"Tuan rumah tak akan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya"-Tan Malaka
Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) - Begitulah saya akan mengingat selalu filosofi yang diucapkan Tan Malaka, Filosofi ini bukan hanya bisa dipakai dalam situasi penjajahan namun bisa dipakai juga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh, bagi saya rumah itu adalah ketenangan, kedamaian, kesunyian, dan keheningan maka hal apapapun itu yang berusaha mencurinya dari kedalaman batin saya, saya akan melawannya, entah itu kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, atau semacamnya.
Saya adalah tuan rumah bagi batin, hati, jiwa dan pikiran saya tidak akan rela siapapun orangnya yang mau merampas itu dalam kehidupan saya, jika itu berusaha dirampas maka saya akan melawannya, seperti yang dikatakan Tan Malaka.
Hidup hanya sekali, tidak dua kali, atau tiga kali. Sudah sekali singkat pula, rata-rata umur manusia Indonesia berapa sih sekaran?, rata-ratanya mungkin ada di 60 tahunan, mungkin kah setelah sudah tahu realitas itu saya akan mengorbankan kedamaian saya, membiarkan diri saya dirampas, diacak-acak, pikiran saya dibuat hancur, tentu tidak. Kita harus melawan.
Jika umur sudah lebih dari 60, bersyukurlah kepada Tuhan yang baik, 70,80,90, 100?, amin untuk itu.
Sudah hampir 1 abad ucapan Tan Malaka itu sejak diucapkannya, mungkin di umur 20-30an ia ucapkan kalimat itu, namun masih sangat membakar semangat untuk orang-orang yang tidak mau dijarah sampai mati.
Tan banyak membantu pemikiran saya tentang semangat
perlawanan, bahkan walau saya tidak pernah mengenalnya saya tetap hidup dan
semangat jika mendengar kalimat-kalimatnya.
Semoga Tan Malaka damai di surga.