“Iman kepercayaan dan akal budi memiliki keterkaitan
erat dalam menyuarakan kebenaran. Dengan imannya, manusia mengakui secara penuh
kebenaran wahyu yang diberikan oleh Allah sebab Allah sendirilah yang menjamin
kebenaran itu. Kebenaran yang diberikan dalam konteks komunikasi antarpribadi
ini mendorong akal budi untuk terbuka kepada kebenaran itu dan menerima
maknanya secara mendalam. Hubungan antara iman kepercayaan dan akal budi inilah
inti dari surat Sri Paus Yohanes Paulus II yang ditujukan kepada para Uskup
Gereja Katolik. Isinya dapat menjadi inspirasi bagi umat beriman untuk semakin
memahami bagaimana iman dan akal budi sebagai suatu keselarasan dan bukan untuk
dipertentangkan.”
Iman dan akal budi berasal dari Tuhan, iman dan akal
budi tidaklah bertentangan, melainkan saling menunjang untuk menuntun manusia
memperoleh pengetahuan dan penghayatan akan Allah dan kebenaran-Nya. Melalui
tulisan tersebut, Bapa Suci hendak menjembatani hubungan antara iman dan akal
budi dari sudut pandang Gereja Katolik. Dalam ensiklik tersebut, Bapa Suci
hendak mempertahankan Filsafat Kristiani di tengah perkembangan pemikiran
manusia yang seakan-akan memisahkan peran iman dan akal budi di dalam diri
manusia. Bapa Suci meyakini bahwa iman dan akal budi secara bersamaan dapat
membantu manusia untuk semakin mengenal dan mengasihi Allah di dalam hidupnya.
Dalam sejarah yang panjang, pemikiran manusia terus
berkembang dari zaman ke zaman. Dalam perkembangan tersebut, salah satu
kebenaran yang senantiasa dipegang teguh adalah realitas tentang kematian dan
kehidupan. Di satu sisi, semua orang meyakini bahwa kehidupan manusia adalah
fakta yang tidak dapat disangkal. Di sisi lain, semua orang juga meyakini bahwa
kehidupan manusia di dunia pada waktunya akan berakhir melalui kenyataan akan
kematian.
Pemikiran tentang kematian dan kehidupan mendorong
manusia untuk senantiasa merenungkan keberadaan dan tujuan mereka di dunia.
Dalam pencarian tersebut, Gereja Katolik turut memberikan makna di tengah
pendalaman akan keberadaan dan tujuan hidup manusia di dunia. Makna tersebut
tertuang secara jelas dan nyata di dalam diri Yesus Kristus yang diimani sebagai
kebenaran tertinggi melalui kehadiran-Nya yang seutuhnya hadir sebagai Allah
dan manusia.
Pada mulanya, Kristianitas tidak begitu saja
memperhitungkan perkembangan pemikiran manusia di dalam kehidupan. Akan tetapi,
melalui jasa Santo Yustinus dan Santo Agustinus, Gereja mulai turut serta di
dalam perkembangan pemikiran manusia dengan memperkenalkan nilai-nilai
Kristiani di dalamnya. Seiring berjalannya waktu, Santo Thomas Aquinas
menyadari bahwa “melalui alam ciptaan dan pemikiran manusia yang tepat, kita
dibantu untuk dapat semakin memahami Wahyu Ilahi (FR, 43).” Santo Thomas
Aquinas menekankan bahwa di dalam iman, manusia dapat membangun dan
menyempurnakan akal budi yang telah dianugerahkan kepadanya.
Dalam kesempurnaannya bersama iman, akal budi sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk menemukan kebenaran di dalam hidupnya. Di dalam
kebenaran itu, manusia bertemu dengan Tuhan yang memberikan terang di tengah
keberadaan dan tujuan manusia di dunia. Di tengah tantangan rasionalisme, dunia
berpikir bahwa iman dan akal budi perlu dipisahkan satu sama lain. Akan tetapi,
pemisahan kedua hal itu menyebabkan bencana bagi peningkatan kualitas hidup
manusia. Manusia tidak dapat hanya hidup dengan iman saja, demikian pula
manusia tidak dapat hanya hidup dengan akal budi saja.
Di tengah dunia pendidikan formal, teologi telah berkembang melalui diskusi dengan filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Secara terpisah, lsafat terus berkembang untuk mencari makna kehidupan dalam pengaruh kenyataan spiritual di dalam hidup manusia. Di sisi lain, teologi juga terus melakukan pewartaan Kabar Gembira di tengah dunia.
Teologi dan Filsafat akan tetap menjadi dua
pendekatan ilmu yang berjalan sendiri-sendiri. Akan tetapi, Bapa Suci percaya
makna kehidupan dan kehadiran Allah adalah kebenaran yang sama yang dibutuhkan
manusia di tengah dunia. Dengan kata lain, iman dan akal budi adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Melalui keduanya, manusia
berjumpa dengan Allah sebagai kebenaran tertinggi yang memberikan makna bagi
kehidupan di dunia.