banner Viral! Surat Terbuka dari Presiden Burkina Faso Ibrahim Traore kepada Paus Leo XIV: Terluka Namun Tidak Tunduk, Ada Apa?

Viral! Surat Terbuka dari Presiden Burkina Faso Ibrahim Traore kepada Paus Leo XIV: Terluka Namun Tidak Tunduk, Ada Apa?

Presiden Burkina Faso ibrahim Traore. (Dok Media Sosial)


Suara Numbei News Ibrahim Traore adalah seorang perwira militer Burkina Faso, salah satu negara di Benua Afrika. Dia menjadi simbol perlawanan junta militer terhadap Presiden Burkina Faso sebelumnya, Paul-Henri Sandaogo Damiba. Ibrahim Traore lahir pada 1988 dan sejak September 2022 menjadi Pemimpin Transisi Burkina Faso.

Menyusul terpilihnya Robert Francis Prevost menjadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia pada 8 Mei 2025 yang kemudian berganti nama menjadi Paus Leo XIV, sepucuk surat beredar luas di media yang ditulis Ibrabim Traore kepada Paus Leo XIV. Beberapa pihak menilai surat itu benar adanya, lainnya bilang hoax.

Berikut surat Kapten Ibrahim Traore dari ibukota negara Burkina Faso, Ougadougou, yang ditujukan kepada Paus Leo XIV di Vatikan:

Kepada Sri Paus Robert Francis yang Mulia,

Saya menulis kepada Anda, bukan dari istana, bukan pula dari kenyamanan kedutaan asing, tetapi dari tanah air saya—Burkina Faso—tempat debu bercampur dengan darah para martir kami, dan gema revolusi lebih nyaring dari dengungan drone asing di atas kepala.

Saya tidak menulis sebagai seorang yang mencari pengakuan, juga bukan sebagai diplomat penuh basa-basi. Saya menulis sebagai anak Afrika—terluka, namun tidak tunduk. Anda kini adalah bapak rohani bagi lebih dari satu miliar jiwa, termasuk jutaan jiwa di Afrika. Anda tidak hanya mewarisi gereja, tetapi juga warisan sejarah. Dan di momen transisi ini, sementara asap putih masih melayang di atas atap Vatikan, saya harus mengirim surat ini melintasi lautan dan gurun, melampaui batas dan gerbang—langsung ke hati Anda.

Karena sejarah menuntutnya.
Karena kebenaran memaksanya.
Karena Afrika--yang terluka dan bangkit--sedang menyaksikan Anda.

Yang Mulia,
Kami orang Afrika mengenal kekuatan salib. Kami mengenal himne, doa, dan litani. Kami membangun gereja dengan tangan yang kapalan dan membela iman kami dengan darah. Tapi kami juga tahu kebenaran lain---yang terlalu sering dikubur: bahwa Gereja terkadang berjalan seiring dengan para penjajah. Bahwa saat para misionaris mendoakan jiwa kami, para tentara menginjak-injak tanah kami. Bahwa saat para pendahulu Anda berbicara tentang surga, leluhur kami dirantai di bumi.

Bahkan hari ini, di zaman yang disebut modern ini, kami masih merasakan belenggu itu--bukan lagi dari besi, tetapi dari diam, dari acuh, dari permainan geopolitik yang dimainkan di balik bayang-bayang kudus.

Maka saya bertanya, atas nama para ibu yang berdoa di atas lantai tanah dan anak-anak yang belajar katekismus dengan perut kosong: Akankah kepausan Anda berbeda?
Akankah Anda menjadi paus yang melihat Afrika bukan sebagai pinggiran, tetapi sebagai pusat nubuat?
Akankah Anda menjadi paus yang tidak hanya mengunjungi pemukiman kumuh untuk berfoto, tetapi yang berani bersuara lantang terhadap kekuatan yang membuat kemiskinan itu abadi?

Yang Mulia,
Saya adalah manusia yang dibentuk oleh perang, bukan oleh kekayaan. Saya tidak dididik dalam politik oleh institusi Barat. Saya tidak belajar diplomasi di Paris. Saya belajar memimpin dari parit-parit bersama rakyat--di mana rasa sakit adalah guru, dan harapan adalah bentuk perlawanan.

Saya memimpin bangsa yang dahulu diabaikan oleh dunia, sampai kami menolak untuk tetap diam.
Kami dibilang terlalu miskin untuk merdeka, terlalu lemah untuk berdaulat, terlalu tidak stabil untuk melawan.


Tapi saya katakan ini dengan syluara para leluhur menggema dalam dada saya:

 


 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama