Sejak pagi, warga berduyun ke puncak Gunung Sunu dan
menyampaikan doa dan harapan di depan patung Presiden Jokowi setinggi 3,5 Meter
dan berat 700 Kg.
Jokowi bagi mereka adalah figur pemimpin yang
istimewa. Namun di saat yang sama mereka juga sudah resah dengan kondisi poltik
nasional terkini.
Ritual ini dilakukan agar apa yang sudah baik
dilakukan Jokowi, tidak rusak di akhir masa jabatan karena isu politik dinasti.
“Jokowi adalah Bapak Bangsa dan sebagai Bapak Bangsa
dia harus menjadi Bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk keluarganya,” kata
Nithanel Benu, sebagai Panglima Perang Suku Benu, dan juga mantan Kepala Desa
Sunu periode lalu.
Warga Desa Sunu melihat ada potensi, di mana
Presiden Jokowi sebagai negarawan dirusak di ujung akhir masa jabatan dengan
banyaknya pihak yang ngotot mencalonkan sang putera, Gibran Rakabuming
Raka, menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Oleh sebab itu, dia bersama warga Desa Sunu menitip
doa dan harapan agar Presiden Jokowi diberikan kekuatan untuk merawat persatuan
Indonesia.
“Kami berharap agar Presiden Jokowi menjadi Bapak
untuk kita semua, termasuk untuk kami di Timor sini."
"Memang kami tidak bisa pergi ke Istana untuk
menyampaikan pesan kami, tapi bagi kami doa yang kami panjatkan di depan patung
Presiden Jokowi ini, sama dengan kehadiran kami bertemu dengan beliau, sebagai
tanda kecintaan kami,” tutur Nithanel Benu.
Menurut Benu, Jokowi itu orang baik, jangan sampai
dirusak dengan mendorong pencalonan anaknya menjadi wakil presiden.
Kata dia, seperti buah yang belum masak, jangan
dipaksa maju kontestasi pada Pilpres 2024. Mereka berharap agar Gibran berproses
terlebih dahulu agar siap memimpin Indonesia ke depan.
"Biarkan Gibran matang
secara alami. Buah yang enak dimakan masak alami dari pohon, butuh proses"
ungkapnya.
Kepala Desa Sunu, Yakob Kase, mengatakan stiap hari
ia dan warga Desa Sunu selalu mengikuti berita politik nasional lewat televisi
secara bersama-sama.
NTT - Warga Desa Sunu, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten
Timor Tengah Selatan, NTT menggelar ritual adat di Puncak Gunung Sunu, Sabtu
(21/10/2023).
Sejak pagi, warga berduyun ke puncak Gunung Sunu dan
menyampaikan doa dan harapan di depan patung Presiden Jokowi setinggi 3,5 Meter
dan berat 700 Kg.
Jokowi bagi mereka adalah figur pemimpin yang
istimewa. Namun di saat yang sama mereka juga sudah resah dengan kondisi poltik
nasional terkini.
Ritual ini dilakukan agar apa yang sudah baik
dilakukan Jokowi, tidak rusak di akhir masa jabatan karena isu politik dinasti.
“Jokowi adalah Bapak Bangsa dan sebagai Bapak Bangsa
dia harus menjadi Bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk keluarganya,” kata
Nithanel Benu, sebagai Panglima Perang Suku Benu, dan juga mantan Kepala Desa
Sunu periode lalu.
Warga Desa Sunu melihat ada potensi, di mana
Presiden Jokowi sebagai negarawan dirusak di ujung akhir masa jabatan dengan
banyaknya pihak yang ngotot mencalonkan sang putera, Gibran Rakabuming
Raka, menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2024.
Oleh sebab itu, dia bersama warga Desa Sunu menitip
doa dan harapan agar Presiden Jokowi diberikan kekuatan untuk merawat persatuan
Indonesia.
“Kami berharap agar Presiden Jokowi menjadi Bapak
untuk kita semua, termasuk untuk kami di Timor sini."
"Memang kami tidak bisa pergi ke Istana untuk
menyampaikan pesan kami, tapi bagi kami doa yang kami panjatkan di depan patung
Presiden Jokowi ini, sama dengan kehadiran kami bertemu dengan beliau, sebagai
tanda kecintaan kami,” tutur Nithanel Benu.
Menurut Benu, Jokowi itu orang baik, jangan sampai
dirusak dengan mendorong pencalonan anaknya menjadi wakil presiden.
Kata dia, seperti buah yang belum masak, jangan
dipaksa maju kontestasi pada Pilpres 2024. Mereka berharap agar Gibran berproses
terlebih dahulu agar siap memimpin Indonesia ke depan.
"Biarkan Gibran matang
secara alami. Buah yang enak dimakan masak alami dari pohon, butuh proses"
ungkapnya.
Kepala Desa Sunu, Yakob Kase, mengatakan stiap hari
ia dan warga Desa Sunu selalu mengikuti berita politik nasional lewat televisi
secara bersama-sama. *** muria.tribunnews.com