Seorang anak menjalani pemeriksaan penyakit Pneumonia di sebuah rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP |
"Mycroplasma ini (penularannya) tetap droplet.
Ia adalah percikan dari mulut bisa dari bicara atau batuk. Nah kuman
mycoplasmanya ada di droplet itu, sama juga dengan COVID-19," kata Erlina
dalam diskusi di Youtube Kemenkes, dikutip Jumat (15/12).
"Dan juga airborne kalau mycoplasma. Jadi lewat
udara," sambungnya.
Kunci pencegahannya adalah masker. Orang yang sakit
diwajibkan pakai masker bila beraktivitas di tempat umum.
"Makanya salah satu pencegahannya droplet dan
airborne solusi cegahnya pakai masker. Batuk, bersin, pakai masker. Kalau di
saluran napasnya ada bakteri atau virus kumannya itu menempel di masker, tidak
ke udara bebas," urai dia.
"Jadi kita sakit tapi menyebar kebaikan dan
mendapat pahala, melindungi orang lain," sambungnya.
Orang Rentan Tak
Flu Wajib Masker
Di sisi lain, Erlina mengimbau mereka yang tergolong
rentan juga harus sadar diri. Tetap memakai masker bila ke keramaian.
"Satu lagi juga sebaliknya, orang rentan
berisiko terinfeksi kalau ada di keramaian, bukan di rumah atau lengang, juga
pakai masker. Orang tua, komorbid, sistem imun turun seperti autoimun atau
kanker atau rutin cuci darah. Atau HIV/AIDS itu sistem imunnya rendah. Orang
inilah pakai masker supaya tidak menghirup virus atau bakteri," jelasnya.
"Kita di kereta, mal, dan sebagainya kita
enggak tahu siapa saja yang sakit. Kalau kita merasa rentan pakai masker,"
tutur dia.
Sebenarnya menurut Erlina, angka kesakitan akibat
bakteri mycoplasma ini cenderung rendah. Mereka yang terkena pneumonia mycoplasma
gejalanya relatif sama.
Yakni batuk, pilek, demam, hingga sesak bagi orang tertentu. Erlina mengimbau semua tak perlu panik berlebihan tapi tetap waspada dan saling melindungi. *** kumparan.com