Raja ini memiliki
seorang istri yang sangat cantik, dan kehidupan di istana terasa begitu
bahagia.
Suatu hari, raja merasa
ingin berburu.
Dia memerintahkan para
abdi untuk menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan, dan bersama mereka,
raja berangkat ke hutan.
Mereka mengejar dan
membunuh binatang buruan seperti babi hutan dan rusa.
Ketika malam tiba,
mereka memutuskan untuk mendirikan perkemahan sementara di hutan dan menunggu
fajar.
Namun, tengah malam,
raja mendengar jeritan yang menggema di kejauhan.
Meskipun ragu, raja
akhirnya memutuskan untuk memeriksa suara itu sendiri, tanpa memberi tahu para
abdinya.
Di semak belukar, raja
menemukan seorang putri yang terluka dan kesakitan.
Wajahnya begitu cantik
seperti embun pagi. Raja dengan cepat membantu putri tersebut, dan dia
mengungkapkan bahwa dia telah menderita kedinginan sepanjang malam.
Ketika matahari terbit,
mereka kembali ke perkemahan.
Raja merasa penasaran
dan bertanya kepada putri tersebut mengapa dia menangis sepanjang malam.
Putri itu menjawab
bahwa dia kedinginan.
Raja sangat terharu dan
menghargai kesederhanaan putri itu.
Mereka kembali ke
istana, dan raja memutuskan untuk mengangkat putri itu menjadi anak angkat dan memberinya
nama Feto Kamun.
Putri ini tumbuh
menjadi seorang gadis yang sangat cantik, dan karena itulah, permaisuri merasa
iri kepadanya.
Permaisuri memiliki
cermin ajaib yang bisa memberikan jawaban tentang siapa yang paling
cantik.
Namun, ketika dia
bertanya kepada cermin tersebut, cermin menjawab bahwa Putri Embun lebih cantik
darinya.
Permaisuri marah dan
mulai merencanakan kejahatan.
Dia mencoba meracuni
Putri Embun dengan menyelipkan racun ke dalam makanan.
Meskipun Putri Embun
pingsan, keajaiban menyelamatkannya kembali di hutan.
Namun, permaisuri tak
pernah berhenti.
Dia membeli sepatu
beracun dan memberikannya kepada Putri Embun.
Putri ini juga hampir
mati, tapi kali ini seorang pangeran yang baik hati menyelamatkannya.
Mereka jatuh cinta dan
menikah.
Pernikahan mereka
dirayakan dengan penuh kebahagiaan.
Namun, permaisuri
merasa malu dan akhirnya bunuh diri.
Akhirnya, Putri Embun
dan pangeran hidup bahagia dan adil dalam memerintah kerajaan mereka,
menunjukkan bahwa
kebaikan hati dan kebijaksanaan selalu memenangkan kejahatan. (*)