Viral dan Heboh Muncul Mata Air Panas di Kota Kupang NTT Disangka Mortir

Viral dan Heboh Muncul Mata Air Panas di Kota Kupang NTT Disangka Mortir

Putra Soleman mencoba merasakan kembali hawa panas dari sumber asam yang viral jadi mata air panas di Oepura Kota Kupang pada Selasa, 6 Februari 2024. 



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) - Sekitar pukul 06.00 WITA, Soleman Natonis warga Jalan Sukun 1 RT 33 RW 13 Kelurahan Oepura, Kota Kupang dikagetkan dengan kepulan asap ke dalam rumahnya.

Soleman dan anggota keluarganya takut karena tidak mengetahui asal muasal munculnya asap ini. Setelah dicek ternyata asap ini berasal dari dalam tanah dekat tembok rumahnya yang ditutup pot bunga.

"Muncul jam 6 pagi. Kami sadar karena ada asap dan kami  pikir asap ini ada yang bakar. Kami  keluarkan pot bunga ini, asapnya keluar terus. Semakin kami gali, asap tambah banyak," tutur Soleman.

Mereka pun bingung dan takut mendekati sumber asap yang semakin banyak tanpa tahu penyebabnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil petugas pemadam kebakaran (damkar) untuk mengatasi hal tersebut.

Saat ditemui POS-KUPANG.COM pada Selasa, 6 Februari 2023 sekitar pukul 18.15 WITA Soleman menuturkan, saat petugas Damkar menggali tanah sumber asap yang sudah panas, kemudian mereka menyiram dengan air agar tanah ini pun kembali dingin.

Ketika disiram dalam kondisi panas, air yang dsiiram ini pun mendidih sehingga tampak menyerupai mata air panas dan juga tanahnya cepat kering. 

"Dari jam 6 sampai sekitar jam 8 pagi, ya dua jamlah. Kami juga takut, bingung, ini asap ini dia punya penyebabnya apa di sini. Kami juga takut dekat-dekat di sini karena jangan sampai mortir," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa usai ditangani petugas Damkar, petugas PLN juga turun ke lokasi untuk mengecek kejadian ini.

"PLN beri tahu bahwa kemungkinan ada kesalahan di sini, dari listrik," ungkapnya sambil menunjukkan meteran listrik yang tertempel di tembok samping kanan pintu masuk rumahnya.

Dari informasi yang dihimpun POS-KUPANG.COM berdasarkan pengakuan sang tuan rumah, Soleman, kemunculan mata air panas yang viral di media sosial ini disebabkan hangusnya kabel grounding yang sudah terpasang hampir 33 tahun lalu terhitung sejak 1991.

"Besok baru lanjut lagi ini perbaikan,"tutupnya.

Terkait ini pun POS-KUPANG.COM sudah berupaya menghubungi pihak PLN. Dari keterangan yang diperoleh melalui pesan singkat, Manager Komunikasi PT PLN (Persero) UIW NTT Ita Yupukoni mengatakan, kejadian ini tidak mungkin berasal dari listrik karena belum pernah terjadi hal serupa selama ini. 

Ia juga menyampaikan kemungkinan kabel groundingnya ini sudah lama.

"1 diantara 1 jutaan pelanggan di NTT. Itu tak bisa dibilang akibat dari grounding,"tutupnya.

POS-KUPANG.COM juga telah berupaya menghubungi dan menginformasikan kejadian dan kondisi terkini mengenai lokasi tersebut kepada Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Nusa Tenggara.

Kepala Balai Pemantauan Gunung Api Dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Nusa Tenggara, Zakarias D G Raja menyampaikan, sesuai prediksi kami, dari Bandung juga info kemungkinan seperti itu.

"Kami harus responsif. demi masyarakat kita," ujarnya.

Sekitar pukul 15.20 WITA POS-KUPANG.COM menerima video berantai melalui media chat. Tampak seorang petugas berseragam biru didampingi petugas lain berseragam orange di depan sebuah rumah di Jalan Sukun menurut keterangan video. Tanah yang digali pun mengeluarkan uap menghebohkan jagat dunia maya.

Pada pukul 18.15 WITA ketika tiba di lokasi rumah di RT 33 RW 13 Oepura Kota Kupang ini, tidak tercium aroma belerang hanya masih tercium aroma hangus getah yang cukup menyengat. Kondisi tanah pun sudah sedikit kering dan panas. *** poskupang.com





 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama