Mohammad Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan
RI, menegaskan bahwa kabar tersebut adalah hoaks semata. Dia mengungkapkan
bahwa vaksinasi HPV telah diuji keamanannya dan pada umumnya tidak menimbulkan
reaksi serius setelah diberikan.
Syahril menjelaskan bahwa reaksi yang biasanya
muncul di lokasi suntikan termasuk kemerahan, pembengkakan, dan nyeri ringan.
Reaksi ini biasanya terjadi dalam waktu satu hari setelah vaksinasi dan
berlangsung selama 1-3 hari. Selain itu, reaksi seperti demam juga bisa muncul
setelah vaksinasi.
Pemerintah saat ini sedang gencar mengkampanyekan
vaksinasi HPV untuk anak-anak di usia sekolah dasar dengan tujuan utama
mencegah kanker serviks.
Berdasarkan uji coba, keberhasilan vaksinasi HPV
bisa mencapai 100 persen jika diberikan dalam dua dosis kepada anak perempuan
usia 9-13 tahun.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada
wanita. Pada tahun 2020 saja, diperkirakan terdapat 604 ribu kasus baru kanker
serviks di seluruh dunia.
Dua jenis Human Papillomavirus (HPV) yang paling
umum adalah HPV 16 dan 18, yang bertanggung jawab atas hampir 50 persen kasus
kanker serviks. Penularan HPV biasanya terjadi melalui hubungan seksual, dan
risiko infeksi HPV meningkat setelah seorang wanita aktif secara seksual.
Vaksinasi HPV dan prosedur pemeriksaan menjadi
metode yang efektif untuk mencegah kanker serviks.