Ratusan umat Katolik Dekenat Pegunungan Tengah di Lembah Baliem demo damai ke Kantor Gubernur Provinsi Papua Pegunungan Selasa, di Wamena, Selasa (6/2/2024). |
Itu tertera dalam
komentar Ismail Asso dalam grup WhatsApp bertaut
pemberitaan soal pelepasan lahan untuk pembangunan pusat perkantoran
pemerintahan Papua Tengah,
di Jayawijaya.
Uskup Keuskupan
Jayapura sebagai narasumber dalam berita, memberikan pandangan positifnya
terkait pembangunan tersebut.
Akibat komentar Ismail
Asso, reaksi keras datang dari umat Katolik Dekenat Pegunungan Tengah di Lembah
Baliem, Wamena.
Ratusan umat Katolik di
wilayah ini turun ke jalan hingga mendatangi Kantor Gubernur Papua Pegunungan.
Mereka lalu menggelar
demo damai.
Tujuannya, menuntut
para pelaku pelecehan pimpinan gereja Katolik, Uskup Keuskupan
Jayapura Mgr Yanuarius Theofilus Matopai You untuk
ditangkap dan diproses hukum.
Aksi demo damai itu
dikoordinir oleh Organisasi Pemuda Katolik, Kader Katolik, Pewarta dan umat
katolik dari masing-masing Paroki maupun stasi yang ada di Dekenat Pegunungan
Tengah.
Ustadz Ismail Asso. (Tribun-Papua.com/ Noel) |
Mereka menyampaikan peryataan sikap kepada pemerintah setempat.
Berikut tuntutan umat
Katolik Dekenat Pegunungan Tengah;
1. Umat Katolik meminta oknum atas nama Ismail Asso dan
Muin Asso segera mempertanggungjawabkan atas ucapan penghinaan terhadap Uskup
Keuskupan Jayapura.
2.
Umat Katolik
mendesak kepada pihak kepolisian segera menangkap dan proses hukum pelaku atas
nama Ismail Asso dan Muin Asso
3.
Umat Katolik
meminta kepada Kemendagri dan Pj Gubernur Provinsi Papua Pegunungan
segera mencopot saudara Ismail Asso dari
jabatannya sebagai Anggota MRP Provinsi Papua Pegunungan.
4. Apabila poin ke tiga (3) tidak diindahkan atau tidak
diakomodir maka kami akan turunkan masa lebih besar dari hari ini.
Pokja Adat MRP Sesalkan Komentar Ismail Asso terhadap Uskup Jayapura
Majelis Rakyat Papua (MRP)
menyesalkan sikap tokoh muslim Papua, Ismail Asso yang
dianggap menyerang Uskup Jayapura,
Mrg Yanuarius Theofilus Matopai You di grup WhatsApp.
Hal ini disampaikan
dalam jumpa pers di gedung MRP khususnya Pokja Agama yang dihadiri Ketua
Sementara MRP Frits Mambrasar dan Olyfa Begindo Anggota Pokja Agama MRP
perwakilan Katolik dan Saiful Islam Al Bayage Serta Dorince Mehue, Jumat,
(02/02/2024).
"Pokja agama MRP
bertangung jawab dalam pemantapan kerukunan umat beragama telah merumuskan
tangapan tersebut dengan sejumlah peryaataan sikap tegas," kata Ketua
Sementara Pokja Agama MRP Provinsi Papua Frits
Mambrasar.
MRP menyangkan komentar
Ustad Ismail Asso yang juga anggota MRP Papua Pegunugan
tersebut yang menyerang fisik Uskup Jayapura.
"Pertama MRP
sangat menyangkan dan menyesalakan peryataan Ismail Asso tehadap
Uskup dengan satu peryataan yang melecaehkan dan tidak mengikuti kaidah
kemanusia yang baik pada chat atau komentar," katanya.
Perkataan Ismail Asso dianggap
jelas menyerang Pemimpin Unat Katolik secara tidak beretika dalam komunikasi.
"Dimana yang
bersangkutan telah melukai hati umat katolik di Papua dan
Indonesia," ujarnya.
"Majelis Rakyat
Papua (MRP) mendukung proses hukum terhadap pihak yang di rugikan oleh pihak
kemanan," pungkasnya.
Reaksi MUI Papua
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua KH Syaiful Islam Al Payage menyayangkan
perkataan Ustad Ismail Asso dan meminta di proses hukum
dijalankan secara serius.
"Kami sebagai umat
islam sangat sayangkan apa yang dilakukan saudara Ismail Asso dan
ini sangat rentan dan berbahaya untuk kerukunan umat," jelasnya di Kantor
MRP (02/02/2024).
Ia mengatakan ini
sebagai warga negara yang taat hukum apa yang ditulis oleh Ismail dapat
dipertanggungjawabkan sesuai undang-undang yang berlaku.
"Sehingga kami
sangat mendukung agar Ismail bisa mempertangungjawabkan apa yang dilakuan
sesuai UU di Indonesia," katanya.
Polisi pun diminta
untuk tidak bermain-main soal kasus ini dan menanggapinya secara serius.
Sebab, ini akan menjadi
pembelajaran kepada seluruh umat beragama untuk menghargai pemimpin umat atau
simbol agama yang ada, dalam menjaga keberagaman umat yang sudah terpelihara
baik di Papua.
"Ini harus ditangapi serius oleh pihak berwenang agar tidak berulang apa lagi yang menyerang simbol keagamaan dengan alasan dan tujuan apa pun," pungkasnya. (*) papua.tribunnews.com