Kita
adalah bunga yang tumbuh di pinggir jalan
Cerah,
indah, dan mekar berkelopak
Cantik
di antara rerumputan dan gulma
Namun
tiada tempat untuk kita pulang
Berpindah
tanah tak cukup berarti
Batu
dan ilalang yang mengenal kita
Mawar
terlalu sibuk dengan keanggunannya
Tulip
tak ingin saling berdekatan
Ilalang
rela menyamping untuk berbagi cahaya
Kerikil
menahan kuat akar kita di tanah
Hujan
takkan menghanyutkan kita
Juga
tangan takkan memetik kita
Ternyata
ini rumah yang kucari
Sedari
dulu sudah kita miliki
Ilalang
dan bebatuan ini adalah keluarga
Yang
membuat kita istimewa dari pengorbanannya
**
Di
suatu belukar bermekaranlah bunga-bunga liar
bunga yang muncul dan mekar dalam genggaman buminya
bunga-bunga yang muncul karena waktu dan musimnya
bunga-bunga miliknya jenis tumbuhan yang memang berbunga
tiada sentuhan tangan redaktur atau penerbit yang mengaturnya
tiada rekayasa akal manusia yang mendorongnya berbunga
Bunga-bunga yang
tumbuh secara alami di sela-sela rumput
tumbuh di sela-sela pepohonan perdu yang menguasai ruang
pepohonan perdu yang enggan berbagi keindahan bunganya
pertarungan keindahan, pertarungan meraih cahaya kehidupan
bunga liar tetap tidak kalah cantik, tetap tidak kalah harumnya
tidak kalah manfaatnya dalam menciptakan madu yang berkualitas
Suatu bunga,
suatu puisi lahir dari musim yang sama
lahir melalui proses yang sama, menyerap sari bumi yang sama
muncul dan mekar tidak pernah memilih dari pohon yang mana
tiada pohon yang berhak mengatakan: “merekalah penghasil bunga”
selagi ia jenis tumbuhan berbunga, tetap akan muncul bunganya
meski semak belukar dan pepohonan menindasnya dengan angkuh
Tiada bunga-bunga
yang indah langsung tumbuh di taman negri
menjadi hiasan negri, menjadi kebanggaan negri, dan bunga itu
awalnya lahir di alam terbuka, karena indahnya lalu dibudidayakan
lalu ditanam di taman, lalu ditanam di halaman menjadi penghias
dan tidaklah ia lebih harum ketimbang bunga yang jenisnya sama
yang tumbuh di semak belukar, yang tumbuh liar di hutan-hutan!