Salah satu motif Kain tenun NTT dari Kabupaten Malaka |
Tenun merupakan
kegiatan membuat sehelai kain dengan memasukkan benang secara horizontal pada
benang-benang yang telah diikat dan dicelupkan pada pewarna. Pewarna yang
digunakan dalam membuat tenun terbuat dari akar dan pepohonan.
Lalu bagaimana sejarah
munculnya tenun ini? Mari simak sejarah hingga fungsi dari tenun NTT.
Sejarah
Kain Tenun NTT
Kain tenun NTT di zaman
dahulu dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat dikatakan kain tenun
dahulu digunakan sebagai busana biasa. Seiring berkembangnya waktu, kain tenun
NTT menjadi kebutuhan adat yang digunakan untuk upacara, tarian, perkawinan,
dan pesta.
Masyarakat NTT
diperkirakan sudah ada sejak 3.500 tahun yang lalu. Pada abad ke-3 Masehi,
kerajaan pertama masyarakat NTT mulai berkembang. Semenjak saat itu pula
masyarakat NTT telah mengenal kesenian dan kebudayaan. Salah satu seni dan
budaya yang ada sejak saat itu adalah menenun.
Kain tenun dari Kabupaten Malaka saat digunakan oleh kaum ibu dan bapak dalam kegiatan perayaan Ekaristi di Paroki St. Lukas Wekfau Keuskupan ATambua |
Kain tenun yang
dihasilkan masyarakat NTT saat ini digunakan sebagai selendang, sarung,
selimut, bahkan pakaian. Kain tenun ini memiliki harga jual mahal karena proses
menenun yang sulit serta dianggap barang bernilai.
Proses
Pembuatan Tenun NTT
Proses pembuatan kain
tenun NTT terdiri dari enam tahap. Tahap pertama yaitu mengumpulkan bola benang
yang menjadi bahan utama dalam pembuatan tenun. Jenis benang yang digunakan
untuk membuat tenun ini berbeda-beda. Ada benang yang terbuat dari katun,
rayon, dan juga kapas.
Tahap kedua yaitu
"menghani" yang merupakan proses penyusunan bola-bola benang di atas
mesin tenun. Benang lain diikatkan di atas "hani" untuk membentuk
motif tenun. Benang-benang tadi kemudian dicelupkan ke dalam bahan pewarna lalu
diatur kembali menggunakan tangan dan mesin. Setelah penyusunan benang
tersebut, proses menenun akan dimulai.
Proses pembuatan tenun
dari benang menjadi sehelai kain tenun dapat memakan waktu sampai dua minggu
jika hanya dilakukan satu orang. Namun, jika proses pembuatan tenun dilakukan
oleh enam orang, maka proses pembuatan tenun akan selesai dengan cepat.
Bahan
dan Jenis Kain Tenun NTT
Pada umumnya, kain
tenun NTT terbuat dari serat alami seperti kapas, sutra, maupun serat tumbuhan
seperti serat pohon lontar atau serat daun pisang. Kain tenun NTT juga tidak
hanya memiliki satu jenis saja, melainkan terbagi menjadi beberapa jenis.
Menurut laman resmi
Indonesia.go.id, kain tenun NTT memiliki beberapa jenis, yaitu tenun ikat,
tenun buna, dan tenun lotis atau sotis atau songket. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai jenis-jenis kain tenun di NTT.
Tenun
Ikat
Tenun ikat merupakan
tenun yang proses pembentukan motifnya menggunakan cara pengikatan benang.
Dalam proses ini, benang lungsilah yang diikat dan kemudian akan menghasilkan
motif tertentu. Dalam pembuatan kain tenun, teknik ini menggabungkan benang
secara memanjang dan melintang.
Tenun
Buna
Tenun buna merupakan
tenun yang proses pembuatan corak atau motifnya menggunakan benang yang
terlebih dahulu telah diwarnai sehingga kemudian menghasilkan motif dengan
warna yang sangat indah.
Tenun
Lotis
Jenis tenun lotis
merupakan kain yang biasa disebut dengan kain songket. Proses pembuatan tenun
ini mirip dengan tenun buna. Jenis kain tenun ini identik dengan warna dasar
gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan merah hati.
Motif
Kain Tenun NTT
Dilansir dari
Indonesia.go.id, motif tenun di masyarakat NTT mencirikan asal dari orang yang
memakai. Pada motif tenun memiliki ciri khas dari suatu pulau atau suku. Oleh
karena itu, motif dari kain tenun ini menjadi wujud dari kehidupan masyarakat
dan bentuk ikatan emosional yang erat dengan masyarakat tersebut.
Setiap kerajaan,
kelompok, wilayah, serta pulau melahirkan motif hiasan yang khas pada tenunnya
sebagai ciri khas. Tenun dari Sumba Timur memiliki motif tengkorak, di Maumere
memiliki motif yang menggambarkan hujan, pohon, dan ranting.
Fungsi
Kain Tenun NTT
Kain tenun NTT memiliki
fungsi yang beraneka ragam. Seperti yang sudah disampaikan pada sejarah kain
tenun NTT sebelumnya, tenun yang dihasilkan digunakan sebagai kebutuhan adat
seperti upacara, tarian, perkawinan, dan pesta.
Kain tenun juga
berfungsi sebagai pakaian harian untuk melindungi badan, sebagai mahar
perkawinan atau "belis", sebagai pemberian dalam acara kematian.
Selain itu, kain tenun berfungsi sebagai penanda status sosial seseorang,
sebagai alat membayar denda, sebagai media penggambaran cerita mengenai mitos
melalui motif kainnya, dan juga sebagai hadiah tanda penghargaan untuk tamu.