Namun, pertanyaan yang
lebih mendasar muncul, apakah pengetahuan itu pasti? Menurut para ahli
komunikasi seperti Littlejohn, pendekatan ilmiah dan pengamatan yang cermat
adalah cara terbaik untuk menemukan kebenaran yang pasti. Mereka berpendapat
bahwa pengetahuan yang benar hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan
fakta-fakta tertentu tidak perlu dipertanyakan lagi.
Sudut pandang ini
memiliki banyak daya tarik, tetapi ada banyak tantangan terhadap gagasan bahwa
kebenaran tidak perlu dipertanyakan lagi dalam beberapa dekade terakhir.
Sebagai contoh, perspektif postmodernis menantang gagasan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh dengan cara yang dapat diterapkan secara universal dan
objektif.
Seorang tokoh kunci
dalam studi postmodernisme, Foucault, menegaskan bahwa kebenaran adalah sesuatu
yang diciptakan, bukan sesuatu yang ditemukan atau diungkap. Dengan demikian,
pengetahuan dibentuk oleh faktor-faktor sosial, politik, dan budaya yang ada di
lingkungan kita dan bukannya bersifat tetap.
Semakin Penting
Masalah kepastian
pengetahuan menjadi semakin penting di era digital ini karena semakin banyak
informasi yang tersedia secara online. Informasi yang salah, bias algoritmik,
dan gelembung filter dapat berdampak pada informasi yang kita terima.
Sebuah sudut pandang
alternatif disediakan oleh gagasan relativisme epistemik, yang menyatakan bahwa
kebenaran dipandang relatif dan bergantung pada sudut pandang individu atau
kelompok. Menurut perspektif ini, sesuatu yang valid di satu latar sosial atau
budaya mungkin tidak valid di latar sosial atau budaya lainnya.
Menurut Thomas Kuhn,
revolusi ilmiah tidak hanya mengubah pengetahuan kita tentang dunia, tetapi
juga cara kita memahami dunia. Hal ini konsisten dengan sudut pandangnya. Oleh
karena itu, fakta-fakta yang kita pegang saat ini mungkin hanya berlaku dalam
kerangka paradigma ilmiah yang paling utama dan mungkin akan berevolusi dari
waktu ke waktu.
Sebagai contoh,
hipotesis heliosentris telah menggantikan pandangan ilmiah yang sebelumnya kita
anggap benar, seperti teori geosentris, yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat
alam semesta.
Namun, keraguan yang
ekstrem terhadap kebenaran suatu pengetahuan juga bisa berbahaya. Kita berisiko
menjadi korban dari relativisme ekstrem, di mana tidak ada dasar untuk
membedakan antara opini dan realitas dan semua pengetahuan dianggap sama, jika
kita tidak memiliki keyakinan pada versi kebenaran yang konsisten. Teori
konspirasi, informasi palsu, dan penghinaan terhadap fakta-fakta ilmiah dapat
berkembang sebagai akibatnya.
Seperti yang dikatakan
Albert Einstein, apa yang bertahan melalui pengalaman adalah kebenaran.
Pandangan ini mengakui bahwa kebenaran adalah konsep yang perlu terus
dievaluasi dan ditingkatkan, tetapi juga menekankan pentingnya pengalaman dan
bukti dalam menentukan pengetahuan yang dapat dipercaya.
Terus Menerima
Pada akhirnya, tidak
ada cara yang mudah untuk menyelesaikan perdebatan mengenai sifat yang tepat
dari mengetahui. Di satu sisi, sumber daya utama kita untuk memahami dunia
tetaplah pengalaman dan pengamatan. Namun, kita juga perlu mengakui bahwa
lingkungan sosial, budaya, dan politik yang dinamis berdampak pada pengetahuan
kita.
Mungkin hal terbaik
yang dapat kita lakukan di dunia yang semakin kompleks ini adalah terus
menerima berbagai sudut pandang, terus menilai keyakinan kita, dan selalu siap
untuk memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan peristiwa terkini.