Kultural

Para penenun di Nusa Tenggara Timur diharapkan berinovasi menciptakan karya yang bisa diterima pasar. Namun, karya tenun itu harus tetap menjaga identitas kultural setempat.
Wilhelmina Bona yang berusia 94 tahun (kanan) dan Margareta Muti (75) mengerjakan tenun ikat di Kampung Fatubesi, Desa Manulea, Kabupaten Malaka, NTT, pada 31 Oktober 2020.


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Promosi yang dilakukan secara masif melalui pameran hingga diplomasi budaya telah membawa karya tenun asal Nusa Tenggara Timur dikenal luas di berbagai belahan dunia. Para penenun di NTT diharapkan terus berinovasi menciptakan karya yang bisa diterima pasar, tetapi tetap menjaga identitas kultural setempat.

Untuk mendorong semangat inovasi karya tenun itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT menggelar Exotic Tenun Fest 2023 di Kota Kupang, NTT, selama tiga hari mulai pada Jumat (25/8/2023) mendatang. Sejumlah penenun binaan BI diundang dalam acara yang juga didukung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT itu.

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT Donny H Heatubun mengatakan, karya tenun NTT banyak disukai pasar karena memiliki motif yang kaya. Sebanyak 22 kabupaten/kota di NTT pun memiliki motif tenun yang berbeda-beda. Bahkan, keragaman motif tenun terjadi itu hingga level kampung.

Meski demikian, pengembangan tenun di NTT masih memiliki tantangan. Menurut Donny, tantangan ke depan adalah menciptakan tenun dengan pewarna alamiah agar tidak luntur, memiliki permukaan halus, dan lebih ringan kala dikenakan. ”Kami akan mendampingi kelompok binaaan, termasuk membantu untuk akses pasar,” ujarnya. Saat ini, BI NTT memliki enam kelompok tenun binaan.

Proses pembentukan kain tenun ikat saat pameran pesta rakyat dalam rangka KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (7/5/2023). Kain tenun ini berukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter.


Menurut Donny, karya tenun yang dapat diterima pasar akan lebih cepat mengangkat kesejahteraan penenun yang selama ini kesulitan dalam hal pemasaran. Dia pun meyakini, penenun di NTT dapat berinovasi untuk mengembangkan karya tenun yang menarik minat pasar.

Dalam Exotic Tenun Fest 2023, para penenun akan mendapatkan pelatihan cara menghasilkan tenun yang lembut, ringan, dan sejuk. Karya mereka juga nantinya akan dipamerkan. Di akhir kegiatan itu akan digelar peragaan busana di Pantai Lasiana, Kupang, dengan mengambil momen matahari terbenam.

Ketua Dekranasda NTT Julie Laiskodat mengatakan, kelembutan kain tenun sangat tergantung pada benang dan cara pengerjaannya. Dia menyebut, beberapa penenun di NTT, misalnya dari Kabupaten Sabu Raijua, Manggarai Barat, dan Nagekeo, sudah bisa menghasilkan kain tenun yang lembut.

”Untuk percobaan, kami siapkan benangnya. Selanjutnya nanti bisa pesan sendiri lewat dekranas provinsi ataupun di kabupaten/kota,” ujar Julie, yang sejak tahun 2018 gencar mempromosikan tenun NTT di pentas dunia.

Julie menuturkan, upaya promosi tenun NTT telah dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu momen berkesan dalam upaya promosi itu adalah ketika sejumlah kepala negara mengenakan tenun NTT saat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, pada Mei 2023. Tenun yang dipakai saat itu adalah tenun khas etnis Manggarai dengan motif mata manuk.

Meski tenun telah dikenal secara internasional, Julie mengingatkan para penenun agar tetap menjaga identitas budaya yang melekat pada tenun. Identitas berupa warna dan motif jangan sampai sengaja dihilangkan. Sebab, hal itu justru akan menghilangkan nilai kain tenun NTT.

Karya tenun NTT banyak disukai oleh pasar karena memiliki motif yang kaya.

Maria Seran (40), penenun dari Kabupaten Malaka, NTT, mengatakan, tenun dari daerah asalnya dibuat lebih tebal dengan permukaan agak kasar. Hal itu karena kain tenun di daerah tersebut juga berfungsi untuk menghalau hawa dingin.

”Tujuan utama kami buat tenun adalah untuk kami pakai. Banyak urusan kami di kampung memerlukan tenun, seperti pesta adat dan kematian. Kalau ada yang mau beli, silakan. Menjual bukan tujuan kami menenun,” ujarnya. *** kompas.com



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama