HIV/AIDS Menggerogoti Remaja di Wilayah NTT

HIV/AIDS Menggerogoti Remaja di Wilayah NTT

Virus HIV/AIDS semakin mengancam kalangan remaja di Nusa Tenggara Timur. Sayangnya, penanggulangan penyebaran penyakit menular itu belum dilakukan secara masif. Di sisi lain, tes HIV/AIDS belum menyentuh sebagian besar warga.
Pedagang, tukang gerobak, tukang parkir, dan pelaku kuliner di Pasar Oeba, Kelurahan Fatuleu, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjalani tes HIV secara sukarela dan konseling tentang HIV dan kesehatan reproduksi dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS NTT dan PKBI di Kupang, Kamis (1/12/2022).

Kasus HIV di kalangan remaja ibarat gunung es. Anak usia 13-20 tahun sudah terbiasa berhubungan seks bebas. Hal itu pengaruh ponsel pintar. Butuh sosialisasi masif terkait pencegahan dan penanggulangan penyakit itu.

Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)AL (14) keluar dari ruang praktik dokter kulit dan kelamin di Jalan WJ Lalamentik, Kota Kupang, NTT. Wajahnya pucat, kurus, dan berantakan. AL diantar temannya dengan berboncengan sepeda motor pada suatu sore hari. Kondisi kesehatan AL memprihatinkan. Siswa SMP itu bersedia diambil darah untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Ia dinyatakan positif mengidap HIV. Kabar itu membuat AL sangat terpukul.

Dari hasil tersebut, dokter meminta sukarelawan peduli HIV untuk mendampingi dan memberikan konseling kepada AL. Dengan adanya pendampingan, AL tidak boleh dibiarkan bergulat dalam kesendirian. Kedua orangtua AL dan seluruh keluarga serta guru pembimbing AL ikut mendampingi.

Namun, Nes (48), ibu AL, seakan kurang percaya dengan hasil tes itu. Ia bersama suaminya meminta AL melakukan pemeriksaan laboratorium ulang. ”Semua cita-cita AL dan harapan kami pupus. Meski ada konselor yang meyakinkan obat antiretroviral bisa memperpanjang usia harapan hidup. Semua sudah terlambat. Itu risiko dari semua nasihat orangtua dan guru tidak didengarkan,” kata Nes.

Sementara Nal (17), siswa sebuah SMA di Kupang, selalu tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Wajah Nal pucat dan badannya kurus. Dia sering demam dan batuk-batuk. Diagnosis dokter di puskesmas dan dokter praktik belum bisa mengatasi keluhan Nal.

Suatu hari, saat seorang anggota staf Komisi Penanggulangan HIV/AIDS NTT berkunjung ke sekolah Nal, guru menceritakan kondisi Nal. Staf KPA pun mengusulkan untuk pemeriksaan urine lengkap. Hasilnya, Nal positif menderita infeksi menular seksual (IMS) parah. Kini, Nal sedang didampingi untuk pemeriksaan HIV.

Koordinator Divisi Pendampingan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Yayasan Sanggar Suara Perempuan Yundry Kolimon di Kupang, Minggu (19/11/2023), mengatakan, dalam pendampingan terhadap para korban tindak kekerasan seksual, para pelaku pria kebanyakan anak-anak usia 14-18 tahun. Mereka ini sedang dalam masa pubertas.

Penggunaan gawai di kalangan anak muda ikut memengaruhi kekerasan seksual yang terjadi pada para remaja. Gawai yang lebih sering dipakai saat pandemi, malah digunakan untuk mencari gambar-gambar porno di media sosial.

Hal itu terungkap dalam penanganan sejumlah kasus pemerkosaan, pelakunya anak laki-laki yang masih berusia 14-18 tahun. Tidak hanya remaja pria. Remaja putri pun memiliki kebiasaan serupa. Menonton gambar-gambar asusila. Keberlanjutan dari tontonan itu adalah saling menghubungi lawan jenis. Biasanya remaja pria yang menyapa duluan.

Berlanjut dengan ajakan remaja pria melakukan hal-hal yang tidak layak mereka lakukan. ”Anak remaja pria dan wanita sekarang sangat rentan terlibat pergaulan bebas. Melakukan hubungan yang dilarang norma agama dan adat istiadat,” kata Yundry.

Apabila pendampingan anak remaja tidak dilakukan, media sosial bisa merusak masa depan anak-anak. Tidak hanya kasus-kasus asusila, tetapi juga perusakan mental dan moral anak. ”Di sisi lain, anak menjadi gampang putus asa. Sering berhalusinasi, frustrasi, dan bertindak di luar batas-batas kewajaran. Mudah menyerah, lebih suka sesuatu yang instan. Ini, kalau dibiarkan sangat membahayakan generasi masa depan,” katanya.

Pedagang, tukang gerobak, tukang parkir, dan pelaku kuliner di Pasar Oeba, Kelurahan Fatuleu, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menjalani tes HIV secara sukarela dan konseling tentang HIV dan kesehatan reproduksi dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS NTT dan PKBI di Kupang, Kamis (1/12/2022).


Sosialisasi pencegahan HIV

Untuk penanggulangan HIV/AIDS, pemerintah perlu melakukan sosialisasi masif melalui pamflet, baliho, dan spanduk-spanduk di setiap ruas jalan strategis, di kantor-kantor, sekolah, dan ruang-ruang publik. Berbagai kampanye pencegahan juga penting dilakukan untuk mengingatkan masyarakat, terutama generasi muda agar terhindar dari HIV/AIDS.

”Khusus generasi muda atau anak remaja, pihak sekolah bisa menjelaskan soal HIV sehingga mereka bisa paham dan menghormati tubuh sendiri. Kalau mereka paham, biar pengaruh media sosial menampilkan gaya hidup bebas bagaimanapun, mereka bisa menangkal,” katanya.

Pengelola Program Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Nusa Tenggara Timur, Adrianus Lamuri, mengatakan, tanpa disadari, kasus HIV merebak diam-diam di masyarakat. KPA belum melakukan pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok masyarakat seperti dilakukan awal kemunculan virus itu tahun 2000-an. Pemeriksaan masal belum dilakukan karena anggaran komisi yang terbatas.

Khusus generasi muda atau anak remaja, pihak sekolah bisa menjelaskan soal HIV sehingga mereka bisa paham dan menghormati tubuh sendiri. Kalau mereka paham, biar pengaruh media sosial menampilkan gaya hidup bebas bagaimanapun, mereka bisa menangkal.

”HIV/AIDS ditemukan di NTT sejak Januari-September 2023 atau selama sembilan bulan sebanyak 568 orang. Berdasarkan usia, 118 penderita adalah anak usia 14-20 tahun, tidak termasuk anak balita. Sisa 450 penderita berusia di atas 20 tahun. Jumlah ini diperoleh dari pasien dengan berbagai keluhan. Dilanjutkan dengan konseling dan pemeriksaan darah,” kata Lamuri.Ia menyayangkan kasus itu semakin banyak merambat ke anak remaja. Mereka sesungguhnya harus punya masa depan yang lebih cerah. Bukan terkungkung oleh penyakit, yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini.

Jika tidak ada informasi yang benar kepada remaja terkait pergaulan bebas yang berdampak pada penularan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV, semakin banyak dari mereka tertular IMS, termasuk HIV. ”Kami terus bergerak melakukan sosialisasi sesuai kemapuan yang ada. Kaum remaja harus diselamatkan,” katanya.

ODHIV yang mengonsumsi ARV di NTT sejak 2015 sebanyak 5.367 orang. ODHIV yang berhenti mengonsumsi sebanyak 636 pasien. Menjalani pengobatan herbal tertentu, mengikuti doa penyembuhan, malu, dan malas ke puskesmas atau rumah sakit mengambil obat.

Mereka yang mengonsumsi ARV masih beraktivitas seperti biasa di kantor pemerintah, swasta, BUMN, sebagai petani, siswa, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Khusus ibu rumah tangga dan pekerja seks komersial perlu konselor sehingga tidak menyebarkan virus kepada orang lain.

Pada Januari-September 2023, sebanyak 39.967 orang telah melakukan tes HIV. Kota Kupang terbanyak dengan jumlah 8.934 orang. Menyusul Kabupaten Nageko 5.023, Belu 4.438, Sumba Barat Daya 3.386, Flores Timur 3.109, dan paling kecil kabupaten Malaka sebanyak 13 orang. Jumlah warga yang mengikuti tes dan VCT ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk NTT saat ini, 5,3 juta jiwa.

Tidak semua orang harus menjalani tes HIV. Dianjurkan bagi mereka yang merasa berperilaku dengan tingkat risiko tinggi tertular inveksi menular seksual. Kelompok ini bisa juga menjalani pemeriksaan atas kesadaran sendiri di laboratorium. Mendeteksi dini virus di dalam tubuh agar segera ditangani.

Kasus IMS yang ditemukan Januari-September 2023 sebanyak 752 orang. Banyak penderita IMS secara diam-diam membeli obat antibiotik untuk dikonsumsi, setelah mengetahui terinfeksi IMS. Saat ini, masih ada apotek menjual obat antibiotik secara bebas.

”Sebaiknya ada gerakan masif dari pengambil kebijakan untuk melakukan konseling dan tes HIV. Lebih cepat terungkap, cepat ditangani melalui ARV sehingga tidak menuju AIDS. HIV sangat membahayakan generasi muda ke depan,” kata Lamuri. *** kompas.id



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama