Jawaban netral yang
kemungkinan dapat diterima oleh kebanyakan orang adalah supaya tidak terlalu
sering pelaksanaannya. Momennya akan lebih terasa jika diperingati atau
dirayakan tidak terlalu dekat waktunya. Lebih baik setiap tahun daripada setiap
bulan, minggu, atau hari.
Berbeda orang dapat
berbeda cara memperingati atau merayakan ultahnya. Ada yang tanpa perayaan, ada
yang selebrasinya biasa-biasa saja, tetapi ada juga yang dengan pesta meriah.
Sebagian orang yang
lain menggunakan momentum ultah untuk berefleksi. Mereka merenungkan apa-apa
yang sudah lewat dan bersiap menyongsong apa-apa yang akan datang.
Sewaktu seseorang
berulang tahun, apakah usianya bertambah atau berkurang? Tergantung kepada
referensinya. Jika referensinya masa hidup yang sudah dijalani maka sewaktu
ultah, usia bertambah. Namun jika referensinya sisa masa hidup yang akan
dijalani maka sewaktu ultah, usia berkurang.
Orang-orang bijaksana
mengatakan, "Dari waktu ke waktu, yang semakin jauh adalah kelahiran dan
yang semakin dekat adalah kematian." Tentu saja bukan berarti sewaktu
ultah kita harus bersedih hati bahkan takut karena kita semakin menuju ke
kematian.
Salah satu renungan
yang bisa menjadi refleksi terbaik sewaktu kita berulang tahun adalah cerita
berikut. Renungan refleksi ultah ini berkaitan dengan "jejak kehidupan" yang seyogyanya kita tinggalkan sewaktu
kita hidup.
Di
bagian depan dari setiap rumah penduduk desa diletakkan sebuah lentera yang
cukup besar. Lentera ini sekelilingnya diberikan pembatas sehingga nyala api
lentera tidak akan padam tertiup angin. Pembatas sekeliling lentera itu
transparan sehingga nyala api lentera bisa dilihat hingga kejauhan.
Lentera
depan setiap rumah tersebut juga diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak akan
terkena air sekiranya hujan turun. Nyala api lentera akan cukup untuk menerangi
bagian depan rumah hingga jarak beberapa meter ke depan.
Orang-orang
dari kejauhan akan mudah melihat nyala lentera di kegelapan malam. Orang-orang
dari kejauhan akan tahu dari nyala api lentera bahwa ada sebuah rumah di sana.
Tugas
menyalakan lentera di rumah-rumah penduduk desa ini sudah dilakoninya lama dari
sejak ia muda. Orang-orang menamakannya si "tukang menyalakan
lentera".
Setiap
sore menjelang matahari terbenam, ia akan berkeliling membawa tangga dan
lenteranya sendiri. Ia lalu mampir di setiap rumah, menyandarkan tangganya di
tiang lentera rumah tersebut, dan menyalakan lentera rumah tersebut menggunakan
nyala api lentera yang dibawanya.
Demikianlah
yang dia lakukan di setiap rumah. Berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain.
Menyalakan satu lentera rumah ke lentera rumah yang lain.
Tentu
saja dia harus bergerak dan bertindak dengan gesit, sigap, dan cekatan. Kalau
tidak, rumah terakhir akan terlalu malam dan gelap sampai ia tiba untuk
menyalakan lentera rumah terakhir tersebut.
Orang-orang
mengenali datangnya si tukang menyalakan lentera dari nyala lentera yang dibawanya.
Orang-orang juga tahu akan ke arah mana si tukang menyalakan lentera pergi dari
nyala lenteranya pula.
Si
tukang menyalakan lentera juga meninggalkan "jejak" pada setiap
rumah. Jejak tersebut berupa lentera-lentera rumah yang sudah dinyalakannya.
Cerita ini dapat menjadi motivasi untuk menjaga agar kehidupan kita berjalan di jalur yang tepat.
Sepanjang kehidupan, kita telah bertemu dan berinteraksi dengan banyak sekali orang. Berbagai orang tersebut memiliki dampak yang berbeda atas diri kita. Tentu saja kita pun memberikan dampak yang berbeda kepada orang-orang yang kita temui dan berinteraksi dengan kita sepanjang kehidupan.
Ada orang-orang yang "datang" dalam kehidupan kita dan segera "pergi". Mereka tidak meninggalkan "jejak" dalam hati dan pikiran kita.
Ada orang-orang yang
"tinggal" untuk sementara waktu dalam kehidupan kita. Mereka
meninggalkan sedikit "jejak" dalam hati dan pikiran kita. Jejak
mereka ada namun tidak terlalu jelas dan kuat.
Ada pula orang-orang yang "tinggal" dalam waktu yang lama bahkan permanen dalam kehidupan kita. Mereka meninggalkan banyak "jejak" dalam hati dan pikiran kita. Jejak yang mereka tinggalkan sangat jelas dan kuat.
Demikian pula kitapun meninggalkan "jejak kehidupan" dalam hati dan pikiran orang-orang lain. Umumnya mereka adalah orang-orang yang pernah bertemu dan berinteraksi dengan kita sepanjang kehidupan kita.
Jejak yang kita tinggalkan dalam hati dan pikiran orang-orang lain berasal dari ucapan dan tindakan (perbuatan) yang kita lakukan. Bisa juga mereka tidak bertemu dan berinteraksi langsung dengan kita, namun terdampak oleh perbuatan-perbuatan kita.
"Jejak kehidupan" yang kita tinggalkan pada orang lain, ada yang baik atau positif. Namun pasti ada pula yang sebaliknya.
Tidak mungkin kita hanya mengoleksi "jejak kehidupan" yang baik atau positif saja. Pasti akan ada yang buruk atau negatif karena kita hanyalah orang biasa yang belum sempurna atau suci.
Di saat ultah berarti kita masih hidup. Kita masih memiliki sisa kehidupan yang kita tidak tahu berapa lama lagi.
Selagi masih ada umur, sebelum sakit mendera, sebelum usia tua menjelang, dan sebelum kematian menjemput, perhatikan dan jagalah agar "jejak kehidupan" yang kita tinggalkan kepada orang-orang lain, dari perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, sebanyak mungkin adalah yang baik atau positif.
**
Ulang tahun
adalah moment syukur dan refleksi. Ulang tahun adalah kesempatan bagi kita
untuk memaknai dalam kacamata iman. Sekaligus rentang waktu untuk mendalaminya
dalam komunikasi bathin yang reflektif.
Medio Jumat, 02 Februari 2024