Cerita Yeremias Mangu (Pria
paling kiri), mahasiswa ITB berprestasi yang berkuliah lewat beasiswa ADEM dan
ADik. Foto: dok. Puslapdik Kemendikbudristek |
Sejak kecil, Yeremias mengalami perjalanan pendidikan yang berbeda dengan
kawan-kawannya.
Saat jenjang SMP, ia
sempat bersekolah di Community Learning Center - Sekolah Indonesia Kinabalu
(CLC-SIKK), sebuah sekolah Indonesia di Sabah, Malaysia.
Hal tersebut
dirasakannya karena harus mengikuti orang tua yang bekerja sebagai buruh di
negeri Jiran tersebut. Setelah lulus pada 2019, Yeremias menguji keberuntungan
dengan mengikuti seleksi Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
ADEM merupakan program
bantuan pendidikan Kemendikbudristek kepada siswa-siswi jenjang SMP/sederajat
di Papua, daerah 3T, dan anak buruh migran di Malaysia. Dengan kriteria
tersebut, ia mengikuti seleksi dan lolos sehingga harus kembali ke Tanah Air.
Yeremias pun bersekolah
jenjang SMA di SMAN 5 Sukabumi, Jawa Barat. Lulus pada 2022, Yeremias kembali
mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur Afirmasi Pendidikan
Tinggi (ADik).
ADik sendiri merupakan
beasiswa bagi siswa-siswi di Papua, daerah 3T, dan anak buruh migran di
Malaysia. Mereka diberikan kesempatan untuk menjalani pendidikan tinggi di
seluruh perguruan tinggi seluruh Indonesia.
Tidak sembarangan,
Yeremias berhasil masuk di kampus top Indonesia. Ia kini berkuliah di Sekolah
Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB).
Juarai Lomba Tingkat Nasional
Kesempatan berkuliah
tidak disia-siakan Yeremias, terlebih ITB menjadi kampus impiannya sejak masih
SMP di Malaysia. Ia bertekad untuk meraih prestasi, salah satunya melalui lomba
Huawei ICT Competition National Level 2023-2024 bidang jaringan komputer.
Awalnya, Yeremias
mengikuti seleksi tingkat kampus dan lolos menjadi anggota tim yang mewakili
ITB. Saat mengikuti lomba tingkat kampus, ia mengaku belum diberi materi
perkuliahan tentang jaringan komputer.
Menyiasati
keterbatasannya, Yeremias mempelajari segala hal tentang jaringan komputer
secara otodidak selama sekitar tiga bulan. Ketika belajar, ia juga tak ragu
untuk bertanya kepada dosen dan kakak tingkat dan membuat target belajar.
"Saya banyak
belajar dari internet, misalnya melalui YouTube, melalui website khusus untuk
jaringan komputer. Selain itu saya juga aktif bertanya kepada dosen dan kakak
tingkat. Saat liburan, saya pun semacam membuat target belajar," katanya,
dikutip dari laman resmi Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik)
Kemendikbudristek, Kamis (18/1/2024).
Berbagai upaya tersebut
memberikan hasil yang manis dengan posisi tim inti mewakili ITB. Tidak hanya
itu, pada puncak kompetisi Digital Talent Day 25 di Universitas Tarumanegara
pada November 2023 lalu bersama timnya, Yeremias meraih juara I kategori sistem
jaringan komputer.
Kini, putra NTT
tersebut akan mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang sejenis di tingkat Asia
pada Maret 2024 mendatang.
Ingin
Bangun NTT
Keberhasilan yang
diraihnya membuat Yeremias terus mengingat awal perjuangan untuk bersekolah dan
berkuliah. Ia mengaku senang dan bersyukur bisa mengikuti ADEM dan ADik karena
bisa belajar dan dibimbing sosok hebat.
Contohnya ketika
jenjang SMA, ia menuturkan bertemu guru SMAN 5 Sukabumi serta pimpinan rumah
singgah Lemnaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Yayasan Bimasakti, Idris.
Karena jauh dari keluarga, ia menghabiskan waktu belajarnya di rumah singgah
tersebut.
Ketika sampai di ITB,
ia bercerita mendapat bimbingan dari kemahasiswaan kampus Ganesha tersebut.
Terutama pada tahun pertama, berbagai bimbingan yang diberikan membekas
padanya.
Pengalaman tersebut
menumbuhkan cita-cita baru Yeremias, yakni membangun tanah kelahirannya di
Pulau Flores, NTT. Ke depannya, ia berharap bisa memberikan kontribusi dengan
memajukan berbagai bidang, termasuk teknologi dan internet.
Dengan demikian, ia
bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat NTT. Untuk mencapai hal
ini, Yeremias bahkan sudah menyusun rencana jangka panjang pasca kelulusan
kuliahnya nanti.
"Selain ingin
memajukan teknologi komunikasi, saya berencana budidaya kacang mete bersama
teman-teman, namun rencana jangka pendek, bekerja dulu untuk membantu orang tua
yang ingin kembali ke NTT karena usianya sudah tua,"paparnya.
Nah, begitulah cerita
Yeremias Mangu asal NTT yang melanjutkan sekolah melalui beasiswa ADEM dan ADik
Kemendikbudristek. Apakah Followers Setapak Rai Numbei ingin mengikuti
jejaknya? *** detik.com