Ilustrasi abad ke-15 M pembantaian orang kristen sesat di Prancis selatan dalam sejarah Perang Salib Kataris. |
Kaum Katar atau Kaum
Kataris dari bahasa Yunani Katharoi untuk "yang murni", adalah sekte
dalam agama Kristen abad pertengahan.
Sekte ini berkembang
pada abad ke-12 di Prancis Selatan, dan yang menjadi masalah adalah, sekte ini
menantang otoritas Gereja Katolik.
Sekte ini sebenarnya
awalnya cukup kecil dan mereka hidup dalam kesederhanaan, anti kemapanan. Tidak
seperti otoritas Gereja Katolik yang menerapkan sistem pajak yang memberatkan.
Tapi siapa yang
mengira, sekte sederhana ini nanti akan menjadi bagian kisah paling tragis
dalam sejarah Perang Salib. Kaum Katar akan dibantai, dikejar-kejar, dijarah
dan bahkan dimutilasi dengan kejam hingga dibakar hidup-hidup.
Kaum Katar yang Sederhana
Kaum Katar juga dikenal
sebagai Albigensian, nama yang diambil dari nama kota Albi. Kota tersebut
merupakan pusat kepercayaan Kaum Katar yang kuat, menurut catatan World History
Encyclopedia.
Pendeta Katar hidup
sederhana, tidak memiliki harta benda, tidak mengenakan pajak atau hukuman
seperti Gereja Katolik.
Pedeta Katar juga
menganggap laki-laki dan perempuan setara, aspek-aspek iman yang menarik bagi
banyak orang yang pada saat itu yang kecewa dengan Gereja Katolik.
Keyakinan Katar pada
akhirnya berasal dari agama Persia Manichaeisme. Ajaran tersebut masuk melalui
sekte agama lain yang berasal dari Bulgaria yang dikenal sebagai Bogomil. Sekte
itu memadukan Manichaeisme dengan Kristen.
Kaum Katar percaya
bahwa setan telah menipu sejumlah malaikat agar jatuh dari surga dan kemudian
membungkus mereka dalam tubuh.
Tujuan hidup adalah
untuk meninggalkan kesenangan dan bujukan dunia dan, melalui inkarnasi yang
berulang-ulang, kembali ke surga. Untuk tujuan ini, Kaum Katar memiliki
hierarki yang ketat:
1. Perfecti – mereka yang telah meninggalkan dunia,
para imam dan uskup.
2.
Credentes –
orang yang percaya, namun masih berinteraksi dengan dunia tetapi berusaha
menuju pelepasan keduniawian.
3. Simpatisan – orang yang tidak percaya, tapi membantu
dan mendukung komunitas Kataris.
Kaum Katar dibantai, dijarah, dimutilasi hingga dibakar hidup-hidup oleh Pasukan Salib. Kisah yang paling tragis dalam sejarah Perang Salib. |
Kaum Katar menolak
ajaran GerejaKatolik dan menyebutnya sebagai tidak bermoral. Bahkan menurut ajaran
kaum Katar, sebagian besar ayat dalam dalam Alkitab diilhami oleh Setan.
Mereka menolak Gereja
Katolik karena apa yang mereka lihat sebagai kemunafikan para pendeta dan
akuisisi Gereja atas tanah dan kekayaan.
Atas semua itu, Gereja
Katolik Roma menanggapinya dengan mengutuk kaum Katar sebagai orang Kristen sesat.
Gereja Katolik Roma kemudian menyerukan dan memulai sejarah
Perang Salib pertama kalinya melawan sesama Kristen.
Pada akhirnya, kaum
Katar dibantai dalam Perang Salib Albigensian (1209-1229) yang juga
menghancurkan kota-kota, kota-kota kecil, dan budaya Prancis selatan.
Asal dan Keyakinan Kaum Katar
Hampir semua yang
diketahui tentang kaum Katar berasal dari tuduhan “sesat” yang bersumber dari
para pendeta Gereja Katolik Roma. Kemudian apa yang terjadi dalam sejarah
Perang Salib Albigesian.
Akan tetapi, struktur
kepercayaan mereka dapat dengan mudah ditelusuri kembali ke Manichaeisme.
Kepercayaan itu telah melakukan perjalanan melalui Jalur Sutra dari Kekaisaran
Bizantium dan Timur Tengah ke Eropa.
Manichaeisme kemudian
terjalin dengan kepercayaan lokal, dan dalam keadaan tertentu, dengan
kepercayaan dan simbolisme Kristen.
Pandangan konservatif
dari Gereja Katolik adalah bahwa ada satu Tuhan dengan tiga aspek atau dikenal
dengan trinitas, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Akan tetapi, pandangan
konservatif ini bukan bagian dari ajaran Kristen awal dan tidak diterima secara
umum sampai setelah Konsili Nicea pada tahun 325.
Konsili Nicea
diselenggarakan oleh Constantine, kaisar Kristen pertama di Roma yang
memutuskan untuk mendukungnya.
Bahkan kemudian,
interpretasi Konsili Nicea tentang ajaran Kristen bersaing dengan ajaran
Kristen lain selama berabad-abad.
Apa yang disebut
gerakan sesat Abad Pertengahan seperti
Bogomil, Kataris, dan Waldensia hanyalah tantangan terbaru bagi Gereja.
Masalahnya adalah,
gerakan terakhir ini secara signifikan menentang ajaran Gereja Katolik.
Mereka adalah yang pertama menempatkan diri sebagai alternatif yang sah dari
ajaran Gereja Katolik, karena tidak sesuai lagi dengan ajaran Kristen awal.
Ajaran Trinitas dalam Gereja Katolik sebenarnya tidak dikenal sebelum Konsili Nicea dan tidak sesuai dengan ajaran Kristen Awal. |
Keyakinan Katar termasuk:
Pengakuan prinsip
feminin dalam ketuhanan - Tuhan adalah laki-laki dan perempuan. Aspek feminin
Tuhan adalah Sophia, "kebijaksanaan". Keyakinan ini mendorong
kesetaraan jenis kelamin dalam komunitas Katar.
·
Metempsikosis
(Reinkarnasi) – jiwa akan terus terlahir kembali sampai ia benar-benar
meninggalkan dunia dan lolos dari inkarnasi.
·
Dualitas Kosmik
– keberadaan dua dewa yang kuat di alam semesta, satu baik dan satu jahat, yang
berada dalam keadaan perang terus-menerus.
·
Tujuan
hidup - adalah untuk melayani kebaikan dengan melayani orang lain,
melepaskan diri dari siklus kelahiran kembali dan kematian untuk kembali ke
rumah Tuhan.
·
Vegetarisme -
meskipun makan ikan diperbolehkan untuk kredensial dan simpatisan.
·
Selibat untuk
kesempurnaan – selibat juga didorong secara umum. Itu karena dianggap bahwa
setiap orang yang lahir hanyalah jiwa lain yang terperangkap oleh iblis dalam
tubuh. Pernikahan secara keseluruhan tidak dianjurkan.
·
Martabat pekerja
kasar – kaum Katar semuanya bekerja, pendeta maupun orang awam, banyak yang bekerja
sebagai penenun.
·
Bunuh diri
(dikenal sebagai ritual endura) sebagai respon yang rasional dan bermartabat
dalam kondisi tertentu.
Di sisi lain,
sebenarnya apa yang dilakukan Gereja Katolik Roma terhadap Kaum Katar, bertolak
belakang dengan yang dilakukan Gereja Katolik Roma pada ajaran sesat lainnya.
Ajaran sesat sebelumnya
seperti Arianisme, meski masih dikutuk, setidaknya menganut dogma esensial
Gereja Katolik yang sama.
Sementara kaum Katar,
benar-benar menolak dan menentang setiap aspek Gereja, termasuk sebagian besar
kitab dalam Alkitab.
Sejarawan Malcolm
Barber mencatat, Kaum Katar percaya bahwa iblis adalah penulis Perjanjian Lama.
"(Akan tetapi) itu
tidak termasuk Ayub, Mazmur, kitab Salomo (Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung),
Kitab Yesus anak Sirakh (lebih dikenal sebagai Kitab Pengkhotbah), dari Yesaya,
Yehezkiel, Daud, dan dari dua belas nabi," tulisnya. *** nationalgeographic.grid.id