Dalam analisis de Vries
(2005) pembagian antara tradisi kontinental dan analitis dalam filsafat
teknologi mencerminkan perpecahan filosofis yang lebih luas. Filsuf kontinental
biasanya menekankan dampak sosio-kultural dari teknologi, sering kali mengkritik
pengaruhnya terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan struktur masyarakat. '
Filosofi teknologi
humaniora' ini cenderung berfokus pada konsekuensi negatif, mendorong
kehati-hatian dan refleksi kritis. Di sisi lain, tradisi analitis, atau
'filosofi teknologi rekayasa,' cenderung lebih deskriptif dan kurang kritis,
mempelajari teknologi itu sendiri, sering dari perspektif filsuf dan insinyur.
Pendekatan tersebut menghargai data empiris dan keterlibatan praktis dengan
teknologi, bertujuan mengembangkan konsep relevan bagi para praktisi.
Kerangka kerja
berpengaruh dari Carl Mitcham (dalam de Vries, 2005) mengategorikan refleksi
teknologi ke dalam empat pendekatan utama: teknologi sebagai objek,
pengetahuan, tindakan, dan kehendak. Setiap kategori ini berhubungan dengan
bidang filosofis yang berbeda—ontologi, epistemologi, metodologi, dan etika.
Pendekatan ontologis
yang melihat teknologi sebagai objek berupaya memahami esensi dari artefak
teknologi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan
objek teknologi dan bagaimana objek tersebut ada serta berfungsi di dunia.
Dalam teknologi sebagai
pengetahuan, pendekatan epistemologis memeriksa sifat pengetahuan teknologi,
bagaimana pengetahuan tersebut dihasilkan, divalidasi, dan bagaimana hubungannya
dengan pengetahuan ilmiah.
Teknologi sebagai
tindakan, dari perspektif metodologis, melihat proses dan aktivitas yang
terlibat dalam penciptaan dan penggunaan teknologi. Hal ini menyelidiki metode
dan praktik yang mendefinisikan inovasi serta implementasi teknologi.
Pada teknologi sebagai
kehendak, pertimbangan teleologis dan etis menjadi utama. Hal ini membahas
maksud, tujuan, dan nilai-nilai yang mendorong perkembangan teknologi serta
implikasi moral dari pilihan teknologi.
Salah satu perkembangan
signifikan dalam filsafat teknologi adalah 'pergantian empiris', yang mendorong
penyelarasan lebih erat antara penyelidikan filosofis dan praktik teknologi.
Menurut de Vries (2005) pendekatan demikian tidak mengubah filsafat menjadi
ilmu empiris, namun mendorong para filsuf mendasarkan konsep mereka pada
konteks teknologi dunia nyata. Orientasi pragmatis ini sangat berharga dalam
pendidikan, di mana pemahaman teknologi yang diterapkan meningkatkan relevansi
dan penerapan wawasan filosofis.
Meskipun sifatnya relatif
baru, filsafat teknologi dicirikan oleh beragam perspektif dan bukan oleh
aliran pemikiran yang terdefinisi dengan baik. Berbeda dengan filsafat sains
yang memiliki tradisi mapan seperti aliran Popperian atau Kuhnian, filsafat
teknologi lebih eklektik.
Mosaik ide-ide ini,
meskipun terkadang dipandang sebagai kurangnya kohesi, juga dapat dilihat
sebagai kekuatan. Ini mencerminkan sifat interdisipliner dari teknologi itu
sendiri, yang bersinggungan dengan berbagai aspek kehidupan dan pemikiran
manusia.
Filsafat teknologi,
dengan pendekatan dan perspektifnya yang kaya, menawarkan lensa penting dalam
memahami implikasi mendalam dari kemajuan teknologi. Melalui lensa kritis
humaniora atau fokus deskriptif dan empiris dari pendekatan teknik, bidang ini
menantang seseorang untuk merefleksikan esensi, pengetahuan, praktik, dan
nilai-nilai teknologi.
Pembagian antara
tradisi kontinental dan analitis dalam filsafat teknologi memperlihatkan
keragaman pendekatan yang ada. Satu sisi pendekatan menekankan dampak
sosio-kultural dan kritis, sedangkan yang lain lebih deskriptif-empiris.
Pergantian empiris
dalam filsafat teknologi juga telah mendorong penyelarasan yang lebih erat
antara penyelidikan filosofis dan praktik teknologi nyata, meningkatkan relevansi
dan penerapan wawasan filosofis dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Saat orang menavigasi
dunia yang semakin berteknologi, wawasan dari bidang dinamis ini akan sangat
diperlukan dalam membentuk keterlibatan bijaksana dan terinformasi dengan
teknologi yang menentukan era sekarang.
Meskipun filsafat
teknologi masih relatif baru dan dicirikan oleh beragam perspektif tanpa aliran
pemikiran yang terdefinisi dengan baik, kekayaan ide-ide merupakan kekuatan
tersendiri.
Hal ini mencerminkan
sifat interdisipliner dari teknologi itu sendiri, yang bersinggungan dengan berbagai
aspek kehidupan dan pemikiran manusia. Dengan memahami dan menerapkan berbagai
wawasan dari filsafat teknologi, orang dapat lebih bijak dalam memanfaatkan
kemajuan teknologi, mengatasi aneka tantangan, dan membentuk masa depan yang
lebih baik bagi masyarakat.