Sebanyak 1.674 hektar lahan pertanian jagung petani di Kabupaten Belu mengalami serangan hama ulat gerayap yang meluas dan tersebar di 12 kecamatan. |
Kepala Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Belu, Robertus Mali,
menjelaskan bahwa serangan ini disebabkan oleh anomali iklim yang sulit
diprediksi dan curah hujan yang tidak teratur.
"Serangan ini
disebabkan oleh anomali iklim yang sulit diprediksi dan curah hujan yang tidak
teratur sehingga memicu serangan hama, khususnya ulat grayak (Spodoptera
frugiperda), terhadap tanaman jagung," ujar Robert Mali kepada Pos Kupang.
Sabtu, 3 Februari 2024.
Mali menyampaikan,
serangan hama ini menyebabkan kerusakan pada daun dan bakal buah jagung yang
baru berumur tiga minggu.
Menurut Mali, ulat
gerayap ini berasal dari kupu-kupu yang bertelur di tanaman jagung. Ciri khas
serangan ini dapat terlihat pada batang dan daun jagung, di mana terdapat
serbuk gergaji yang menandakan tanaman jagung telah terserang ulat gerayap.
"Ciri khas
serangan ulat gerayap ini, jika kita melihat di daun jagung, akan terdapat
serbuk gergaji. Ini menandakan bahwa tanaman jagung telah terserang ulat
gerayap," kata Robertus Yeremias Mali.
Saat ini, tim
Pengendali Organisme Pengendali Tanaman (OPD) sedang melakukan pemantauan di
lapangan.
"Meskipun tingkat
kerusakan masih di bawah 10 persen, pengendalian dilakukan secara manual dengan
pendekatan pengendalian hama terpadu, yakni mencari inang dan
memusnahkannya," ungkapnya.
Mali menyampaikan bahwa
Kabupaten Belu meskipun
tidak memiliki insektisida, pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan kepada
Dinas Pertanian Provinsi NTT.
"Kita mendapatkan
bantuan insektisida obatan Siklon sebanyak 114 kilogram dan saat ini sementara
kita tangani sebagai upaya pencegahan dini sehingga tidak menyebar luas,"
pungkasnya. (cr23) *** poskupang.com