Foto: Observatorium Nasional
Timau di Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, Minggu
(4/2/2024). (Yufengki Bria/detikBali). |
Rute menuju ke sana,
bila ditempuh dengan sepeda motor membutuhkan waktu perjalanan sekitar dua jam.
Wisatawan disarankan untuk berhati-hati. Sebab, terdapat kabut tebal yang
menutupi ruas jalan, banyaknya tikungan tajam, dan keluar masuknya ternak sapi,
kuda, dan anjing.
Pantauan detikBali pada
Minggu (4/1/2024), akses jalannya sudah diaspal dengan pelebaran jalan sekitar
enam meter. Namun akses sinyal telekomunikasi sama sekali belum ada.
Teropong bintang itu
dibangun di bawah kaki Gunung Timau. Jarak antara teropong dan gunung yang
memiliki ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut (mdpl) itu sekitar dua
kilometer.
Bangunan itu memiliki
dua akses pintu keluar dan masuk menggunakan pagar besi warna putih. Halaman
depannya dipenuhi oleh rumput yang sering tumbuh di padang. Kemudian
dikelilingi oleh pohon ampupu (Eucalyptus urophylla).
Tampak atas bangunan
teropong ini berdiameter bulat seperti topeng perang di zaman kerajaan. Bagian
samping kanan, terdapat sejumlah anak tangga.
Terdapat dua bangunan
pos pengamanan yang dijaga ketat oleh satuan pengamanan (satpam). Bila dari
arah Kota Kupang akan masuk melalui pos satu. Sebaliknya dari arah timur atau
Amfoang Utara masuk melalui pos dua.
Selain itu juga ada
tiga gedung yang merupakan salah satu fasilitas pendukung teleskop optik 3,8
meter. Bangunannya termasuk kubah berdiameter 14 meter.
Namun, pada bagian pinggir jalan dekat tiga gedung, itu sudah jebol. Sementara
tembok penahan yang dibuat menggunakan bronjong batu juga terancam jebol.
Pada halaman depannya
belum ditata dengan baik. Cat dan bagian temboknya juga ada beberapa titik yang
sudah jebol dan dipenuhi lumut.
detikBali sempat
berbincang dengan salah satu petugas keamanan. Petugas yang enggan disebutkan
namanya itu menyebut fasilitas pendukung yang ada, itu antara lain ruang
laboratorium, mes karyawan, WC, lopo (rumah serbaguna), dan kamar mandi.
"Kalau listrik
dari PLN sementara diinstalasi. Selama ini kami hanya menggunakan generator
saja," katanya.
Sementara untuk petugas
keamanannya berjumlah enam orang yang berjaga secara bergantian. Setiap satu
minggu, ada dua orang yang piket. Selain melakukan penjagaan, mereka juga
mengawasi keluar masuknya warga ke area observatorium agar tidak boleh
mengambil foto dan video.
"Kami jaga secara
bergantian, setiap minggu itu dua orang. Jadi selama piket, tidak bisa
pulang," tuturnya.
Di sana wisatawan juga
dilarang untuk memasuki area observatorium dan mengambil gambar. Wisatawan dari
arah Kota Kupang hanya bisa berswafoto sebelum pos penjagaan satu. *** detik.com
/