Tentu saja kita akan dilanda gelombang marah dan sakit hati. Lumrah dan
manusiawi. Terlebih jika kita merasa sudah investasi waktu untuk sesuatu yang
salah.
Waktu yang sangat berharga nyatanya kita sia-siakan
begitu saja. Namun, rasa-rasanya jauh lebih baik untuk mulai lah mengakhiri
fase marah dan kecewa yang akan merebut lebih banyak energi dan waktu kita.
Kejadian di masa lampau segera jadikan saja
pelajaran bahwa tidak usah gampang terpukau dengan tampilan luar seseorang.
Manusia rumusnya sudah demikian adanya akan menampakkan segala yang baik-baik
di satu tahun awal perkenalan bahkan enam bulan selebihnya kita akan segera
memahami satu sama lain dengan lebih baik.
Hindari saja menjadi peolpe pleaser, hanya akan
merugikan diri sendiri. Fokus saja ke goal yang memang sudah rapi ketika kita
memutuskan menjalani rencana atau pekerjaan baru. Jangan gampang terikat dengan
circle karena pada dasarnya hanya dirimulah yang akan benar-benar peduli dengan
dirimu.
Yang kedua, kalau orang sudah menjauh, ya tidak usah
diuber. Marah saja sekuat tenaga biar orang tahu bahwa kita juga punya harga
diri dan biarkan yang ada di pikiran kita lontarkan saja semua tentu saja face
to face, tidak usah dijadikan status di medsos, tidak elok. Dan setelah itu,
sudahi.
Konsekuensinya bisa panjang amal yang telah kita
buat bisa terambil dan diberikan kepada mereka yang sudah mengadali kita di
dunia. Kan jadinya rugi dunia akhirat kita.
Yang ketiga, tidak usah berpikir akan ada keadilan.
Kamu harus mendapat apa yang kamu mau. Terima saja sudah beginilah dunia, tidak
akan ada keadilan. Rumus dari mana, bahwa ketika kita baik habis-habisan ke
orang, orang juga harus begitu ke kita?
Itu hanya dalam pikiranmu. Malahan saat ini,
orang-orang itu akan baik dan ramah ke orang yang sama sekali tidak pernah
membantunya ketika susah. Terimalah itu.
Dan yang terakhir segera remove dan hapus segala
yang membuat energi habis. Yang sudah lalu sudah selesai. Mau diapakan pun
sudah tidak akan balik lagi.
Bersyukur saja kita tidak terlalu jatuh dan bisa
bertahan hingga tidak harus kehilangan pekerjaan dan penopang-penopang hidup
kita. Tidak perlu juga diambil hikmahnya jika memang tidak ada hikmah yang
harus diambil.
Selama kita masih interaksi dengan manusia. Maka
selama itu pula potensi dikecewakan, dikadali akan terus ada. Namanya juga
manusia. Sejak zaman Nabi Adam memang sudah saling bunuh. Terima saja. Sebab
hanya para nabi yang ma'sum dan semua nabi sudah meninggal.
Sehingga yang tersisa saat ini dari 8 miliar manusia
adalah manusia-manusia yang berjuang untuk menjadi orang baik kalau memang
mereka masih mau seperti itu kalau tidak. Yah, berarti kita berhadapan dengan
mereka-mereka yang betul-betul sudah tidak peduli adanya tuhan. Manusia-manusia
seperti ini adalah manusia-manusia ngeri.
Itulah mengapa saya tidak akan pernah kagum dengan
orang-orang yang tidak bertuhan, sepintar apapun mereka. Tuhan saja tidak
diakui. Belum tahu saja, kalau Allah mau hitungan detik dunia bisa saja hancur,
beserta gedung-gedung tinggi yang dibangga-banggakan manusia-manusia atheis .
Dengan demikian, menyadari bahwa saat ini kita hanya
berhadapan dengan orang-orang yang juga penuh dengan perjuangan untuk menjadi
orang baik.
Rasanya kecewa
berlarut-larut dengan manusia sudah tidak perlu lagi diambil hati lama-lama.
Walaupun wajar saja kita marah atas perilaku-perilaku yang tidak beradab yang
dilakukan orang terhadap kita.
Tapi menjadikan beban seumur hidup juga hanya akan
merugikan kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah tidak perlu mengadali orang
lain. Agar tidak ada orang yang benci kepada kita seumur hidup yang mungkin
saja doanya bisa mempersulit hidup kita.
Dan yang paling penting, terima saja apa yang orang
definisikan dirinya ke kita. Tidak usah ditanya, tidak usah dipaksa. Itulah
yang membuat dunia ribut dan ruwet.
Jauhkan saja dirimu agar tidak jadi korban orang
lain. Pandai-pandailah membaca situasi. Baik boleh tapi tidak bodoh. Baiklah
seperti orang-orang kebanyakan jangan baik berlebihan sebab semua yang
berlebihan tidak baik.