Tawa, yang telah memiliki 10 anak dan 40 cucu, masih
memiliki hasrat yang kuat untuk belajar meskipun usianya sudah lanjut. Dia
mendapat dukungan penuh dari keluarganya untuk mengejar pendidikan di Sekolah
Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja.
"Saya kuliah karena saya haus akan ilmu. Kenapa
memilih STAHN karena saya orang Hindu, jadi menempuh pendidikan di sini adalah
yang paling tepat," ujarnya.
Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi di
STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Komang Agus Widiantara, sangat menghargai semangat
yang dimiliki oleh Made Tawa. Menurutnya, Tawa adalah sosok yang sederhana dan
komunikatif. Bahkan saat sedang pulih dari penyakitnya, Tawa sangat bersemangat
untuk mengikuti bimbingan proposal.
"Di usia beliau, mungkin orang lain lebih sibuk
dengan urusan spiritual di rumah, tetapi beliau mau keluar dari zona nyaman dan
mencoba hal-hal baru. Beliau ini sangat komunikatif. Bahkan lebih rajin
berkomunikasi dibandingkan dengan teman-temannya yang lebih muda," kata Agus.
Agus menjelaskan bahwa proposal penelitian yang
diajukan oleh Tawa didasarkan pada pengalaman pribadinya saat bekerja di PT
Telkom. Tawa memiliki karir yang cemerlang ketika masih aktif sebagai pegawai
PT Telkom dari tahun 1980-an hingga pensiun pada tahun 2000-an. Selain itu,
Tawa memiliki ingatan yang kuat, yang merupakan aset berharga dalam penelitian
kualitatif yang diajukan.
Agus berharap Tawa dapat menyelesaikan studinya
dengan sukses dan menginspirasi mahasiswa lainnya. "Kami dorong tahun
depan bisa tuntas. Proses tetap berjalan, kami akan terus mendukung agar beliau
menyelesaikan studinya dengan bangga," tambah Agus. Ia juga berharap
semangat dan tekad Tawa dapat menular kepada mahasiswa yang lebih muda untuk
selalu semangat dalam mengejar pendidikan. *** trans7.co.id