Debu Laran (Danau Tadah Hujan) di kampung Numbei
(By: Frederick Mzq)
Pemandangan lepas di alam bebas dalam tumpuan kaki berlumpur, begitu jelas
menyiratkan segalanya
senja telah padam, dan rindu
hanya siluet tak berujud
di redup hidup.
Namun, selama harum musim
tak pernah mampu
dihapus jarak
usia selalu tabah
menziarahi masa lalunya sendiri.
Sekarang
biarlah aku menyala, tanpa memikirkan
apa jadinya nanti
aku hanya ingin, mencintaimu lebih jauh
dan menuliskanmu
sebagai puisi — sebagai aksara
di lengang udara. Tentangmu Numbei
Tak bosan aku menulis tentang kemolekan tubuhmu
Kecantikan raut wajahmu jadi inspirasiku,
kali ini aku mengisahkan bagian dirimu
pada Debu Laran (Danau Tadah Hujan)
Pada kemolekanmu Aku Berkisah kepada dunia
Sebelum waktu merengut
kata-kata dalam jiwaku
dan usia — kembali memeluk kesepian
: di rahim ibu.