Kini, akal sehat kian
tumpul karena sering digerogoti fake news. Ketumpulan itu juga terlihat pada
penggunaan kata hoax dan fake news. Padahal keduanya itu berbeda. Kita sudah
terjebak dalam pemahaman yang salah. Hal ini terjadi karena kita jarang
mengasah akal pikiran kita sehingga tidak kritis dengan realitas bahasa.
Pada tulisan kali ini,
Setapak Rai Numbei mencoba meluruskan pemahaman yang keliru antara hoax dan fake news.
Sebab keduanya sudah sekian lama kita gunakan secara bersamaan namun kita telah
mengaburkan maknanya.
Ada pemahaman yang
salah dari masyarakat terkait penggunaan kata hoax. Hoax disalahartikan sebagai
kabar bohong atau berita palsu: fitnah. Padahal jika kita baca pengertian dari
akar kata (etimologis), arti kata tersebut tidaklah demikian.
Menurut Robert, salah
satu ahli filolog, kata hoax digunakan di Inggris pada abad ke-18. Dalam
bukunya, A Glossary: Or, Collection of Words, Phrases, Names and Allusions
to Customs, yang terbit pada 1822 di London, ia menulis bahwa hoax berasal dari hocus, sebuah kata latin yang merujuk pada hocus pocus. Pada kata
hocus, ia memberikan arti “to cheat”
atau menipu.
Bagi Nares, Hocus pocus mengacu pada mantra para
penyihir yang sering digunakan para pesulap dalam membuat trik, sebagai sarana
hiburan. Meski demikian, tak ada satu pun yang dirugikan dalam hal ini. Nares
mengungungkapkan bahwa latar belakang inilah sebagai konfirmasi kuat asal kata hoax.
Merujuk dari pengertian
yang diberikan oleh Nares, hoax
berarti kabar bohong yang dibuat untuk menghibur orang lain. Atau sengaja
dibuat untuk membingungkan penerima informasi dengan tujuan bercanda.
Telah terjadi bias
pengertian hoax sehingga kita pun terjebak di dalam pengertian yang salah. Kita
telah menggunakan frasa hoax mengandung arti kabar bohong yang dibuat secara
sengaja untuk memfitnah. Ini yang seringkali kita gunakan sehari-hari.
Misalnya berita bohong
terkait vaksin covid-19 yang mengandung mikrocip magnetis. Ini kemudian
dibantah dan dijelaskan oleh Ketua Indonesia Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI) Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, bahwa lubang jarum
suntik sangat kecil, tidak ada partikel magnetik yang bisa melewati. Faktanya
bahwa vaksin berisi protein, garam, lipid, pelarut, dan tidak mengandung logam.
Banyak masyarakat
terjebak pada berita-berita bohong sehingga sulit membedakan fakta atau fiksi.
Kita kemudian mengetahuinya sebagai fakta setelah dijelaskan oleh pemerintah
atau pihak terkait.
Di Amerika penggunaan
berita bohong tidak menggunakan frasa hoax melainkan fake news. Fake news
bermakna berita bohong atau berita yang direkayasa, yang informasinya palsu dan
latar belakang penyebarannya untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain.
Inilah yang membedakan
hoax dan fake news. Pada hoax, informasi tersebut berbohong
dan penyebarannya untuk bercanda atau sekedar untuk menghibur. Sedangkan
fake news, informasi bohong dengan tujuan mencelakakan.
Peran Akal Sehat
Peran akal sehat
sangatlah penting dalam membaca dan mencerna makna. Kesadaran kritis menjadi
kunci bagi kita semua untuk membedakan mana yang fakta dan fiksi. Sebagai
pembaca yang bertanggung jawab, kita perlu mengecek dan mencari sebanyak
mungkin informasi yang belum jelas kebenarannya seperti pada kasus di atas.
Dengan demikian Setapak
Rai Numbei hadir untuk menyadarkan pembaca karena memiliki tanggung jawab
sebagai penyuara kebenaran. Peran kunci Setapak Rai Numbei adalah menyebarkan
kebenaran dan bertanggung jawab dalam masyarakat majemuk.
Sebagai insan
komunikasi sosial, kita juga perlu mengetahui lebih banyak tentang makna sejati
dari kebenaran dan tanggung jawab, sehingga kita dapat menghargai nilai-nilai
kebenaran dan bertanggung jawab dalam segala bidang kehidupan. Pada tataran
inilah yang mematangkan kita mampu membedakan mana fakta dan mana fiksi.*