![]() |
Suasana warga kampung Numbei, Desa Kateri Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur sedang membantu petugas PLN menyebrangi banjir Kali Benanain untuk perbaikan arus listrik |
Kami
masih di sini…
Di bibir rahim pinggiran benataran Kali Benanain…
Seolah pilar kaki berdiri…
Kaki anak-anak Numbei…
Kami
sudah sangat biasa…
Berteman deru ombak banjir bandang Benanain tat kala musim hujan…
Yang melabrak kaki tegar…
Dan mengusik mimpi fajar…
Kami
juga terbiasa bugar…
Dengan hawa asin pesisir…
Yang menyebar pijar…
Di dalam tubuh sekujur…
Kami
anak Numbei…
Bercinta dengan pasang…
Bercumbu dengan surut…
Darinya hidup kami maju…
Kami
anak Numbei…
Setia menanti senja…
Di atas titian bebatuan kali Benanain…
Sambil mengumbar canda…
Kami
anak Numbei…
Sedia menanti rindumu…
Menjadi anak Kampung Numbei…
Jaga setia barisan perkampungan Numbei…
Biarkan
titian jalan setapak kampung…
Merekam jejak-jejakmu…
Sampai ke anak cucu…
Mengekal ikrar setia itu…
***
Dalam
bait puisi aku bercerita
Meskipun tak seindah syair raja- raja
Tak sebagus penyair W. S. Rendra
Karena aku hanyalah anak desa
Dalam
bait puisi aku berkata
Tentang perang tanpa senjata
Tanpa bom dan teropong mata
Hanya sehelai kertas dan sebuah pena
Dalam
bait puisi aku berkisah
Tentang nasib dan perjalanan sejarah
Seorang anak gembala dari desa
Datang kekota untuk kuliah sarjana
Begitu
pahit dalam berjuang
Untuk makanpun harus berhutang
Bagai melerai malam dan siang
Laksana hidup di masa penjajah Jepang
Beginilah
perjalanan anak desa
Dalam mengejar secerca cahaya
Meski jauh dari sanak keluarga
Semua hanya untuk masa depan bahagia
Dalam
bait puisi aku bernyanyi
Untuk meredupkan cahaya mentari
Untuk mengubah seluruh isi bumi
Dalam meraih mimpi- mimpi di hati
Dalam
dunia yang terus bergulir
Karena hidup bagai air mengalir
Maka jangan pernah berkata telah berakhir