Makna dan Pesan Sapaan Adat Saat Sambut Uskup Agung Ende Mgr Paulus Budi Kleden SVD, Tokoh Agama Benteng Penjaga Kerukunan

Makna dan Pesan Sapaan Adat Saat Sambut Uskup Agung Ende Mgr Paulus Budi Kleden SVD, Tokoh Agama Benteng Penjaga Kerukunan

Uskup terpilih Keuskupan Agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden saat disambut di Ende, Sabtu (10/8/2024). Foto: Willy Aran


Suara Numbei News - Uskup Keuskupan Agung Ende terpilih, Mgr Paulus Budi Kleden SVD saat tiba di Ende, Sabtu (10/8/2024) sore disambut dalam keberagaman agama dan budaya.

Keberagaman itu nampak dalam tarian, pengalungan selendang, sapaan adat, pelajar muslim yang berdiri membuat pagar betis sepanjang jalan, pasukan drum band dari MAN Ende dan penyambutan serta pengalungan oleh tokoh agama di Kabupaten Ende.

Setelah penyambutan oleh tokoh agama Kabupaten Ende di depan patung Marilonga, Wolowona, Uskup Paulus Budi Kleden SVD disambut dengan sapaan adat dan tarian menuju istana Keuskupan Agung Ende di Ndona.

Sapaan adat dalam bahasa daerah Ende yang dibawakan oleh Kanisius Bata Rai membuat ribuan umat yang hadir di tempat itu hening dan larut dalam setiap kata dan kalimat yang diucapkannya.

Usai acara penyambutan di depan patung Marilonga, Kanis Bata Rai yang diwawancarai Florespos.net menjelaskan makna serta pesan dari sapaan itu.

Ia mengatakan gambaran dari sapaan adat yang dibawakan itu sebagai berikut :

Pertama, ia mengajak umat Katolik di Keuskupan Agung Ende mengenang kembali kepergian Uskup Sensi Potokota kurang lebih tujuh bulan lalu.

Kedua, masih dalam kenangan itu umat di keuskupan ini akhirnya mendapat gembala baru yaitu Mgr Paulus Budi Kleden SVD. “Ini berkat doa-doa dari umat baik di gereja maupun di KUB serta doa pribadi”.

Ketiga, ia menyampaikan kepada uskup terpilih bahwa umat di keuskupan ini sangat bergembira dengan kehadirannya.

Keempat, ia mengatakan penyambutan dari tokoh agama dan umat lintas agama menunjukkan toleransi di Ende sangat tinggi. Penyambutan ini adalah simbol dari keberagaman di Ende.

“Sekarang ini umat beragama di luar sana seperti kita nonton di TV atau baca berita sering kacau bermula dari masalah toleransi dan kerukunan. Tapi kita di Ende masih kuat dengan toleransi dan kerukunan karena pancasila lahir di kota ini,” katanya.

Keenam, dalam sapaan adatnya ia mengharapakan lima pemimpin agama di Ende harus bersinergi memperkuat dan menjaga kerukunan antar umat beragama.

Ia juga mengharapkan pemimpin agama di Ende tidak mendengar isu- isu hoaks dari luar karena pemimpin agama atau tokoh agama adalah benteng terakhir penjaga kerukunan antar umat beragama.

“Tadi saya omong bahwa tokoh agama jangan dengar isu hoaks dari luar yang pecah belahkan persatuan kita. Tokoh agama adalah benteng penjaga kerukunan,” katanya.

Menurutnya, motto tahbisan uskup terpilih, Mgr Paulus Budi Kleden SVD “Peliharalah Kasih Persaudaraan” sangat selaras dengan kehidupan umat beragama di Ende.

“Peliharalah Kasih Persaudaraan itu untuk seluruh umat, tidak mengenal apa agama, budaya dan dari mana dia berasal. Kita semua adalah sama,” katanya.

Kanisius mengatakan, bahwa sapaan adat yang dibawakan itu mengalir dari dalam hatinya setelah melewati permenungan dan latihan selama sebulan.

“Saya diberikan kisi-kisi oleh pastor paroki Roworeke, kemudian saya renung dan buat konsepnya. Saya latihan dan siapkan diri selama sebulan untuk tampil hari ini,” katanya.* florespos.net



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama