Foto: Kondisi Pasar Oesapa
di Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT, akibat diterjang gelombang tinggi.
(Yufengki Bria/detikBali) |
Pantauan detikBali,
jarak antara lapak jualan pedagang dengan tepi pantai sekitar lima meter. Para
pedagang berbondong-bondong mengevakuasi barang dagangannya. Namun, barang
jualan seperti ikan, sayur-sayuran, tomat, dan sebagainya terendam. Lapak
jualan terpaksa dikosongkan.
Kondisi genangan air
laut yang merendam Pasar Oesapa diperkirakan mencapai 30 hingga 50 sentimeter.
Pada pukul 13.40 Wita, genangan air sudah surut. Para pedagang sudah mulai
membersihkan material berupa sampah plastik dan sisa-sisa kayu di sekitar lapak
jualannya.
"Semua hasil
jualan basah semua. Gelombang tinggi sekitar dua meter," kata salah satu
pedagang, Petrus Riwu, kepada detikBali.
Pria berusia 31 tahun
itu terpaksa mengevakuasi jualannya ke tempat aman agar tidak terseret air
laut. Menurutnya, kejadian gelombang tinggi bukan kali pertama.
"Setiap tahun itu
sering terjadi, tapi tahun ini gelombangnya lebih tinggi," ungkapnya.
Pedagang lainnya,
Mariana Huan (49), menerangkan kondisi Pasar Oesapa lebih rendah dari permukaan
laut sehigga terendam saat ada gelombang tinggi. Dia berharap Pemerintah Kota
(Pemkot) Kupang segera mengatasi persoalan tersebut.
"Ya kalau bisa
bangun tanggul yang lebih tinggi agar tidak meresahkan lagi saat terjadinya
gelombang tinggi," harapnya.
Mariana mengungkapkan
peristiwa gelombang tinggi dan merendam Pasar Oesapa sudah terjadi dua kali
pada tahun ini. Akibatnya, dia dan sejumlah pedagangnnya lainnya terpaksa
menutup lapaknya selama dua hari.
"Terkadang dua
hingga tiga hari baru kami buka, tapi tergantung dari situasinya,"
imbuhnya.
Selain Pasar Oesapa,
sejumlah kafe di tepi Pantai Warna Oesapa juga mengalami hal serupa. Ada
bangunan yang jebol dan terancam ambruk.
Prakirawan Stasiun
Meteorologi Maritim Tenau Kupang, Nur Ida Hasana, menyebut gelombang laut
dengan ketinggian 1,25 sampai 2,5 meter terjadi di Selat Sape bagian utara,
Selat Sumba bagian timur, Selat Flores Lamakera, Selat Alor Pantar, Selat
Ombai, dan Selat Wetar. Gelombang tinggi berisiko terhadap perahu nelayan dan
kapal tongkang.
Sementara di perairan
utara Flores, Selat Sape bagian selatan, Laut Sawu, Selat Sumba bagian barat,
Perairan Kupang-Rote, Samudera Hindia Selatan Kupang-Rote, dan Samudera Hindia
Selatan Sumba-Sabu gelombang tinggi diperkirakan mencapai 3 sampai 5 meter.
Gelombang tinggi di berbagai perairan itu berisiko terhadap kapal ferry.
"Karena pada
umumnya angin bertiup dari arah barat dan barat laut dengan kecepatan 2 sampai
8 skala beaufort (SB) yang menyebabkan terjadinya gelombang tinggi," jelas
Nur.