Penguatan politik
kekerabatan semakin nyata menjelang pemilihan kepala daerah langsung, di mana
banyak partai politik gagal mengusung kader-kader terbaik mereka dan malah
memilih kandidat dari keluarga petahana (incumbent), meskipun kualitas dan kapasitas
kepemimpinan mereka sering diragukan. Kecenderungan ini tampaknya tidak
terlepas dari melemahnya institusionalisasi partai politik dan pragmatisme
demokrasi elektoral yang membuat partai politik lebih fokus pada perolehan
kursi jabatan publik.
Kondisi ini merupakan
dampak dari politik nasional yang secara terang-terangan telah merusak tatanan
politik di negeri ini. Pemilihan mungkin dilihat sebagai bentuk demokrasi,
namun ke depannya, politik di negeri ini tampak semakin mirip dengan politik
dinasti dari pusat hingga ke daerah.
Keadaan saat ini
bukanlah sesuatu yang khas di Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan
cita-cita Reformasi. Perkembangan politik kekerabatan dalam era demokrasi
elektoral saat ini merupakan tren yang perlu diwaspadai, bahkan jika
memungkinkan harus dihentikan. Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan keburukan dalam tatanan politik yang didominasi oleh kekerabatan
atau dinasti politik tertentu, karena kritik, pengawasan, akan semakin sulit
dijalankan dalam situasi semacam ini.
Menguatnya politik
kekerabatan merupakan tanda memburuknya institusionalisasi partai politik
secara umum dan melemahnya kemampuan partai politik dalam melakukan rekrutmen
dan kaderisasi secara khusus. Di tengah sistem kontestasi yang semakin
individualistis, peran partai politik menjadi semakin berkurang, sementara
kekuatan individu para kandidat menjadi salah satu faktor penentu kemenangan
dalam perebutan jabatan-jabatan politik, seperti pemilihan kepala daerah yang
akan berlangsung.
Politik kekerabatan
menjadi pilihan menarik bagi partai politik untuk memenangkan posisi-posisi
politik karena adanya keunggulan elektoral yang nyata dari kandidat-kandidat
ini, seperti popularitas, kekuatan sumber daya finansial, serta kemampuan
mobilisasi massa melalui pengaruh tokoh kekerabatan politik yang sedang
menjabat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa lawan mereka akan kalah atau
bahkan hanya menghadapi kotak kosong dalam kontestasi politik mendatang.
Partai politik tampaknya
lebih tertarik untuk menang dibanding memikirkan efektivitas kekuasaan. Tampak
terlihat, partai-partai politik besar kini tersandera untuk mengambil keputusan
kebijakan yang tidak biasa atau tidak masuk akal untuk memenangkan pemilu
lokal. Partai-partai politik sepertinya sedang berada dalam keadaan yang
menggelikan saat ini. Alih-alih bersaing, partai-partai ini justru menikmati
kemewahan koalisi besar. Pada akhirnya, hal-hal tersebut hanya memperkuat
politik dinasti.