Bisa jadi pisang goreng ini lahir karena kepepet,
dari perasaan urgensi tersebutlah pisang goreng ini lahir. Konon sejarah pisang
goreng juga terkait dengan budaya Jawa. Yang namanya budaya ya kebiasaan, ini
berarti juga karena diajajah Belanda penduduk Jawa sering menggoreng pisang
goreng sebagai kudapan. Bisa di penjara, bisa selepas kerja rodi, bisa juga
saat merencanakan pemberontakkan.
Pisang goreng dikenal sebagai salah satu jajanan
pasar tradisional yang biasa dijual oleh pedagang keliling yang menggunakan
gerobak atau panggung kecil. Biasanya dihidangkan dengan gula pasir sebagai
bahan pelengkap. Selain itu, pisang goreng juga dikenal sebagai hidangan khas
saat acara syukuran atau acara adat tertentu.
Potensi Cuan
Pisang Goreng
Kita juga bisa melihat pisang goreng dari aspek
ekonomi. Pisang goreng menjadi salah satu alternatif pilihan makanan murah
meriah yang dapat dijual oleh siapapun termasuk para pedagang kecil. Para
pedagang tersebut biasanya menjual pisang goreng di tempat-tempat strategis
seperti pasar tradisional atau depan sekolah-sekolah. Pisang goreng menjadi
pilihan masyarakat karena harganya yang terjangkau dan rasanya yang lezat.
Selain oleh Dila dari Kudus, hal ini juga ditangkap oleh putra Presiden Jokowi
yang secara sistematis, terstruktur, dan masif berjualan pisang goreng dengan
omset bulanan yang tentunya sangat banyak.
Ada pisang goreng yang ditambahkan dengan topping
seperti keju, cokelat, atau selai. Bahkan, sudah ada pisang goreng dengan
varian rasa yang lebih beragam seperti pisang goreng rasa keju, cokelat, dan
green tea.
Pisang goreng menjadi alternatif pilihan makanan
yang sangat terjangkau bagi orang-orang Indonesia. Meskipun sudah mengalami
transformasi, tetap saja pisang goreng menjadi salah satu makanan yang paling
disukai oleh banyak orang.
Dalam masyarakat Indonesia, pisang goreng dianggap
sebagai makanan yang mudah didapat. Bagaimana tidak letak Indonesia yang berada
di garis khatulistiwa memungkinkan pohon pisang dapat bertumbuh dengan mudah,
sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Tak mau ketinggalan sejumlah politisi pun
memanfaatkan momen ini, jangan salah ongkos politik yang murah bukan hanya
dengan jualan sentimen agama. Pisang goreng juga mempunyai kapabilitas untuk
dijadikan sebagai hadiah dalam kampanye politik sebagai bentuk hubungan sosial
dan mengenal lebih dekat dengan pendukungnya.
Coba bayangkan deh, kamu lagi asik ngumpul-ngumpul
sama temen-temenmu di sebuah acara politik. Sudah tentu rapatnya panjang dan
membosankan, kamu butuh sesuatu yang bisa menghibur perut dan hatimu. Nah, di
saat itulah muncul pisang goreng! Kudapan identikal ini tidak hanya bikin perut
kenyang, tapi juga bisa bikin suasana jadi lebih akrab. Bagaimana tidak,
rasanya enak, harganya pun murah meriah. Gampang dibawa-bawa juga, jadi memang
cocok buat kampanye di mana-mana.
Selain sering memanfaatkan sentimen agama, suku, dan
ras, makanan seperti pisang goreng juga bisa dielaborasi lebih jauh lagi untuk
menarik simpati orang. Soal mendulang suara ya tidak salah memang karena ini
bagian dari tak-tik yang lazim. Namun, yang perlu kita ingat baik-baik ketika
memasuki masa kampanye nanti tetaplah menaruh perhatian pada niat, proses dalam
menarik massa, dan gagasan-gagasannya, bukan dengan gimmick murahan sok akrab
nan menggelikan.
Intinya sih, kita jangan mudah terpengaruh dengan
rayuan politisi yang suka memanfaatkan momen-momen seperti ini walaupun ia
membawa sekarung pisang goreng super enak setiap hari ke rumahmu!